Salin Artikel

Cerita Jatuh Bangun Pemilik Warung Dian dan Barokah Unhas hingga Jadi Langganan Mahasiswa

Tempat yang berada di sebelah barat Unhas ini seringkali menjadi tempat nongkrong bagi para mahasiswa.

Di lokasi Workshop, berbagai jenis dagangan bertebaran. Di jam makan siang, keramaian akan bertambah dua kali lipat.

Pemandangan ini dapat dijumpai di warung-warung yang mengitari Workshop. Para mahasiswa lebih memilih sebutan warung pondokan.

Selain harganya yang bersahabat, berbagai jenis makanan juga tersaji di beberapa warung yang ada di area Workshop ini. Mulai dari bakso, pecel, gado-gado, batagor, hingga minuman dingin.

Dua warung yang menjadi favorit mahasiswa sejak dulu ialah Warung Dian dan Barokah. Dua warung yang saling berdekatan ini berada di Jalan Politeknik Makassar.

Areanya cukup strategis dengan berada di tengah-tengah indekos mahasiswa dan kampus Unhas.

Kompas.com mendatangi dua warung ini pada Rabu (21/8/2019). Di depannya puluhan motor terparkir.

Warung Dian, yang populer dengan mahasiswa sudah berdiri sejak tahun 1989 silam. Woro, yang kini mengelola warung tersebut menceritakan kembali berdirinya warung tersebut.

Warung Dian didirikan oleh Muji, ibu dari Woro. Waktu pertama beroperasi, warungnya hanya berbentuk kecil, berbeda dengan bentuknya yang kini sudah seperti rumah makan modern.

Nasi ayam, menjadi menu pertama yang dijual Muji dengan harga Rp 400 per porsi.

"Dulu waktu awal menjual tidak ramai begini. Menangis dulu, penghasilan masih sedikit," kata Woro didampingi ibunya Muji sewaktu berbincang di meja kasir warung.

Warung Dian disebut Woro telah berpindah sebanyak tiga kali meski tetap dekat dengan area Workshop.

Kala itu, fakultas yang sering mengadakan praospek dan ospek di sekitaran Workshop ini seringkali menjadi langganan mahasiswa yang sudah melakukan kegiatan.

"Dulu waktu fakultas teknik ada di sini, masih ospek pra ospek semua lari (makan) ke sini," ucapnya.

Dikenal dari mulut ke mulut

Perjuangan panjang Warung Dian untuk menjadi langganan mahasiswa.

Kala itu di awal 90an tanpa sengaja ada sekelompok mahasiswa yang makan di warung itu. Mahasiswa tersebut suka dengan makanan yang disajikan hingga Warung Dian menjadi perbincangan hingga ke luar Unhas.

"Jadi dikenal ini dari mulut ke mulut. Mahasiswa yang sudah makan pasti kasi tahu temannya kalau ada warung enak di Unhas. Sampai sekarang di era teknologi, bisa digoogling banyak mahasiswa yang sebar informasi tentang Warung Dian," Woro menambahkan.

Hingga sekarang Warung Dian masih eksis. Harga nasi ayam dan nasi ikan yang paling mahal hanya Rp 10.000, dan paling murah nasi tempe hanya Rp 8.000.

Tempatnya kini pun cukup luas dan bangunan itu sudah menjadi milik pribadi Muji, ibu dari Woro.

Sementara satu warung yang juga menjadi langganan mahasiswa di area Workshop ialah Warung Barokah.

Warung ini berdiri pada tahun 2004. Di tahun itu, sudah banyak usaha makanan di area Workshop. Hal ini membuat Barokah jadi sepi peminat di awal bukanya.

"Nanti baru satu tahun jualan baru ramai," kenang Yuli (40) yang kala mendirikan warung Barokah bersama ibunya.

Setahun berjualan, Barokah menjadi langganan para mahasiswa yang ngekos dekat warung tersebut. Pasalnya harga makanan di warung ini cukup murah. Nasi pecel dihargai Rp 7.000.

Dengan harga yang murah, warungnya bisa menjadi laris dan per harinya menu makanan mulai dari gorengan hingga ayam krispi selalu habis.

"Awalnya hanya jual nasi pecel tapi karena banyak pendatang semua menu akhirnya buka menu lain," kata Yuli.

Di era milenial ini, Warung Dian dan Barokah masih menjadi tempat paling laris bagi para mahasiswa. Namun, warung ini tak selalu dipenuhi dengan mahasiswa.

Para alumni ataupun rombongan pendatang yang sedang lewat di area Workshop Unhas juga seringkali menjadi tempat persinggahan untuk melepas rasa lapar.

Khusus untuk alumni, dua warung ini menjadi tempat nostalgia untuk melepas kerinduan semasa menyandang status sebagai agen perubahan.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/10/06300011/cerita-jatuh-bangun-pemilik-warung-dian-dan-barokah-unhas-hingga-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke