Salin Artikel

Rumah Pendiri Rokok Bentoel di Kota Malang, 6 Tahun Jadi Museum Lalu Dijual

Sejarah Bentoel pun dimulai.

Dilansir dari bentoelgroup.com, Bentoel adalah produsen rokok terbesar keempat di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 7%.

Bentoel juga memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk tembakau seperti rokok kretek mesin, rokok kretek tangan dan rokok putih.

PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk (“Bentoel” atau “Perseroan”) dan anak perusahaannya, menjadi anggota dari British American Tobacco Group, kelompok perusahaan tembakau kedua terbesar di dunia menurut pangsa pasar global dengan brand yang diperjualbelikan di lebih dari 200 negara.

Bentoel mempekerjakan lebih dari 6.000 orang karyawan, dari mulai membangun kemitraan dengan petani-petani tembakau, pembelian dan pemrosesan daun tembakau dan cengkeh, hingga produksi, pemasaran dan distribusi rokok.

Saat itu, Presiden Direktur Bentoel Group, Jason Murphy, dalam sambutannya mengatakan Bentoel adalah rokok pertama buatan tangan di Indonesia dan berdiri di Malang, Jawa Timur.

Selain itu, Bentoel adalah pabrik rokok yang pertama yang membungkus plastik serta rokok pertama yang menggunakan lempengan pemanas untuk menyegel bungkus rokoknya.

Sementara itu, Wamen Perindustrian yang saat itu dijabat oleh Alex S.W. Retrauban berharap dengan Museum Bentoel tersebut, bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Malang.

Ia juga mengatakan pemerintah Indonesia akan lebih peduli kepada industri rokok yang ada di Indonesia.

"Apalagi di Jatim yang pertanian tembakaunya terbesar di Indonesia," katanya.

Pada tahun 2014, penjualan rokok kretek PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) terus merosot.

Prijunatmoko Sutrisno, Direktur Bentoel pada Jumat, (6/6/2014) mengatakan walapun permintaan rokok menurun bukan berarti permintaan rokok kretek tidak ada sama sekali,

Rokok jenis ini justru masih diminati oleh kalangan masyarakat kelas bawah yang berprofesi sebagai nelayan, petani maupun buruh.

"Karena strategi kita menyesuaikan dengan pasar, maka kami tetap akan memproduksi rokok kretek," terang Prijunatmoko, di Jakarta,

Saat itu Bentoel masih menjual beberapa merek rokok kretek seperti "Bentoel Biru", "Tali Jagat", "Joged" dan "Sejati".

Namun, Bentoel sudah lama tidak mengandalkan rokok kretek sebagai penopang utama penjualannya.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2013, jumlah karyawan Bentoel memang bertambah menjadi 8.082 orang dibandingkan tahun sebelumnya yang 7.059 orang.

Museum tersebut bahkan sudah tutup sejak Agustus 2019. Seluruh koleksi museum pun sudah dipindahkan sehingga museum itu sudah kosong.

Director of Legal and External Affairs Bentoel Group, Mercy Francisca Hutahaen menjelaskan berdasarkan hasil dari kajian, Bentoel Group memutuskan untuk melepas semua aset yang sebelumnya digunakan untuk Museum Bentoel, agar dapat lebih fokus untuk menumbuhkan bisnis.

"Perusahaan terus melakukan kajian terhadap setiap lini usaha dan aset-aset perusahaan agar dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dan untuk mendukung pencapaian strategi bisnis perusahaan," jelas Mercy dalam keterangan tertulis, setelah menggelar pertemuan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang di Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Malang, Selasa (10/9/2019).

Sementara itu Wali Kota Malang Sutiaji mengaku prihatin dan menyayangkan penutupan museum itu.

Ia mengatakan Museum Sejarah Bentoel merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kota Malang yang sedang mengembangkan wisata heritage (warisan budaya).

"Ini saya barusan dapat informasi. Karena Malang menjadi heritage destination nanti kami coba dan kami akan berkoordinasi dengan dewan, kalau bisa memang jangan dijual. Kalau terpaksa dijual, pemerintah kota berkeinginan untuk melestarikan itu," katanya

Sutiaji mengaku tidak bisa melarang Bentoel untuk menjual asetnya itu. Namun karena bangunan itu menyimpan nilai sejarah, Sutiaji meminta supaya jangan dialihfungsikan.

"Kemugkinan nanti kota minta karena heritage. Seandainya ditangani oleh orang lain harus tetap mengikuti koridor bahwa itu adalah heritage tidak boleh dialih fungsikan," katanya.

Sutiaji bahkan berkeinginan untuk membeli museum itu untuk dijadikan ikon baru wisata heritage di Kota Malang.

Namun, Sutiaji selaku wali kota belum bernegosiasi.

"Malang memang menjadi heritage destination dan memang itu belum banyak di-publish bisa jadi nanti kota melirik itu untuk menjadi ikon," katanya.

Museum itu juga tidak memenuhi kategori museum karena tidak memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum.

Sehingga keberadaan bangunan itu tidak dilindungi oleh peraturan seperti bangunan cagar budaya lainnya.

Ida mengatakan, keberadaan museum itu juga tidak memenuhi empat unsur museum yakni tempat, koleksi, dana, dan sumber daya manusia.

Museum Sejarah Bentoel, menurut Ida tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk mengelolanya.

"Karena kalau kita menyebut museum, sesuai dengan UU dan PP, maka ada empat hal yang harus dipenuhi, satu adalah tempat. Dua, museum itu harus punya koleksi. Tiga, museum itu harus ada dana untuk mengelola. Empat, harus ada SDM yang mengelola," ujar dia.

Ida juga mengatakan koleksi yang ada di gedung Museum Sejarah Bentoel kebanyakan repelika, termasuk sepeda yang digunakan oleh Ong Hok Liong pendiri Bentoel sebagai perusahaan rokok.

SUMBER: KOMPAS.com (Yatimul Ainun, Veri Nurhansyah Tragistinam, Andi Hartik)

https://regional.kompas.com/read/2019/09/11/05550071/rumah-pendiri-rokok-bentoel-di-kota-malang-6-tahun-jadi-museum-lalu-dijual

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke