Salin Artikel

Awas! Cuaca Ekstrem Berpotensi Landa Jatim hingga 2 Pekan, Ini Ancamannya

SURABAYA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan cuaca ekstrem masih mungkin terjadi pada kurun Januari 2020 atau selama dua pekan ke depan.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, secara umum, cuaca di Surabaya dan Jawa Timur sudah memasuki musim penghujan.

Ia mengemukakan, curah hujan di Jawa Timut masih tetap terjadi secara intens setiap harinya.

"Apalagi prediksi kami kemarin (cuaca ekstrem), masih sampai dengan 12 Januari masih terjadi hujan. Kalaupun ada jeda tidak hujan, itu hanya beberapa hari saja. Tapi, kalau secara musim, di Jawa Timur ini sudah memasuki musim penghujan. Puncaknya nanti di awal Februari," kata Teguh, dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (9/1/2020).

Cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir, tetap harus diwaspadai.

Teguh menyebut, cuaca ekstrem seperti hujan disertai angin kencang masih akan terjadi satu atau dua minggu ke depan.

"Kejadian cuaca ekstrem ini harus diwaspadai masyarakat. Karena itu, masyarakat perlu untuk terus meng-update informasi. Karena biasanya kalau di Surabaya ini lebih cenderung hujan dengan disertai angin kencang," ujar dia.

Menurut dia, hujan pertama yang turun setiap harinya, biasanya akan disertai dengan angin kencang.

Lantaran sudah memasuki musim penghujan, curah hujan di Surabaya dan Jawa Timur saat ini relatif lebih banyak daripada bulan-bulan sebelumnya.

BMKG, kata dia, akan terus memperbaharui informasi cuaca di Jawa Timur melalui media sosial dan situs web resmi mereka.

"Hujan disertai angin kencang masih akan terjadi, tapi fluktuatif ya. Karena bicara cuaca ini tentu harus melihat pantauan harian untuk update-nya. Tapi, secara umum, hujan yang terjadi di Jatim relatif lebih banyak," ujar Teguh.

Meski demikian, ia meminta masyarakat untuk tidak khawatir.

Ketika akan terjadi cuaca ekstrem di seluruh Jatim, BMKG akan memberikan informasi harian yang bisa diakses masyarakat melalui media sosial, tepatnya satu jam sebelum kejadian.

Di samping itu, ia juga mengingatkan bahwa rata-rata bencana tertinggi di Jawa Timur adalah bencana hidrometeorologi atau bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi seperti angin kencang, hujan lebat, hingga gelombang tinggi.

"Hidrometeorologi lebih kepada karena ada puncak musim penghujan. Efek dominannya bisa jadi genangan dan berpotensi tanah longsor, hingga angin puting beliung. Ini masih bisa terjadi, sampai Januari ini masih ada," imbuh dia.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya Taufiq Hermawan juga mengutarakan hal yang sama.

Menurut dia, kondisi cuaca secara umum di Jawa Timur, termasuk Surabaya, telah memasuki puncak musim penghujan.

Biasanya, puncak musim penghujan ini terjadi di bulan Januari dan Februari.

"Jadi, hingga bulan depan (Februari) kami masih berada di puncak musim hujan," kata Taufiq.

Pihaknya turut mengapresiasi langkah yang dilakukan Pemkot Surabaya dengan melakukan pemasangan weather information display (WID) di beberapa titik pesisir pantai.

Melalui papan informasi cuaca digital ini, kata Taufiq, pemkot memberikan fasilitas kepada masyarakat agar bisa memahami kondisi cuaca yang ada.

Dengan begitu, mereka bisa mengetahui kondisi cuaca dan mengantisipasi lebih dini.

"Jadi, ketika masyarakat mengetahui melalui display (WID), kondisi cuaca lembap masyarakat bisa mengantisipasi. Demikian juga ketika kondisi gelombang tinggi masyarakat juga bisa mengantisipasi," kata Taufiq.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/09/13355591/awas-cuaca-ekstrem-berpotensi-landa-jatim-hingga-2-pekan-ini-ancamannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke