Salin Artikel

Ketua PWI Aceh Barat Dikeroyok 5 Orang, Sebelumnya Beritakan Kasus Acaman Terhadap Jurnalis

Akibatnya, korban yang akrab disapa Dedi terpaksa harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh untuk mendapatkan perawatan medis. 

Dedi yang bertugas di wilayah Aceh Barat ini mengalami sesak napas akibat benturan di bagian dada dan mengeluh sakit di tangan.

Saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Rabu (22/01/2020), Teuku Dedi Iskandar mengatakan ia masih harus menjalani perawatan medis di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh karena masih sesak napas dan pusing, 

“Alhamdulillah kondisinya mulai sedikit membaik, tapi masih terasa sesak dan pusing. Kalau saya duduk atau berdiri langsung hitam tidak dapat melihat. Kata dokter, syaraf akibat trauma benturan di bagian dada,” katanya, Rabu. 

Kronologi pengeroyokan

Dedi menyebutkan ia dikeroyok oleh sekitar lima orang di sebuah warung kopi di Meulaboh setelah  ia menolak untuk menandatangani kwitansi utang yang disodorkan oleh Akrim, Ketua Forum Tiga Wilayah (Fortil). 

Dedi menolak kuitansi utang tersebut karena mengaku tidak pernah merasa punya utang dengan pelaku, 

”Sebelum kejadian saya sedang duduk dengan kabag Humas Polres Aceh Barat, karena ada klarifikasi terkait gelar perkara kasus ancam tembak wartawan," katanya. 

Kemudian, tiba-tiba Akrim datang dan langsung memanggil Dedi ke belakang warung. 

"Sampai di sana dia paksa saya untuk tanda tangani kuitansi utang, saya terkejut utang apa, dan saya tidak mau kalau pun ada utang, menyelesaikan secara paksa seperti itu," lanjutnya. 

Lantaran menolak menandatangani kuitansi utang, Dedi pun kemudian dikeroyok. 

"Saya langsung diserang oleh sekitar lima orang anak buahnya,” jelasnya.

Awalnya bersahabat baik

Dedi mengaku bersahabat baik dengan Akrim sebelumnya. Bahkan pada 2017 silam mereka pernah bekerja sama dalam usaha bisnis cafe dan kuliner. 

Namun kemudian, Akrim terlibat kasus pengancaman dengan senjata ke jurnalis. Kasusnya sedang ditangani Polres Aceh Barat.

Kasus ini tak luput diberitakan Dedi. 

“Saya menolak karena dipaksa tanda tangan kuitansi utang yang dibuat oleh Akrim, karena saya merasa tidak punya utang," katanya. 

"Kalaupun ada utang saat kami jalankan usaha kenapa tidak dari dulu ditagih? Dalih utang sebagai celah masuk untuk mengeroyok saya? Dan ini menurut saya sudah direncanakan Akrim Cs, untuk melemahkan saya selaku wartawan,” katanya.

Sering dapat ancaman

Sebelum dikeroyok oleh  Akrim dan anak buahnya,  Dedi mengaku  telah mendapat ancaman beberapa kali dari orang suruhan Akrim.

Bahkan mereka sempat mendatangi rumah Dedi pada malam hari. 

“Saya sempat ketemu dengan beberapa orang yang teror saya karena memberikan pernyataan saya di media selaku ketua PWI Aceh Barat terkait kasus ancaman menggunakan senjata terhadap jurnalis," kata Dedi.

"Mereka minta kepada saya jangan beritakan kasus itu, karena dapat memberatkan Akrim, dan kalau bisa kasus ini bisa damai."

Tapi saya tidak mau diintervensi karena kasusnya sedang ditangani oleh polisi, apalagi saya sesebagai Jurnalis yang wajib mengawal kaus terhadap jurnalis.” 

Kasus Akrim ancam wartawan

Sementara itu, Azhari Kepala Biro Antara Aceh menduga kasus itu murni akibat pemberitaan dan pernyataan Dedi terkait kasus ancaman pembunuhan menggunakan senjata yang dilakukan akrim terhadap Aidil Firmansyah, wartawan modus.co. 

Azhari sendiri mendesak pihak kepolisian untuk mengusut kasus pengeroyokan yang dialami Dedi itu.

“Kalau pelakunya Akrim jelas itu terkait berita yang telah tayang di Antara," katanya. 

"Jadi kami mendorong polisi untuk mengusut kasus ini, jangan nanti kita disalahkan dengan aturan UU Pers,” ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/23/07241221/ketua-pwi-aceh-barat-dikeroyok-5-orang-sebelumnya-beritakan-kasus-acaman

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke