Salin Artikel

Penipuan Umrah di Banyumas, Dijanjikan Berangkat Gratis hingga Investasi Benda Antik

Kedatangan mereka untuk mempertanyakan kepastian keberangkatan umrah kepada RD dan NR, pasangan suami istri pengasuh pondok pesantren tersebut.

Suwito (60) warga Kabupaten Banyumas adalah salah satu orang yang datang ke pesantren tersebut.

Kepada Kompas.com, Suwito bercerita sembilan bulan lalu ia telah menyerahkan uang sekitar Rp 50 juta untuk biaya umrah ia dan istrinya.

Namun janji keberangkatan umrah tak kunjung ditepati.

"Saudara istri saya juga ada lima orang yang ikut mendaftar umrah. Dulu mendaftar sebelum puasa, awalnya dijanjikan berangkat bulan puasa, tapi mundur-mundur terus, terakhir tanggal 26 November, tapi batal," kata Suwito saat ditemui di lokasi.

Hal senada juga diceritakan Tari (50) yang telah menyerahkan uang sebesar Rp 150 juta untuk biaya umrah keluarganya pada Maret 2019 lalu.

Awalnya mereka berencana untuk merayakan Idul Fitri di Tanah Suci. Namun rencana itu batal.Padahal mereka sudah membayar biaya tambahan Rp 5 juta per orang.

"Pertama masing-masing bayar Rp 17 juta, dikembalikan Rp 400.000. Tapi kemudian minta tambahan Rp 5 juta, karena mau Lebaran di sana, tapi sampai sekarang tidak berangkat-berangkat," tutur Tari.

Terakhir Tari dijanjikan berangkat pada 26 November 2019. Lagi-lagi keberangkatan tersebut gagagl.

Tari pun melaporkan penipuan tersebut ke polisi.

"Pertama nunggu koper katanya, terus menunggu visa, pokoknya tiap bulan dijanjiin terus, katanya nunggu temannya dan lainnya. Terakhir malah diumumkan di masjid, katanya mau berangkat tanggal 26 November," ujar Tari.

Dari data yang didapat Kompas.com, korban penipuan umrah di Banyumas sekitar 127 orang dengan kerugian mencapai Rp 1 miliar.

Warsito dijanjikan umrah gratis karena ia dianggap sebagai salah satu tokoh masyarakat desa setempat.

Bukan hanya warga setempat, kupon umrah juga dijanjikan pada tokoh masyarakat desa tetangga.

Kupon umrah gratis tersebut diberikan sebagai bentuk syukur untuk rencana pendirian pondok pesantren di Kecamatan Subang, Kabupaten Banyumas.

"Setelah saya ikuti, karena di lingkungan sebagai RW barangkali itu nyata, tapi setelah saya masuk tidak pasti, janji tinggal janji. Saya mengikuti sebatas menghormati undangan, kalau nyata ya saya ikut," ujar Warsito.

Saat ini ada sekitar 10 santri putra putri yang tinggal di pesantren tersebut.

Harti (27) salah satu santri bercerita bahwa RD dan NR telah pergi lebih dari sepekan yang lalu.

"Belum pulang, sekitar semingguan lebih. Tidak tahu (ke mana), tidak ngabari. Perginya pamit iya, tapi tidak tahu perginya ke mana," kata Harti.

Ia mengaku tidak tahu mengenai bisnis umrah yang dikelola oleh pengasuh pesantren.

Sementara itu Wahyudi (31) salah satu pengurus pesantren mengaku juga tidak tahu kepergian RD dan NR.

Ia bercerita RD dan NR pergi saat ia sedang tidur.

"Saya enggak tahu, terakhir di sini sudah lama sih ya, sudah hampir satu bulan. Saya enggak tahu (perginya), saya lagi tidur," kata Wahyudi.

Namun NR sempat mengirimkan pesan kepada anaknya melalui WhatsApp. Tapi saat ini sang anak telah kembali ke pesantrennya di luar kota.

Sementara Warsito, ketua RT setempat bercerita bahwa biro perjalanan umrah tersebut telah beroperasi sejal lama.

Sepengetahuan dia, biro tersebut telah ebebrapa kali memberangkat jemaah umrah ke Tanah Suci.

"Awalnya yang perempuan mengelola pondok pesantren dan umrah dengan suaminya yang dulu, tapi sudah pisah. Kemudian nikah lagi dengan suaminya yang sekarang," ujar Warsito.

Ia mengatakan, ada informasi yang menyebut pasangan RD dan NR naik motor berdua di desa sebelah.

"Sebelum tanggal 26 November 2019 sudah enggak aktif, menghilang, sampai sekarang keberadaannya enggak jelas. Kemarin katanya ada orang yang melihat naik motor di desa lain, empat harian yang lalu," ujar Warsito.

Salah satu korbannya adalah Dani Hadiwinata.

Kepada Kompas.com, Minggu (15/12/2019), Dani bercerita ia telah menyerahkan uang Rp 23 juta untuk usaha jual beli benda antik yakni samurai.

Namun hingga saat ini Dani tak pernah mendapatkan keuntungan.

Untuk menggantikan uang investasi tersebut, Dani dijanjikan untuk diberangkat umrah. Namun ternyata Dani tak kunjung diberangkatkan.

"Saat menagih janji investasi, akhirnya saya dimasukkan jemaah umroh, tapi ternyata umrah mundur-mundur terus. Saya kontak biro umroh yang jadi mitra, ternyata tidak ada nama yang masuk, apalagi biaya, jadi agenda umroh 127 orang semua tidak terealisasi," ujar Dani.

Dani menyebut, tidak hanya dirinya yang menanamkan investasi.

Berdasarkan informasi yang diterima, terdapat banyak orang dari beberapa kota yang menyerahkan uang untuk investasi dengan jumlah yang bervariasi.

Ia mengaku tak bisa menghubungi RD dan NR karena nomor ponselnya telah diblokir.

"Sekarang sudah tidak ada itikad baik dari yang bersangkutan. Nomor HP saya sudah diblokir, nomor-nomor jemaah yang lain juga diblokir, katanya masih ada calon jamaah yang nomornya tidak diblokir, tapi enggak ikut ke sini orangnya," kata Dani.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Banyumas AKP Agung Yudhiawan membenarkan adanya laporan dugaan kasus penipuan biro perjalanan umrah.

Saat ini polisi sedang mendalami laporan tersebut.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Aprillia Ika)

https://regional.kompas.com/read/2019/12/16/08380011/penipuan-umrah-di-banyumas-dijanjikan-berangkat-gratis-hingga-investasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke