Salin Artikel

Pasca-banjir dan Longsor di Bogor, 1.618 Pengungsi Memilih Tinggalkan Posko

Sebanyak puluhan ribu jiwa dari puluhan kecamatan di Kabupaten Bogor harus mengungsi akibat bencana itu. 

Banjir dan longsor juga meninggalkan derita dan ketidakjelasan nasib para korban yang mengungsi, lantaran rumahnya tersapu atau rusak. 

Tepat 13 hari berlalu, jumlah pengungsi yang kembali ke tempat tinggal saudaranya terus bertambah.

Hari ini, Selasa (14/1/2020), sebanyak 1.618 jiwa pengungsi memilih melanjutkan hidupnya di rumah-rumah saudara mereka dengan menggunakan kendaraan seadanya.

Sebelumnya, para pengungsi tersebut banyak yang memilih mengungsi di beberapa posko terdekat seperti kantor desa, sekolahan dan masjid di lokasi bencana.


19.246 jiwa masih mengungsi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat, hingga saat ini terdapat 19.246 jiwa yang masih mengungsi.

"Sebagian pengungsi yang sebelumnya berada di posko memilih untuk tinggal di tempat saudaranya," ucap Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor, Yani Hassan di kantornya, Selasa.

"Tadinya berjumlah 20.844 jiwa sehingga hari ini berkurang menjadi 19.246 jiwa. Berkurangnya 1.618 jiwa terdiri dari 3 kecamatan." 

Jumlah pengungsi tersebut terdiri dari anak-anak, orangtua, bayi, lansia, ibu hamil, dan ibu menyusui.


16 orang tewas, 3 masih hilang

Selain mengungsi, para korban juga banyak yang mendapatkan bantuan berupa pakaian, sembako dan layanan berobat di posko kesehatan.

Namun, dari jumlah itu tak semuanya mendapatkan bantuan karena ada beberapa desa yang terakses.

Jika dirinci, kata Yani, jumlah 19.246 jiwa pengungsi ini tersebar di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Cigudeg berjumlah 1.212 jiwa, lalu Kecamatan Sukajaya, 12.724 jiwa, kemudian Kecamatan Nanggung, 5.310 jiwa.

"Saat ini (pengungsi) tersebar di sejumlah tempat dan yang terbesar yaitu di Desa Sukaraksa di lokasi pengungsian yang telah disediakan BPBD Kabupaten Bogor," ungkapnya.

Sementara untuk korban jiwa masih sama, yaitu berjumlah 16 orang meninggal dunia. Tiga diantaranya dilaporkan hilang dan belum ditemukan.

Ketiga orang tersebut atas nama Amri (65), Maesaroh (25), dan Cici (10). Ketiganya berasal dari Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya.


Sejumlah desa masih terisolir

Selain itu, kata Yani, ada dua desa di Kecamatan Sukajaya masih terisolasi setelah diterjang bencana tersebut. Kedua desa itu yakni, Desa Cileuksa dan Desa Cisarua.

Menurutnya, ada banyak titik longsor yang menutup jalanan menuju akses ke dua desa tersebut.

Dia mengatakan distribusi logistik bantuan ke warga di desa tersebut masih banyak dilakukan lewat udara dengan helikopter yang terbang dari Lapangan Udara (Lanud) Atang Sanjaya.

Sedikitnya dalam sehari ada empat penerbangan khusus ke Kecamatan Sukajaya yaitu ke kampung Parempeng dua kali pengiriman, Cisarua sekali kemudian Cibarani sekali.

"Semua desa sudah terakses tapi kan diaksesnya lewat mana dulu, kalau lewat Sukajaya itu dua desa tersebut belum terakses (terisolasi) karena terkendala banyak hal seperti beberapa jembatan yang putus," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/14/22083221/pasca-banjir-dan-longsor-di-bogor-1618-pengungsi-memilih-tinggalkan-posko

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke