Salin Artikel

Cerita Korban Banjir Demak, Malam Mengungsi, Pagi Balik ke Rumah

Pantauan Kompas.com saat di lapangan, puluhan warga nekat menerjang air yang tingginya bervariasi mulai dari lutut hingga perut orang dewasa menuju ke permukiman yang terendam.

Rohimah (45) dan Maesaroh (50) misalnya, dua warga ini yang nekat melintasi banjir menuju rumah mereka,

Maesaroh nekat kembali ke rumah karena suaminya semalam tidak ikut mengungsi.

"Semalam mengungsi, pagi ini pulang mau lihat lihat rumah. Nanti kalau banjir tambah besar ya kembali mengungsi. Laki-laki banyak yang tidak mau mengungsi, duduk-duduk saja di tempat yang agak tinggi," kata Maesaroh.

Para korban bencana banjir masih berusaha menyelamatkan barang berharga dengan alasan mumpung masih terang dan ada petugas yang memberitahu jika akan ada banjir kiriman dari hulu.

Sejauh ini, fasilitas pendidikan juga masih lumpuh sehingga anak usia sekolah yang menempuh pendidikan di Desa Trimulyo, tidak mendapatkan pelayanan pendidikan secara layak.

Mereka harus sabar menunggu hingga banjir surut.

Tak hanya itu, para pelajar yang bersekolah di ibu kota kabupaten maupun di kecamatan lain juga belum bisa mengikuti pelajaran, sebab pakaian dan alat sekolah lain turut terendam.

Maulida Putri dan Naili Hidayah, dua pelajar kelas XII di sebuah Madrasah Aliyah di Demak mengaku resah sebab seragam dan alat sekolah kebanjiran.

Rumah mereka terendam banjir setinggi 1,5 m. 

"Bingung juga, harusnya kan sekolah tapi karena seragam dan buku buku kena banjir ya terpaksa izin. Takutnya ketinggalan pelajaran. Kan sudah kelas XII, sebentar lagi mau ujian," ungkap mereka.

Belum bisa beraktivitas

 Pada Jumat pagi, warga Desa Trimulyo belum bisa melakukan aktivitas harian.

Hal ini disebabkan rumah mereka masih tergenang air setinggi perut orang dewasa.

Air yang merendam rumah dan lahan pertanian di seluruh desa terjadi disebabkan tanggul Sungai Tuntang jebol karena tak kuat menahan debit air kiriman dari hulu.

Hari pertama banjir yang terjadi pada Kamis,(9/1/2020), petugas dari TNI , Polisi , BPBD Kabupaten Demak dan para relawan saling bahu membahu menangani korban bencana dan mengevakuasinya ke tempat yang lebih aman.

Mereka melakukan pendataan awal jumlah pengungsi untuk dasar distribusi logistik.

Awalnya baru ratusan warga terdata. Ternyata saat makan malam pengungsi yang membutuhkan makanan makin bertambah.

Menurut Afif salah satu relawan BPBD Demak, tidak semua warga yang terdampak banjir melaporkan diri ke posko pengungsian.

"Mereka banyak yang mengungsi di tanggul - tanggul sungai yang lokasinya agak sulit dijangkau," ungkapnya saat ditemui di posko banjir Balai Desa Trimulyo.

Data yang dihimpun oleh posko banjir di Desa Trimulyo per Jumat pukul 03.30 WIB, terdapat 9 titik terdampak banjir dengan total pengungsi 2.677 jiwa.

Sembilan titik asal pengungsi tersebut yakni Dukuh Cangkring terdeteksi 50 jiwa, Dukuh Walang 238 jiwa, Dukuh Gobang 210 jiwa, Dukuh Solowire 887 jiwa, Dukuh Solondoko 399 jiwa, Dukuh Kandang Lor 65 jiwa, Dukuh Kandang Kidul 197 jiwa, Dukuh Sindon 502 jiwa, dan Dukuh Kecamatan 129 jiwa.

Pihak posko banjir menyatakan sudah menyiapkan logistik di luar data yang tertampung sebagai antisipasi jika ada korban tak terdata tetapi membutuhkan uluran bantuan.

Untunglah jiwa gotong royong dan tepa slira masyarakat Demak rupanya masih tertanam kuat sehingga masalah logistik bisa teratasi.

Bahkan hingga kini para bantuan dari relawan dan donatur masih terus berdatangan.

Jenis bantuan berupa uang, pakaian pantas pakai, obat obatan, makanan dan air bersih terus digalang di wilayah yang tidak terdampak banjir.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/10/22221741/cerita-korban-banjir-demak-malam-mengungsi-pagi-balik-ke-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke