Salin Artikel

Cerita Korban Keracunan Tongkol di Jember, Wajah Bengkak hingga Tak Bisa Buang Angin

Dia ditemani anak, suami, hingga mertuanya yang ikut jadi korban keracunan massal ikan tongkol.

Namun, hanya Wasilaturrahmi yang kondisinya belum membaik dari gejala keracunan.

“Suami saya cuma muntah dan pusing, anak saya diare satu malam,” katanya kepada KOMPAS.com.

Wasilaturrahmi mengatakan, ikan tongkol yang diduga sebagai sumber keracunan massal disantapnya saat merayakan tahun baru.

Ikan bakar itu didapatnya dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Puger. Saat dibeli, ikan itu terlihat segar dan bersih.

Namun, setelah beberapa jam ikan itu dimakan, Wasilaturrahmi mulai merasa pusing, wajahnya memerah dan bengkak, lidahnya pun terasa gatal.

Setelah gejala itu timbul, keluarga Wasilaturrahmi bukanya berhenti mengonsumsi ikan.

“Eman (kasihan) kalau tidak dihabiskan,” ujarnya.

Perempuan itu sempat meminum air kelapa muda untuk mengobati gejala keracunannya, tapi kondisinya tidak membaik. Keluarga Wasilaturrahmi pun membawanya ke Puskesmas.

“Sampai pingsan, sadar sudah dibawa ke Puskesmas, tidak bisa kentut, perut terasa eneg (mual),” jelasnya.

Wasilaturrahmi yang sering mengkonsumsi ikan, heran bisa keracunan setelah menyantap ikan bakar.

Saat ini, warga RT 01 RW 18 Kelurahan Kranjingan Kecamatan Sumbersari, Kota Jember itu masih dalam perawatan intensif di Puskesmas Patrang.

“Sekarang sudah mendingan. Namun masih agak sesak nafas,” kata Wasilaturrahmi.

Jumlah warga Jember yang keracunan ikan tongkol terus bertambah. Dari jumlah awal 119, kini menjadi 250, Kamis (2/1/2020).


Beberapa warga dilarikan ke puskesmas hingga rumah sakit. Data dari Dinkes Jember, ada sembilan warga yang masih dirawat dan belum bisa pulang.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Jember Dyah Kusworini mengatakan, hingga kini masih belum bisa menyimpulkan secara pasti penyebab warga keracunan.

"Sisa makanan yang diduga sebagai penyebab keracunan telah dikirim ke laboratorium dan hasilnya belum keluar,” ucap Dyah, melalui keterangan tertulis, Kamis.

Saat petugas berkunjung ke rumah korban untuk penyelidikan epidemiologi, petugas bertanya tentang sisa makanan yang diduga sebagai penyebab keracunan makanan.

Bila masih ada, keluarga korban diminta untuk tidak mengonsumsi sisa makanan tersebut.

“Petugas akan mengambil sampel dari sisa makanan yang ada,” ujar dia. Sampel tersebut akan dikirim ke laboratorium.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/02/15401931/cerita-korban-keracunan-tongkol-di-jember-wajah-bengkak-hingga-tak-bisa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke