Salin Artikel

Cerita Korban Banjir Kampar, Panik Saat Tengah Malam hingga Menahan Lapar

Luapan air dari Sungai Kampar terus bertambah.

Kebanyakan warga masih nekat bertahan di rumah.

Padahal, ketinggian banjir di permukiman warga yang dikelilingi sungai itu sudah mencapai lebih dari 1 meter.

Yulianis (41), salah seorang warga yang masih bertahan di tengah kepungan banjir.

"Sekarang masih bertahan di rumah. Tempat tidur sudah dibuat tinggi sama Abang. Tapi kalau air masih bertambah, mungkin nanti mengungsi ke posko. Kalau rumah saudara tidak ada," kata Yulianis saat diwawancarai Kompas.com, Minggu (15/12/2019).

Yulianis bercerita, selama dilanda banjir, dia sempat mengalami kejadian yang menakutkan.

Hal itu terjadi ketika air tiba-tiba naik saat tengah malam.

Kejadian itu dialami Yulianis pada Sabtu kemarin, sekitar pukul 01.00 WIB.

Saat itu, dia bersama suaminya, Fadli (49) dan dua anaknya sedang tertidur.

"Waktu itu kami semuanya tertidur. Tiba-tiba saya terbangun karena terasa dingin. Rupanya kasur sudah basah karena banjir makin tinggi di dalam rumah. Kami panik dan ketakutan," kata Yulianis.

Dia kemudian membangunkan suaminya dan anak-anaknya.

Saat itu, ketinggian banjir di dalam rumah sudah mencapai 80 sentimeter.

Setelah itu, suaminya bergegas membuat tempat dari kayu untuk menaruh pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya.

"Abang cepat-cepat buat pangkin. Barang-barang dinaikkan ke atas. Tapi ada juga yang terendam seperti tabung gas, kulkas dan mesin cuci," kata Yulianis.

Yulianis dan keluarganya sudah tidak bisa tidur hingga pagi hari. Mereka takut air semakin tinggi dan membahayakan keselamatan.

Yulianis dan keluarganya hanya terduduk di atas pangkin sambil berdoa agar banjir cepat surut.

"Mau keluar enggak bisa. Perahu enggak ada. Jadi, ya kami bertahan di rumah sampai pagi," ujar Yulianis.

Duduk menahan lapar

Meski sudah dua hari kebanjiran, Yulianis mengaku belum mendapat bantuan dari pemerintah. Dia dan keluarganya pun sempat merasa kelaparan.

"Kemarin dari siang sampai sore belum ada makan. Bantuan enggak ada datang. Terpaksa kami nahan lapar," kata Yulianis.

Pemerintah setempat sebenarnya telah mendirikan dapur umum.

Namun, jaraknya cukup jauh ke seberang sungai.

Sebagian warga termasuk Yulianis berharap bantuan makanan bisa diantar langsung ke rumah.

"Kami kan enggak punya alat transportasi kayak perahu. Mau pergi ke dapur umum tak bisa. Arus banjir deras. Jadi, ya harapan saya makan bisa dibantu antar ke rumah," tutur Yulianis.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 115 kepala keluarga di Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Riau, dilanda banjir.

Selain merendam rumah warga, banjir juga menggenangi sekolah dan rumah ibadah.

Di tempat lain, banjir juga terdampak di beberapa kecamatan di Kabupaten Kampar, yakni Kecamatan Tambang, Siak Hulu, Kampar Kiri, Kampar.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/15/13164181/cerita-korban-banjir-kampar-panik-saat-tengah-malam-hingga-menahan-lapar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke