Salin Artikel

Melirik Hobi Manuskrip Kuno, Menjaga Warisan, Melawan Mitos Kualat

Manuskrip itu merupakan koleksi Lulut Edi Santoso, seorang guru di SMAN 3 Kota Malang.

Kali ini, naskah tulisan tangan yang menjadi kajian itu sedang dipamerkan.

Lulut mengaku memiliki 20 manuskrip. Namun tidak semuanya dipamerkan.

Sebagian lainnya disimpan rapi di rumahnya di Tegalgondo, Karangploso, Kabupaten Malang.

Terdapat dua jenis manuskrip yang dimilikinya.

Manuskrip berupa huruf Jawa dan huruf Arab.

"Berdasar jenis tulisannya, tulisan Arab dan Jawa. Arabnya ada yang Al-Quran, ada yang secara umum orang menyebutnya Arab pegon. Huruf Arab, tapi bahasanya Jawa," kata Lulut.

Selain berisi ayat dalam Al-Quran, manuskrip itu juga memuat hikayat sastra, termasuk Babad Demak.

"Bahan manuskripnya kertas. Ada yang terbuat dari kulit kayu, kulit hewan. Lainnya ada kertas Eropa dan kertas lokal," kata dia.

Lulut mulai mengoleksi manuskrip kuno sejak 10 tahun yang lalu. Berawal dari manuskrip warisan keluarga, ia terus mengoleksi manuskrip-manuskrip yang lainnya.

Saat masih duduk di bangku SMA, Lulut diminta oleh ibunya, Maseni, untuk mengambil manuskrip warisan keluarga yang ada di rumah pamannya di Nganjuk.

Namun, manuskrip itu tidak kunjung diberikan.

Manuskrip itu baru diberikan sekitar 10 tahun yang lalu. Manuskrip itu memuat ajaran tasawuf, fiqih dan berbagai mantra kuno.

"Manuskrip paling tua yang saya miliki berasal dari tahun 1600-an. Isinya kompilasi," ujar Lulut.

Berawal dari situ, muncul keinginan Lulut untuk mengoleksi manuskrip lainnya. Dalam 10 tahun, dia berhasil mengumpulkan 20 manuskrip.

Manuskrip itu dia beli dari sejumlah orang. Terakhir, dia membeli manuskrip seharga Rp 7 juta.

Ancaman rusak dan digitalisasi

Lulut mengatakan, usia yang terus menua membuat manuskrip itu rentan rusak. Apalagi ketika manuskrip itu berada di area lembab.

Bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Lulut berusaha melestarikan manuskrip kuno itu dengan mengonversikan dalam bentuk digital seperti format pdf.

Selain itu, Lulut juga berencana akan menulis ulang naskah itu, membuat salinan ulang, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, supaya bisa dipelajari oleh generasi saat ini.

"Saya punya keinginan nanti ada teks asli saya pasangkan dengan transkipnya, saya bukukan dengan translate-nya," ujar Lulut.

Pria kelahiran Lamongan, 13 Maret 1965 ini memiliki alasan tersendiri mengoleksi manuskrip kuno itu.

Salah satu di antaranya supaya manuskrip itu tidak di ambil oleh pihak asing dan agar tidak musnah.

Sebab, menurut Lulut, ada kecenderungan masyarakat untuk membakar manuskrip kuno dan memendamnya, karena takut kualat jika memeliharanya.

"Agar tidak lari ke luar negeri. Agar tidak dibakar," kata Lulut.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/19/16472251/melirik-hobi-manuskrip-kuno-menjaga-warisan-melawan-mitos-kualat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke