Salin Artikel

Keindahan Alam Taman Gunung Gede Pangrango Terganggu Tumpukan Sampah

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com -Keindahan alam di kaki Gunung Gede-Pangrango, Megamendung, Bogor, Jawa Barat, tercemar oleh tumpukan sampah.

Berbagai jenis sampah seperti bungkus makanan, botol plastik, styrofoam, dan sampah plastik baglog jamur tampak berserakan di pinggir jalan.

Tak ayal, area yang berstatus taman nasional itu pun dikeluhkan oleh wisatawan karena menimbulkan bau tak sedap dan bisa membahayakan.

"Sebenarnya kan itu tempat kita lewat (offroad) jadi kebetulan lagi main ke sana, nah pas lihat kok di kaki Gunung Pangrango malah jadi tempat pembuangan sampah, mau cari tempat ke mana lagi kotor begini," ucap Andi (45) kepada Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Ia menyebut, kebanyakan sampah itu sudah dimasukkan ke dalam puluhan karung dan tersebar di beberapa titik. Tak sedikit dari tumpukan sampah itu tercecer sampai ke bahu jalan.

Lebih-lebih ketika turun hujan, jalanan bisa menjadi licin sehingga pemotor akan berusaha menghindari tumpukan sampah.

Selain itu, efek dari sampah tersebut juga bisa membuat air sumur tercemar dan akan dirasakan oleh warga sekitar.

"Kan enggak bagus itu selain buat kita dan orang perkampungan juga, di sini airnya akan tercemar karena tumpukan sampah ini yang posisinya ada di atas" ungkapnya.

Bahkan kata dia, pemandangan yang tak mengenakkan itu akan membuat wisatawan merasa jijik dan kehilangan selera untuk datang kembali.

Menurutnya, semestinya pemerintah bisa memperhatikan kondisi kebersihan tempat wisata tersebut, begitu pun dengan pengelola agar berinisiatif membuat Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sehingga sampah tidak dibuang sembarangan.

"Dari beberapa bulan yang lalu, cuma sudah ada (nambah) dan jalan itu di kawasan wisata," terang Andi.

Berdasarkan pemantauan selama beberapa bulan terakhir, isu sampah di Kabupaten Bogor kian marak.

Beberapa di antaranya ada di aliran Kali Baru dan Sungai Cipakancilan, Desa Cilebut, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Sampah-sampah yang telah dibuang ke sana diperkirakan sudah menumpuk sejak puluhan tahun sampai membentuk gunung sampah.

Tumpukan sampah tersebut kebanyakan terdiri dari sampah plastik, ban bekas, limbah styrofoam dan sampah rumah tangga (kasur, kursi).

Data yang diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, dalam sehari produksi sampah di Kabupaten Bogor mencapai 2.850 ton.

Terbatasnya kemampuan untuk menangani sampah telah diakui oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.

Bahkan sejauh ini hanya 700 ton sampah yang bisa terangkut. Sisanya 2.150 ton menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah.

Kondisi ini disebabkan karena jumlah truk pengangkut sampah tidak sebanding dengan luas wilayahnya yang terdiri 40 kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 5,8 juta jiwa.

Faktor lain karena terbatasnya jumlah TPA sampah di wilayah Kabupaten Bogor

Untuk mengatasi hal ini, Pemkab Bogor telah menyiapkan langkah strategis berupa zonasi sampah dengan membangun tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Bogor Barat, Jasinga, Bogor Utara, Ciseeng, Bogor Selatan, Caringin, Bogor Timur, dan Jonggol.

Zonasi sampah ini berbasis sistem Reuse, Reduce dan Recycle (3R) dan menjadi salah satu solusi yang murah dan mudah dalam menjaga lingkungan, di samping mengolahnya atau memanfaatkan sampah tersebut.

Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap warga dalam kegiatan sehari-hari.

Zonasi sampah ini rencananya akan terealisasi pada bulan Juli Tahun 2020 mendatang.

"Kalau menurut rencana operasionalnya Juli 2020, tapi kita mencoba ke provinsi untuk mempercepatnya karena kan kita juga darurat TPA," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah DLH Kabupaten Bogor, Atis Tardiana, Sabtu (22/6/2019).

https://regional.kompas.com/read/2019/09/24/07333141/keindahan-alam-taman-gunung-gede-pangrango-terganggu-tumpukan-sampah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke