Salin Artikel

Air Sumur di Kulon Progo Berubah Coklat dan Berminyak, Ini Dugaan Warga

KULON PROGO, KOMPAS.com - Warna, rasa, dan bentuk air sumur Desa Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berubah.

Warga menduga air sumur telah tercemar akibat produksi batik yang berlangsung di tengah permukiman.

Warga khawatir mengonsumsinya.

"Biasanya jernih, tapi sekarang agak merah seperti air sungai. Juga berminyak," kata Fanda, salah seorang warga di rumahnya, Pedukuhan Kasihan, Ngentakrejo, Kamis (16/1/2020).

Keluarganya mengaku sudah mengkhawatirkan bahwa air tanah akan tercemar limbah batik sejak pabrik rumahan berdiri di dekat rumahnya. Keluarga Fanda mengalah dan memasang air PDAM sejak satu tahun lalu.

"Perasaan (air sumur) tidak nyaman. Sudah lama tidak dipakai mandi juga," kata Fanda.

Warga lain di Kasihan juga mengungkap hal serupa. Seorang buruh berusia 30 tahun yang kerap dipanggil Mas Ye mengungkapkan bahwa yang paling terlihat dari air sumurnya dari warna.

Biasanya warna air sumur mereka jernih, kini kerap berwarna coklat.

"Berbeda dengan coklat habis musim kering ke musim hujan. Ini warna coklatnya berbeda waktu dimasak," kata Mas Ye.

Rumah mereka tidak pernah memanfaatkan air itu lagi untuk kepentingan rumah tangga, selain untuk pakan ternak dan menyiram tanaman.

Ia menduga ini terkait dengan keberadaan tempat pembuatan batik tak jauh dari tempat tinggal mereka.

"Karena tahunya ya dekat sini ada tempat batik. Kalau tidak ada batik dekat sini ya tidak tahu (penyebabnya)," kata Mas Ye.

Ia menerangkan bahwa beberapa hari berselang, pemerintah datang ke sumur-sumur warga dan mengambil air sebagai sampel untuk diuji.

Saat itu air memang berwarna coklat. Kini, air mulai jernih. Ia memperkirakan perubahan di air sumur itu karena hujan yang turut memengaruhi air tanah.

"Bisa karena hujan air itu hilang," kata Ye.

Fanda juga mengungkapkan hal serupa.

Beberapa PNS dari berbagai beberapa instansi mengambil sampel air, baik DLH Kulon Progo maupun puskesmas.

Fanda mengatakan, PNS terjun ke berbagai titik di Lendah dengan alasan adanya keluhan warga atas pencemaran limbah. Mereka mengambil sampel air, salah satunya di rumah Fanda.

Menurut Fanda, langkah ini setengah terlambat. Pasalnya, industri batik Lendah tumbuh subur, tetapi tidak diikuti tata kelola lingkungan yang baik. Akibatnya, warga ada yang merasa jadi korban kemajuan.

"Pemerintah jangan cuma bergerak ketika datang laporan. Seharusnya sidak sekali dua kali dan lakukan penindakan sebelum usahanya dilanjut. Dampak seperti ini seolah tidak terpikirkan (pemerintah)," kata Fanda.

"Kami ingin air seperti semula. Karena itu kami ingin semua pengusaha batik harus mengelola baik," katanya.

Sumur berlendir

Seorang warga Dusun Sembungan, Desa Gulurejo, Lendah menceritakan kembali kisah tercemarnya sumur akibat aktivitas produksi batik tanpa pengolahan limbah yang benar di 2014 silam.

Syarifudin Anwar menceritakan, sumurnya pernah bercampur lendir berwarna ketika itu. Air jadi tidak bisa digunakan.

Ia jadi takut untuk dipakai mandi, apalagi mengonsumsi. Ia meyakini air sudah tercemar buangan dari produksi batik di sekitar mereka tinggal, ketika itu.

Syarifudin mengenang masa itu di mana bukan sumur miliknya saja, tetapi pencemaran terjadi sampai ke banyak sumur tetangga. Tapi warga memilih diam lantaran batik adalah aset bersama.

Kasus itu cepat teratasi sejak pengelolaan limbah mulai dilakukan dengan cara benar.

"Hanya 3 bulan saja.  Kami tidak pakai air itu dan mendapat bantuan air bersih dari pihak para juragan. Saya kuras sendiri sumur. Sekarang sudah bersih. Saya kini pakai sumur lagi. Tidak lagi pipa PDAM. Lama sudah tidak ada kejadian serupa," kata Syarifudin.

Ia berharap, kasus serupa di wilayahnya maupun di daerah lain di industri batik Lendah tidak terulang. Penanganan cepat dan tepat bisa mengurangi dampak buruk bagi warga.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulon Progo Arif Prastowo mengaku sudah menerima keluhan warga yang masuk ke kantornya.

"Ada setidaknya 2 aduan dari warga, ada yang lewat surat ada juga yang secara lisan. Kami menerimanya bahkan beberapa hari sebelum peresmian Kamijoro," kata Arif, Kamis (16/1/2020).

https://regional.kompas.com/read/2020/01/17/07185551/air-sumur-di-kulon-progo-berubah-coklat-dan-berminyak-ini-dugaan-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke