Salin Artikel

Di Balik Teror Harimau di Kota Pagaralam, Ada Dugaan Perburuan Anak Harimau hingga Perusakan Hutan

Kantong pertama yakni berada di Bukit Dingin yang memiliki luas lahan 63.000 hektar dan kantong kedua di daerah Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektar yang membentang dari Kabupaten Lahat-Kota Pagaralam dan Kabupaten Muara Enim.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Martialis Puspito mengatakan, dari tiga kejadian serangan harimau yang menimbulkan satu korban jiwa, mereka mendapatkan beberapa dugaan penyebab turunnya raja hutan itu dari gunung.

Dugaan itu berupa adanya indikasi perburuan anak harimau serta perambahan hutan oleh warga hingga merusak kawasan hutan lindung.

Perburuan anak harimau

Martialis menjelaskan, kejadian pertama yang menimpa Irfan (19), salah satu wisatawan Gunung Dempo, pada Sabtu (16/11/2019), para saksi melihat harimau itu sedang meraung-raung.

Kebiasaan itu biasanya sebagai tanda harimau untuk mencari anak dan akan kawin.

Selain itu, salah satu saksi mata atas nama Sulaiman berujar, sebelum Irfan diserang, wisatawan itu sempat mengatakan ingin mengambil seekor anak harimau untuk dibawa ke Kota Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).

Kejadian selanjutnya di Dusun Pematang Bango, Desa Curup Gare, Kecamatan Pagaralam Utara, terdapat kesaksian warga yang melihat anak harimau seukuran anjing dari jarak 10 meter dengan jejak berdiameter 7 sentimeter.

"Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kemunculan harimau di Tugu Rimau dan Gunung Dempo pada kantong Bukit Dingin diduga kuat sedang mencari sesuatu karena harimau itu berjalan dengan meraung," kata Martialis, saat dikonfirmasi, Selasa (3/12/2019).

Perambahan hutan

Kemudian, kejadian konflik harimau dan manusia terjadi lagi pada Minggu (17/11/2019).

Seorang petani kopi atas nama Kuswanto (57), warga Desa Pulau Panas, Kecamatan Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, tewas diterkam harimau. 

Dari hasil pemeriksaan TKP, tim BKSDA menemukan satu unit mesin chainsaw, tiga tunggul kayu, dan kayu papan sebanyak 17 keping. 

Korban diduga kuat sedang menebang pohon pada habitat harimau.

Lalu, harimau kembali muncul di Desa Rimba Candi, Kecamatan Dempo Tenga, Kota Pagaralam, yang menyebabkan Marta Rolani (24) mengalami luka cakar di tubuhnya sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Setelah dilakukan pengecekan, lokasi konflik yang mengakibatkan korban luka hanya berjarak sekitar 12 km dari lokasi serangan di sebelumnya.

Dengan demikian, diduga kuat aktivitas korban masuk di dalam kawasan hutan lindung.

"Aktivitas manusia dalam kawasan hutan lindung, berisiko menimbulkan interaksi dengan harimau karena hutan lindung menjadi habitatnya," kata Martialis. 

"Tentunya aktivitas manusia dalam kawasan hutan lindung berdampak degradasi kawasan yang menjadi habitat harimau," ujarnya.

Pemburu berkeliaran

Selain itu, Martialis mengungkapkan, saat ini sedang beredar informasi adanya pemburu yang sedang berkeliaran di kawasan Kampung IV jalur pendakian gunung Dempo.

Kabar itu saat ini masih dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian serta BKSDA.

"Harimau menyerang karena ada gangguan kuat di habitatnya. Saat ini kami sedang melakukan proses evakuasi dengan menelusuri jejak-jejak yang ada,” ujarnya.

Kapolsek Dempo Selatan Kota Pagaralam Iptu Zaldi Jaya saat dikonfirmasi mengaku, pihaknya sedang melakukan pendakian. 

Hal itu dilakukan untuk menelusuri jejak harimau yang menyerang salah seorang warga Dusun Tebat Benawa, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam.

"Dari hasil penelusuran ini, kami akan lakukan proses evakuasi," kata Zaldi.

https://regional.kompas.com/read/2019/12/03/16213721/di-balik-teror-harimau-di-kota-pagaralam-ada-dugaan-perburuan-anak-harimau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke