Salin Artikel

Cerita di Balik Pasutri yang Tewas Digigit Ular, Remaja 17 Tahun Jadi Tulang Punggung Adik-adiknya

KOMPAS.com - Setiap orang tak akan pernah tahu kapan musibah itu akan datang menimpa keluarga, saudara bahkan diri kita sendiri. 

Namun, ketika musibah itu sudah datang, kita harus siap untuk menghadapinya, hal inilah yang kini dialami oleh Heri Misbahudin (17) warga Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat.

Ia tak meyangka, kedua orangtuanya yakni Maksum (45) dan Nuryani (38) harus meninggal setelah digigit ular berbisa dalam waktu rentang yang berbeda.

Akibat peristiwa itu, Heri kini menjadi tulang pungung sekaligus kepala keluarga bagi ketiga adiknya.

Tak hanya itu, setelah ayahnya meninggal ia pun memutuskan untuk berhenti sekolah, saat itu ia duduk di kelas 2 SMP.

Lalu bagaimana peristiwa kedua orangtua Heri bisa meninggal digigit ular?

Cerita pasutri digigit ular menurut warga 

Hasbim Misbahudin (38), tokoh pemuda setempat mengatakan, pasutri ini tewas digigit ular dalam rentang waktu yang berbeda.

Nuryani meninggal setelah digigit ular di bagian jari kelilingking kanan saat tengah tidur di kamarnya. Sabtu (12/10/2019). Sedangkan ayahnya Maksum meninggal dipatuk di betis saat tengah berkebun 1,5 tahun lalu.

Pasangan suami istri ini, sambungnya, meninggalkan empat orang anak yakni Heri, (17), Riki (8), Rani (5), dan si bungsu Ramdan (2).

“Setelah digigit itu, korban waktu itu bilang melihat ular di rumahnya,” ucapnya kepada Kompas.com, Jumat (18/10/2019).

Hal senada dikatakan Nuryati (58), kerabat korban yang mengatakan, saat itu Nuryani sedang tidur di lantai rumahnya, lalu mengeluh jari kelingkingnya ada yang menggigit.

“Awalnya dikira tikus, tapi selang sejam kondisi badannya drop, sempat lemas dan pingsan. Di kelingkingnya ada dua luka gigitan, sempat diikat dan diobati, tetapi besoknya meninggal,” ujarnya, Jumat.

Masih dikatakan Yati, dari cerita warga, ular yang menggigit keponakannya itu jenis welang. Namun, hingga kini ular tersebut belum ditemukan dan ditangkap.

“Kalau suaminya, kejadiannya waktu di kebun, setahun lalu. Pulang ke rumah mengeluh sakit habis digigit ular. Sakit dulu lumayan lama sebelum meninggal dunia,” ujarnya.

Ditambahkan kerabat korban, Oni (65) sebelum meninggal, korban mengaku jari kelingkingnya digigit ular saat tengah tidur di lantai rumah.

“Tangannya sempat membiru dan lemas, besok paginya meninggal dunia,” katanya, Jumat.

Ia tidak mengetahui ular jenis apa yang telah menggigit keponakannya itu, namun informasi yang didapat dari korban, ular tersebut berwarna putih-hitam.

“Kalau suaminya meninggal 1,5 tahun lalu. Sempat sakit dulu enam bulan sebelum meninggal. Juga karena digigit ular, tapi di kebun, kena betisnya,” ujarnya.

Ular keluar dari tebing yang berada tak jauh dari rumah korban

Hasbim megatakan, setelah kejadian itu, warga kemudian beramai-ramai memburu ular tersebut.

Dikatakan Hasbim, warga ada yang melihat dua ular berkeliaran di permukiman.

“Sejak kejadian itu, kita lalu coba mencari ular. Ada yang melihat dua ular di permukiman, tapi baru dapat satu,” ucapnya.

Ia menenggarai ular berasal dari tebing yang berada tak jauh dari rumah korban. Pasalnya, di lingkungan permukiman tersebut terdapat tebing yang banyak pohon bambu.

“Kita cek rumahnya ternyata banyak lubang. Dugaan kita ular keluar-masuk lewat lubang itu. Rumah korban juga kan dekat tebing di belakangnya banyak pohon bambu,” katanya.

Ditambahkan Hasbim, kasus warga yang digigit ular baru kali pertama terjadi di daerah tersebut.

 

Pilih berhenti sekolah

Sejak ayahnya meninggal, Heri memutuskan untuk berhenti sekolah, waktu itu ia masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

Alasannya, ia tak ingin menjadi beban keluarga, apalagi ibunya tidak bekerja.

"Saya kerja serabutan mengepak sayuran dan setiap pagi antar adik ke sekolah," katanya seperti di kutip dari tayangan Kompas TV.

Ia berharap dengan adanya banyak bantuan ketiga adiknya dapat sekolah meskipun kedua orangtuanya sudah tidak ada.

Sementara itu, Plt Bupati Cianjur, Jawa Barat, Herman Suherman berjanji akan memastikan masa depan pendidikan keempat anak yatim piatu tersebut, termasuk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan.

"Ke depan anak-anaknya harus dipikirkan sekolahnya, kita masukkan ke PKH (program keluarga harapan), mereka harus sekolah lagi. Soal kesehatannya saya sudah instruksikan puskesmas di sini agar memonitor kesehatan mereka," ujarnya saat menyambangi rumah korban.

 

Rumah tak layak huni

Saat menyambangi rumah pasangan Maksum dan Nuryani yang diduga tewas digigit ular, Herman menyampaikan rasa prihatin dan duka mendalam atas apa yang telah menimpa pasutri tersebut, apalagi mereka meninggal dengan cara yang terbilang tragis.

"Informasinya akibat digigit ular, dan meninggalkan empat orang anak yatim piatu yang masih kecil-kecil. Karena itu saya langsung cek ke sini,” katanya.

Pada kesempatan itu, Herman menyerahkan bantuan berupa sembako dan uang sebesar Rp 20 juta untuk renovasi rumah.

"Barusan saya cek rumahnya ternyata sangat tidak layak. Semoga bantuan ini bisa membantu untuk perbaikan rumahnya,” harapnya.

Saat ini, Heri bersama ketiga adiknya telah diungsikan ke rumah salah satu kerabat yang tak jauh dari lokasi rumah mereka.

Sementara rumahnya kini telah dibongkar dan rencananya direnovasi oleh warga agar lebih layak dan aman.

 

(Penulis: Firman Taufiqurrahman | Editor Krisniandi dan Farid Assifa)

https://regional.kompas.com/read/2019/10/20/10045541/cerita-di-balik-pasutri-yang-tewas-digigit-ular-remaja-17-tahun-jadi-tulang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke