Salin Artikel

Kematian 2 Pendaki Asal Jambi di Gunung Dempo Janggal, Keluarga Lapor Polisi

Sebab, pihak keluarga korban menduga, kematian adik dan kakak ipar tersebut bukanlah akibat kecelakaan saat waktu pendakian, melainkan adanya aksi kriminal yang menimpa kedua korban.

Hal tersebut diungkapkan oleh Hasnah (46) ibu kandung dari Fikri saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/1/2020).

Hasnah mengatakan, mereka sebelumnya membuat laporan ke hilangan ke Polres Pagaralam lantaran Jumadi dan Fikri tak bisa dihubungi usai pamit dari rumah untuk melakukan pendakian ke Gunung Dempo.


Barang milik dua pendaki hilang

Setelah dari laporan tersebut, tim gabungan SAR serta kelompok pecinta alam langsung melakukan pencarian hingga keduanya ditemukan dalam kondisi tewas.

Namun, menurut Hasnah, seluruh barang milik Jumadi maupun Fikri tak ditemukan di kawasan Gunung Dempo, seperti keril, tenda dan dua unit handphone milik korban.

"Hari Rabu 20 November, ada temannya Fikri memberi tahu kalau WA (WhatsApp) Fikri sempat aktif, karena WA ini terkirim pada 9 November. Berartikan HP-nya aktif 9 November, terus saya lihat WA di HP saya juga, ternyata benar tanggal 9 November sempat terkirim WA itu," kata Hasnah.

Akibat kejanggalan tersebut, Hasnah mencoba untuk meminta tolong ke keluarganya yang bertugas di Polres Muara Bungo, Jambi untuk melacak handphone milik anak dan menantunya tersebut.


HP Fikri terlacak di Lahat

Hasilnya, handphone Fikri sempat terlacak berada di kawasan Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

Kamis 21 November Hasnah bersama keluarganya langsung ke Pagaralam, membawa bukti terlacaknya handphone Fikri ke pihak kepolisian setempat.

Kemudian, pada Jumat 22 November 2019 pihak keluarga akhirnya membuat laporan atas kehilangan barang-barang milik anak dan menantunya tersebut.

Setelah dilakukan penyelidikan, pihak kepolisian sempat menemukan pemilik handpone tersebut.

Namun, dari hasil pemeriksaan handphone itu disebut penyidik bukanlah milik Fikri.

"Penyidik mengatkan  itu salah HP. Saya terima, mungkin polisi sini salah. Padahal satu handphone kan hanya memiliki satu IMEI," ujarnya.


Tim evakuasi juga merasa janggal

Kejanggalan kematian Jumadi dan Fikri pun disebut Hasnah sempat disampaikan oleh tim evakuasi dari Wanadri yang ketika itu menemukan anaknya.

Sebab dalam analisis mereka, kondisi jurang jatuhnya kedua korban bukan trek yang terjal.

"Kan dia meninggal di gunung, katanya jatuh 300 meter, tapi kok bisa jatuh berdua sekaligus, jarak jatuh mereka itu berdekatan," kata salah satu anggota tim.

"Kalau mereka jatuh, baju mereka kok nggak ada yang robek, kalau memang jatuh, barang-barang mereka ke mana?"

"Dari Wanadri sudah mengatakan juga ada kejanggalan, besar kemungkinan mereka jatuh itu sangat kecil. Karena jalurnya tidak ekstrem begitu."


Keluarga sempat tolak otopsi

Pihak keluarga pun beralasan, mereka menolak untuk dilakukan otopsi, karena kondisi kedua korban sudah membusuk.

Sehingga diputuskan segera di bawa ke Jambi untuk dilakukan pemakaman.

"Untuk otopsi itu mendatangkan tim forensik dari Palembang. Sebagai seorang ibu saya tidak tega anak saya dibedah-bedah lagi," kata Hasnah. 

"Kondisinya waktu itu tubuhnya patah-patah. Hasil visum ada," ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Pagaralam AKBP Dolly Gumara mengatakan, mereka belum bisa berspekulasi soal adanya dugaan pembunuhan yang menimpa Jumadi dan Fikri.


Polisi terima laporan kehilangan barang

Saat ini, petugas kepolisian hanya menerima laporan sebatas kehilangan barang milik kedua korban.

"Sekarang masih dilakukan penyelidikan, karena kita hanya menerima laporan kehilangan barang saja," kata Kapolres Pagaralam AKBP Dolly Gumara.. 

"Dugaan pembunuhan belum mengarah, kita hanya menerima laporan kehilangan," ujar Dolly.

Dugaan barang korban dicuri pun belum bisa dipastikan polisi karena masih dilakukan penyelidikan. 

"Belum tentu barangnya hilang di sana (gunung), kalau saya pribadi sih, bisa saja barangnya hilang di rumah sakit. Ini juga masih didalami dulu."


Tim SAR sempat menyerah lakukan pencarian

Diberitakan sebelumnya, kedua pendaki asal Jambi itu dikabarkan Berangkat ke Kota Pagaralam pada (13/10/2019) kemarin.

Mereka sempat mengontak  keluarganya pada (15/10/2019) dan memberitahukan kabar jika mereka berada di lereng Gunung Dempo sebelum menuju ke Puncak.

Namun, setelah itu handphone korban tak lagi bisa dihubungi hingga akhirnya dilakukan pencarian.

Dalam proses evakuasi tim gabungan menemukan barang milik korban berupa sandal serta pakaian dan tracking pole yang tercecer di pelataran gunung Dempo pada Rabu (23/10/2019).

Satu pekan pencarian dilakukan, SAR gabungan akhirnya menutup operasi pencarian pada (31/10/2019).

Namun, tim dari Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri) tetap melakukan pencarian dan menemukan mayat pertama pada pukul 17.30 WIB, Sabtu (2/11/2019) yang ternyata Fikri.

Tak jauh dari penemuan pertama, mereka juga menemukan Jumadi di lokasi yang sama.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/16/21550481/kematian-2-pendaki-asal-jambi-di-gunung-dempo-janggal-keluarga-lapor-polisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke