Salin Artikel

Detik-detik Rumah Nenek Ernawati Hancur dan Terbawa Longsor di Agam

Pada hari itu, Ernawati menyaksikan rumah semi permanen yang dimilikinya beserta isi di dalamnya hancur dan hanyut diterjang longsor dan banjir bandang.

Sang nenek hanya bisa membawa satu tas dokumen dan pakaian yang melekat di tubuhnya.

Sementara rumah dan isinya berupa televisi, kulkas, serta semua perabotan tidak tersisa akibat longsor dan banjir badang yang melanda daerah itu.

Ernawati menceritakan, pada Rabu itu, hujan turun sangat deras, tidak seperti biasanya sejak sore hari.

Ernawati yang tinggal sendirian di rumahnya sudah memiliki firasat akan terjadi bencana.

Benar saja, usai shalat magrib, sekitar pukul 18.30 WIB, ia mendengar suara gemuruh dari atas bukit.

Bunyi batu beradu dan air bah turun dari atas bukit semakin mendekat menuju rumahnya.

"Saya mendengar bunyi gemuruh dari atas bukit. Bunyi batu beradu dan air bah semakin mendekat. Saya keluar dari rumah, kendati hujan sangat lebat," kata Ernawati bercerita kepada Kompas.com, Minggu (24/11/2019) di lokasi bencana.

Tiba di luar, dirinya sudah melihat air bah berserta batu-batu sudah semakin dekat akan menghantam rumahnya.

Tetangga di sekitar rumahnya sudah berlarian menyelamatkan diri dengan menjauh dari rumah.

Namun, Ernawati kembali masuk ke rumah untuk mengambil tas yang berisi dokumen-dokumen yang dimilikinya.

"Setelah tas berisi dokumen itu saya dapati, saya langsung berlari keluar menjauh dari rumah. Sementara air bah dan bebatuan sudah semakin dekat," kata Ernawati.

Tidak berapa lama, terdengar batu dan air bah menghantam rumahnya.

Rumahnya hancur dan kemudian hanyut dibawa air bah.

"Saya melihat dengan mata kepala sendiri ketika rumah saya hancur dan hanyut dibawa air bah. Untung saya cepat keluar rumah, kalau tidak, saya mungkin sudah mati," kata Ernawati dengan suara serak.

Setelah melihat rumahnya hancur dan hanyut dibawa air bah, Ernawati berlari ke tempat aman sampai longsor reda.

Sekarang dia tidak lagi memiliki rumah sebagai tempat berlindung dan beristirahat.

Ernawati mengaku dirinya terpaksa menumpang di rumah saudaranya, entah sampai kapan.

"Saya tidak tahu sampai kapan. Apakah rumah saya akan dibangun lagi atau tidak, entah lah," ujar Ernawati.

Bersyukur masih selamat

Ernawati mengatakan dirinya sangat bersyukur bisa selamat dari bencana tersebut. Sebab, terlambat sedikit saja, iamungkin bisa menjadi korban terjangan material longsor.

Ernawati juga bersyukur karena anggota keluarga lainnya saat kejadian tersebut tidak berada di rumah.

"Suami saya sudah tiada. Anak saya saat itu pergi berdagang. Sedangkan cucu dititipkan di rumah saudara. Alhamdulillah mereka tidak berada di rumah sehingga terhindar dari bahaya," kata Ernawati.

Banjir bandang dan longsor tersebut bukan hanya menghancurkan rumah milik Ernawati, namun juga 12 rumah warga lainnya.

Lima di antaranya rusak parah. Selain itu, satu masjid juga hancur dan satu madrasah mengalami kerusakan.

Selain itu, longsor ini juga menyebabkan akses jalan lumpuh akibat tertutup material longsor sepanjang 100 meter dengan ketinggian 10 meter lebih.

Akses jalan baru bisa terbuka setelah 48 jam seluruh tim dari BPBD, Satpol PP dan Damkar, kepolisian, tentara, tim relawan dan masyarakat bahu membahu membuka jalan.

https://regional.kompas.com/read/2019/11/25/06370271/detik-detik-rumah-nenek-ernawati-hancur-dan-terbawa-longsor-di-agam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke