Salin Artikel

Kisah Hasan Tebarkan Keindahan Islam di Tengah Isu Islamophobia Dunia

Salah satu dari lima ulama itu adalah Hasan Al Banna. Ulama asal Cirebon ini ditempatkan di Kota London untuk kemudian berdialog dengan berbagai komunitas guna menebarkan keindahan Islam di Indonesia yang cinta damai.

Ia menceritakan, salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah radikalisme dan Islamophobia.

“Radikalisme dan Islamophobia sekarang sudah menjadi masalah global,” kata Hasan melalui telekonferensi.

Pernyataan itu dia sampaikan saat acara Press Conference-Teleconference English for Ulama The Journey di NJB Precious, Gedung Palma, Jakarta, Selasa (12/11/2019) yang juga dihadiri Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

English for Ulama, sebarkan pesan perdamaian

Menurut Hasan, program yang diinisiasi Gubernur Jabar, Ridwan Kamil ini sukses mengumandangkan pesan kedamaian Islam dan Indonesia sebagai pemersatu.

“Indonesia, terutama Jawa Barat telah menjadi contoh yang baik. Kita berbeda-beda suku dan sangat plural sehingga negara kita menjadi contoh yang baik,” imbuh dia.

Ridwan Kamil, menurut ulama asal Cirebon itu, telah memberi contoh yang baik bahwa Islam di Indonesia harus menjadi terdepan sebagai pembawa pesan perdamaian.

“Selama ini Eropa memandang Islam dari sisi Arab. Hal itu menjadi pesan kuat bagi kita bahwa ada Islam dengan komunitas terbesar di dunia, yakni Indonesia,” kata Hasan.

Namun lanjut dia, selama ini ulama Indonesia jarang tampil sehingga program English for Ulama menjadi kesempatan emas untuk menjelaskan pada dunia tentang Islam di Indonesia.

“Kita (Islam di Indonesia) berada di tengah. Ini juga merupakan kesempatan untuk menjelaskan pada dunia bahwa Islam adalah Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi seluruh alam),” kata Hasan.

Persiapkan diri hadapi Islamophobia

Kelima ulama yang diberangkatkan ke Inggris menurut Hasan juga telah dibekali dengan persiapan menghadapi berbagai hal, seperti pertanyaan terkait Islamophobia.

“Berbagai pertanyaan, termasuk terkait Islamophobia tentu siap kami jawab. Itu karena orang non-muslim tidak membaca Alquran dan tidak tahu Nabi Muhammad,” lanjut dia.

Ia melanjutkan, yang orang-orang non-muslim baca adalah akhlak dan etika yang disampaikan saat dialog.

“Tim dari Pemdaprov Jabar telah benar-benar mempersiapkan kami sebaik-baiknya sehingga Insyaallah kami betul-betul siap,” imbuh Hasan.

Sementara itu, Ridwan Kamil menyampaikan jika para ulama tidak hanya dipersiapkan dari segi bahasa dan kepercayaan diri berbicara saja.

“Para ulama ini kalau akan berdialog, ilmu fikihnya sudah matang. Salah satu ulama bahkan hafal sanad keilmuan sehingga membuat kagum ulama di Inggris,” ujar Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil).

Hal itu, lanjut Gubernur Jabar, menunjukkan andai ulama yang dikirim didebat, maka ilmu agama dia sudah memadai.

Untuk proses pemilihan, Pemdaprov Jabar membagi dua kelompok, yakni perwakilan daerah dan perwakilan ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persatuan Islam (Persis).

“Karena kemampuan kami terbatas, maka akhirnya dari ratusan pendaftar diseleksi sampai 30 orang yang mengikuti pelatihan bahasa dengan British Council. Dan karena keterbatasan, kami hanya bisa kirim lima orang ke Inggris,’ kata Emil.

Proses seleksi untuk mengukur ilmu keagamaan, imbuh Gubernur Jabar, dilakukan pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI).

https://regional.kompas.com/read/2019/11/13/19330951/kisah-hasan-tebarkan-keindahan-islam-di-tengah-isu-islamophobia-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke