Salin Artikel

Di Kulonprogo, Ada Toleransi di Sepotong Roti...

Pasangan suami istri tersebut selalu membagikan bingkisan natal sejak tahun 1990-an. Kala itu mereka membuat 20 bingkisan natal yang akan diserahkan pada tetangga sekitar.

Sebagai pembuat roti, dalam bingkisan yang diberikan Sri Nurjanah dan Harmanto selalu ada roti bikinan mereka sendiri.

"Isinya selalu seperti ini. Hanya saja rotinya ganti-ganti, misal tahun kemarin roti gulung," kata Sri.

Selain roti, mereka juga menyiapkan lemper sebagai simbol untuk mempererat hubungan mereka.

Kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2019) Sri Nurajanah mengatakan tradisi membagikan bingkisan batal adalah sebagai tanda syukur dan sukacita bagi mereka di hari kelahiran Yesus Kristus di dunia.

"Natalan itu selalu senang. Biar sekarang tetangga ikut merasakan sukacita kita," kata perempuan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kaliwates itu.

Ia mengatakan pemberian bingkisan atah hantaran lazim dilakukan oleh masyarakat Jawa yang disebut tradisi atar-arat atau anter-anter. Sebagian orang menyebutnya kendurian.

Pemberian bingkisan atau hantaran juga dilakukan saat orang mempunyai hajatan seperti khitanan, pernikahan, lamaran, peringatan kematian, dan perayaan lainnya.

Saat ini mereka membuat bingkisan secara bersama-sama. Cari tersebut dipilih agar pemberian bingkisan natal bisa menjangkau semua orang termasuk warga di lokasi terjauh.

Sebelum cara ini dilakukan, satu keluarga ada yang mendapatkan 3-4 bingkisan natal. Namun ada juga keluarga yang tidak pernah mendapatkan apa-apa.

Ada 20 kepala keluarga Nasrani di Karang Tengah Lor dan tahun ini mereka membuat bingkisan hantaran di rumah Sri Nurjanah.

Di rumah itu mereka merapikan kardus, menata roti, dan membungkus keripik jagung. Mereka juga menyiapkan lemper hangat dan telur asin.

Saat Kompas.com berkunjung pada Sabtu (22/12/2019), beberapa ibu rumah tangga yang beragama Katolik dan Kristen sedang mempersiapkan bingkisan.

Mereka adalah Theresia Irine Sumiati, Mariastuti, Muryani, Kristiana Sri Sulastri dan Sugiyem.

Setelah semuanya siap, bingkisan tersebut diantarkan langsung ke rumah para warga yang ada di 2 RT di dusun tersebut tanpa melihat agama dan kepercayaan pemilik rumah.

Ada 150 kepala keluarga yang menerima bingkisan tersebut.

Untuk tahun ini, satu bingkisan natal berisi roti bolu panda, kerikik jagung, tiga telur asin, dan lima nasi lemper.

Di bingkisan yang diberikan terdapat tulisan, "Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang.

"Mereka menerima dengan sukacita dan mengucap terima kasih. Mereka ada yang menyampaikan Selamat Natal dan mengharap Natal-nya berjalan lancar," kata Muryani, salah satu umat Kristiani yang ikut membagi bingkisan, Sabtu (21/12/2019).

Selain Muryani, Mbak Tien penjual empek-empek di wilayah tersebut juga membantu mebagikan bingkisan bersama Aska, anaknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD.

"Mbak Tien ini memang entengan orangnya. Ringan tangan. Semua warga sudah tahu kalau Mbak Tien ini selalu duluan membantu di semua kegiatan warga," kata Sri Nurjanah.

Sri juga mengatakan warga Dusun Karantengah Lor berasal dari beragam latar belakang. Mereka kebanyakan adalah pedagang dan pegawai.

Walaupun berasal dari berbagai macam latar belakang, kerukunan umat beragama tersebut sangat kuat.

Sri Nurjanah menceritakan hal yang paling mencolok adalah saat hari besar keagamaan. Ia mencontohkan saat Idul Adha, suaminya yang nasrani dan keluarga kristiani di dusun tersebut ikut membantu memotong daging.

"Suami ikut memotong daging, anak dan pemuda lain membersihkan kotoran dari kurban di sungai," katanya.

Semua warga tanpa kecuali menerima pembangian daging kurban.

"Kerukunannya bagus di sini," kata Sri.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis Dani Julius Zebua : Editor: Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2019/12/25/08180071/di-kulonprogo-ada-toleransi-di-sepotong-roti-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke