Salin Artikel

Kisah Pemuda Asal Sragen Berbobot 140 Kg, Mesin Timbangan Rusak hingga Sehari Makan 8 Kali

Anak kelima dari pasangan Suwarno (59) dan Tukiyem (58) ini memiliki berat badan mencapai 140 kilogram.

Berat badan berlebih itu telah terlihat sejak Sungadi lahir. Sungadi lahir secara normal dengan berat badan saat itu 4,8 kilogram. Bobot Sungadi semakin bertambah di usia delapan tahun.

"Usia delapan tahun berat badannya mencapai 114 kilogram," kata Suwarno kepada Kompas.com di Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (21/9/2019).

Berat badan berlebih Sungadi diketahui saat mengikuti Posyandu di desanya. Dalam acara itu Sungadi ditimbang menggunakan mesin timbangan.

Sampai-sampai mesin timbangan yang digunakan untuk mengukur berat badan Sungadi rusak karena tidak kuat menahan berat badannya.

Sejak bobot Sungadi bertambah, porsi makan Sungadi semakin banyak. Dalam sehari dia bisa makan hingga delapan kali.

"Kalau tidak dikasih makan Sungadi menangis," ujar Suwarno.


Setelah memasuki usia remaja, porsi makan Sungadi pun sudah mulai berkurang. Namun, porsi minumnya sangat banyak. Sungadi paling suka air putih dingin, tapi tidak suka minuman manis. 

Suwarno mengatakan, dokter penah mengambil sampel darah Sungadi untuk mengetahui penyebab berat badannya bertambah.

Setelah dicek di laboratorium, hasilnya tidak ditemukan adanya tanda-tanda gejala penyakit.

Hasil pengecekan memperlihatkan Sungandi normal dan sehat. 

Tak pernah sekolah

Sungadi seharusnya sudah lulus SMA. Namun, karena keterbatasan ekonomi dan kondisi berat badannya, membuat Sungadi putus sekolah.

"Belum pernah sekolah, bicaranya juga tidak jelas. Kalau diajak bicara nyambung," ujar dia.

Meskipun tidak sekolah, kata Suwarno, Sungadi tergolong anak yang ringan tangan.

Sungadi selalu membantu tetangga yang membutuhkan tenaganya. Berapapun upah yang diberikan selalu diterima dengan ikhlas.

"Kalau ada orang bangun rumah atau apa gitu ikut membantu. Setiap ada orang bangun rumah pasti ikut kerja di situ bantu-bantu. Pernah saya minta untuk di rumah saja, tidak mau. Pernah waktunya berangkat kerja tidak saya bangunkan malah menangis," ujar Suwarno.


Sungadi mengatakan, dia suka makan bakso, minum air putih dan tidak suka minum manis.

"Saya suka makan bakso, enak rasanya," ujar dia.

Sungadi mengaku makan dua sampai tiga kali sehari. 

Meski bobotnya berlebih Sungadi mengatakan tidak bisa berdiam diri di rumah. Sungandi sering melakukan aktivitas di luar rumah. Biasanya bekerja membantu tetangga membangun rumah atau lain-lain.

"Pulang kerja saya nonton voli, saya suka nonton voli. Selesai nonton saya pulang ke rumah," ujar Sungandi.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/22/07000021/kisah-pemuda-asal-sragen-berbobot-140-kg-mesin-timbangan-rusak-hingga-sehari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke