Salin Artikel

Fakta Lengkap Kerusuhan Jayapura, Satu Prajurit TNI Gugur hingga Dugaan Keterlibatan Benny Wenda

Para mahasiswa tersebut ingin mendirikan posko di areal Universitas Cendrawasih. Namun aksi tersebut tidak disetujui oleh pihak rektorat.

Sebagian besar mahasiswa itu disebutkan datang dari Sulawesi.

Setelah negosiasi, para mahasiswa sepakat dipulangkan ke Expo Waena.

Situasi di kawasan Expo sempat kondusif. Namun menurut polisi, massa pendemo tersebut secara tiba-tiba menyerang aparat TNI-Polri. Korban pun berjatuhan baik dari aparat dan warga sipil.

Berikut fakta dari kerusuhan di Jayapura:

1. Diduga mahasiswa, 3 warga sipil tewas

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan tiga mahasiswa tewas dan 20 orang lainnya luka-luka saat kerusuhan di Jayapura, Senin (24/9/2019).

Berdasarkan dugaan sementara, kata Dedi, ketiga korban mahasiswa diduga tewas karena peluru karet. Namun, penyebab kematian serta identitas korban masih didalami oleh tim Disaster Victim Identification (DVI).

Dedi mengatakan, seluruh korban telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, di Jayapura, Papua.

Wakapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Dax Sianturi mengatakan, Praka Zulkifli saat itu sedang melaksanakan tugas BKO Polda Papua sebagai pengemudi kendaraan dinas truk pengangkut pasukan.

Zulkifli dibacok saat beristirahat setelah mengantarkan pengunjuk rasa.

Luka di kepala bagian belakang begitu parah dan korban sempat mengalami pendarahan yang hebat.

Sekitar pukul 12.30 WIT, Praka Zulkifli dinyatakan meninggal dunia.

"Almarhum Praka Zulkifli yang sedang beristirahat sejenak usai mengantar pasukan pengamanan tiba-tiba diserang oleh massa dengan menggunakan senjata tajam," ujar Sinaturi melalui rilis yang diterima, Senin.

Ia mengatakan, pelaku pembacokan diduga oknum yang mengenakan pakaian mirip dengan mahasiswa Papua.

Ryamizard mengatakan, terkait kerusuhan yang kembali terjadi di Papua, pemerintah harus menyelesaikan dengan baik.

"Tetap saja dengan hati dingin, tidak panas. Selesaikan dengan baik. Menyelesaikan sesuatu yang itu pasti ada pengorbanannya," ujar dia.

 

"Sudah diamankan 318 mahasiswa diduga ikut melaksanakan tindakan anarkistis maupun terlibat dalam kegiatan demo yang spontanitas tersebut," ujar Dedi.

Polisi, kata Dedi, sedang memilah-milah peran mereka yang diamankan.

"Sekarang sedang dipilah-pilah siapa terlibat penganiayaan, kemudian siapa yang terlibat provokasi, siapa yang ikut-ikutan saja. Malam ini juga dimintai keterangan," tuturnya.

"Dari awal Bapak Kapolri sudah menyampaikan bahwa desain seperti ini tidak luput dari peran BW, ULMWP, yang ada di luar negeri," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin malam.

Benny yang kini tinggal di Inggris itu merupakan pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).

Ia diduga menjadi dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.

Lukas mengingatkan para mahasiswa untuk tidak berulah dan meminta mereka kembali ke kota studinya.

"Saudara hentikan seluruh kegiatan yang berbau kejahatan. Kalau you mau sekolah, kembali ke tempat studi kalau daerah itu dianggap aman," ujar Lukas, di Jayapura, Senin (23/9/2019).

Lukas mengingatkan, hukum tidak memandang status siapapun yang melanggar aturan, termasuk para mahasiswa.

"Saya tegas bicara, saudara tidak mau ketemu gubernur bicara, dan dengan tindakan begini tidak akan anda diampuni. Saudara harus sadar itu, ini kami tegas bicara, kami siap pulangkan kalian ke kota studi," tutur dia.

Para mahasiswa juga dimintanya berhenti menuntut pemerintah memberikan referendum bagi Papua, karena hal tersebut telah tegas dijawab.

"Itu percuma, negara sudah tegas, persoalan sudah selesai, jangan jadi korban dengan harapan bicara kemerdekaan. Itu sudah final," kata Lukas.

SUMBER: KOMPAS.com (Dhias Suwandi, John Roy Purba, Devina Halim., Haryanti Puspa Sari)

https://regional.kompas.com/read/2019/09/24/12120071/fakta-lengkap-kerusuhan-jayapura-satu-prajurit-tni-gugur-hingga-dugaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke