Salin Artikel

8 Bulan Antraks Menyebar di Gunungkidul, 27 Warga Positif dan Hindari Makan Daging Sapi Sakit

Sapi tersebut mati karena terkena penyakit antraks. Sementara itu lima sapi yang juga terkena antraks disembelih oleh warga.

Dari sampel tanah yang dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates Yogyakarta ditemukan positif spora antraks.

Saat itu pemerintah Kabupaten Gunungkidul melarang seluruh hewan ternak Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo dibawa keluar sampai vaksinasi selesai.

Hal tersebut dilakukan untuk mencegah antraks menyebar.

Selain itu, angkutan ternak juga dilarang melintas ring road utara Gunungkidul untuk mengantisipasi penularan.

Kepala Balai Besar Veteriner Wates, Bagoes Poermadjaja mengatakan bakteri antraks yang ditemukan di Gunungkidul kemungkinan besar berasal dari luar daerah, karena selama ini Gunungkidul dikelilingi wilayah endemis antraks, seperti Kulon Progo, Pacitan, Wonogiri, dan juga Sragen.

"Untuk datangnya spora antraks ini masih belum diketahui dari mana. Yang jelas bukan dari Gunungkidul karena selama ini Gunungkidul adalah daerah bebas dari antraks," ujarnya.

Sementara itu Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul Bambang Wisnu Broto mengatakan petugas melakukan penyuntikan antibiotik kepada hewan-hewan ternak.

Penyuntikan antibiotik tak hanya di kawasan Bejiharjo, Karangmojo, tapi juga diperluas hingga 1 KM dari lokasi hingga di Dusun Tawarsari.

Hingga Senin (5/8/2019), hewan ternak di Gunungkidul yang telah divaksin adalah sapi sebanyak 696 ekor, kambing 1.595 ekor, dan domba 7 ekor.

Hewan yang telah divaksin boleh dijadikan hewan ternak.

Salah satu pasien meninggal dunia pada akhir 2019 lalu.

Meski telah merawat pasien selama berbulan-bulan, pihak rumah sakit masih belum bisa memastikan mereka positif terinfeksi antraks.

Pihak rumah sakit belum menerima hasil laboratorium sampel darah pasien yang dikirim oleh Dinas Kesehatan.

“Yang mengirim (darah) dari dinas kesehatan, kami belum menerima (hasil laboratorium). sehingga pasien kita rawat, sampai membaik dan meninggal ini masih suspect (terduga),” kata Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari dr. Triyani Heni Astuti, Jumat (10/1/2020).

Sementara itu Kepala Desa Gombang, Kecamatan Ponjong Supriyanto, mengatakan ada tiga sapi ternak yang mati mendadak di wilayahnya.

Seekor sapi disembelih warga saat hampir mati dan dua sapi lainnya dikubur. Daging sapi yang disembelih kemudian dibagikan ke beberapa warga.

“Memang ada satu ekor yang disembelih. Itu sapi yang mati pertama,” ucapnya.

Mengantisipasi hal tersebut, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul melakukan penyemprotan desinfektan menggunakan formalin. di Desa Gombang, Kecamatan Ponjing.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Bambang Wisnu Broto mengatakan pembersihan dipusatkan di lokasi penyembelihan heean yang mati mendadak.

“Kami juga mengambil sampel tanah di beberapa tempat total ada sebanyak 50 sampel tanah yang kami kirim seperti sampel tanah seperti Semanu, Nglipar, Karangmojo,” katanya, Jumat (10/1/2020).

Sementara itu Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widiastuti menyampaikan, terhitung sejak Desember lalu, ada 21 sapi dan 15 kambing yang diketahui mati mendadak.

Budaya brandu adalah menyembelih hewan ternak sebelum mati dan dagingnya kemudian dibagikan.

"Jangan sampai budaya brandu yang sering dilakukan justru berdampak buruk," ungkap Asman Latif.

Ia menekankan agar masyarakat tidak menyembelih hewan yang mati atau sakit.

"Karena jika dagingnya dikonsumsi sangat berbahaya bagi kesehatan," ungkapnya.

Imbauan tersebut diperkuat dengan surat edaran yang disebar oleh Dinas Kesehatan yang berisi larangan bagi masyarakat mengonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati.

Sementara itu Kepala Dusun Ngrejek Wetan, Narsiko mengatakan warganya biasa menyembelih sapi yang sudah sakit dan kemudian dagingnya dijual ke warga.

Hal tersebut dilakukan agar warga tidak terlalu merugi karena hewan ternaknya mati.

"Memang iya, tradisi. Kalau di dusun ada sapi yang sudah sakit disembelih. Jadi rasa gotong royongnya di masyarakat masih tinggi. Jadi (menyembelih sapi dan dijual ke warga) untuk menolong warga yang hewannya tengah sakit. Kalau dijual kan murah itu, kalau dibagikan dengan harga relatif tinggi," ujar Narsiko, Kamis (16/1/2020).

Oleh warga, daging akan direbus dan digoreng untuk lauk.

Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul menyatakan hasil uji laboratorium dari BBVET Wates menunjukkan hewan yang disembelih di dusun tersebut positif antraks.

Sementara itu dari hasil laboratorium yang disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, sebanyak 27 orang positif antraks

Sebagian besar di Dusun Ngrejek Wetan, sebagian lainnya di Dusun Ngrejek Kulon.

Narsiko bersama ratusan warga lainnya yang mengalami gejala antraks mengonsumsi anti biotik dua kali sehari selama 10 hari.

"Kondisi warga yang terserang antraks pun sudah berangsur sembuh semua," kata Narsiko

Untuk meminimalisasi penyebaran antraks, dinas terkait membangun kolam dipping yang berisi disinfektan di dua pasar hewan besar di Gunungkidul yakni Pasar Hewan Munggi Semanu dan Pasar Hewan Siyono Harjo, Kecamatan Playen.

Kolam dipping akan dilengkapi shower untuk penyemprotan disinfektan saat mobil pengangkut hewan masuk ke pasar.

Pihaknya juga mengajukan anggaran vaksin, obat-obatan, alat pelindung diri, termasuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi).

"Kami sedang menyusun anggaran vaksin, nanti diajukan. Termasuk susun anggaran untuk dipping di pasar," Kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, Senin (21/1/2020).

Dewi mengatakan belum ada laporan penambahan jumlah warga terpapar.

Sementara itu Pemkab Gunungkidul sudah mendata penyebaran antraks.

Ring merah untuk Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, dengan sapi sebanyak 579 ekor, kambing 1.458 ekor.

Zona kuning di Desa Sidorejo Ponjong dan Desa Dadapayu Semanu. Desa Sidorejo memiliki 2.500 ekor sapi dan 2.000 ekor kambing. Sedangkan di Desa Dadapayu 335 ekor sapi dan 803 ekor Kambing.

Zona kuning berikutnya di Desa Semanu dan Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu. Desa Semanu sebanyak 825 ekor sapi dan 1805 ekor kambing.

Sedangkan Desa Ngeposari sebanyak 552 ekor sapi dan 759 ekor kambing.

Untuk Desa Pucanganom, Rongkop sedang dilakukan penghitungan.

Menanggapi kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul, Gubernur DIY Sri Sultan HB X meminta warga Gunungkidul berhati-hati ketika ada hewan ternak yang mati mendadak.

Sri Sultan juga meminta agar hewan ternak yang mati mendadak jangan lantas disembelih dan dagingnya dikonsumsi karena bisa saja terkena antraks

"Wong (hewan ternak) sehat begitu mendadak mati, kok terus dibagikan ke penduduk. Ya nek antraks yo keno kabeh (ya kalau antraks ya kena semua), jadi menyebar dan kita agak kesulitan untuk mengatasi," ucap Sri Sultan

Sri Sultan mengatakan peristiwa serupa pernah terjadi di Kabupaten Gunungkidul.

"Jadi kalau ada yang mati seperti itu, ini kan sudah kedua kali, mungkin kira-kira enam, delapan bulan yang lalu juga terjadi hal yang sama," jelasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Markus Yuwono, Wijaya Kusuma | Editor: Rachmawati, Candra Setia Budi, Aprillia Ika, Teuku Muhammad Valdy Arief, Khairina, Pythag Kurniati, David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2020/01/21/11110091/8-bulan-antraks-menyebar-di-gunungkidul-27-warga-positif-dan-hindari-makan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke