Salin Artikel

Cerita Salma, Paskibraka yang Grogi Disaksikan Jokowi dan Cita-cita Sejak Kecil

BOYOLALI, KOMPAS.com - Salma El Mutafaqqiha Putri Achzaabi (16) merasa bangga bisa menjadi anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) Nasional 2019.

Salma merupakan siswi kelas XI Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Jawa Tengah.

Ia menjadi wakil Jateng sebagai petugas pembawa baki Bendera Merah Putih pada detik-detik Proklamasi HUT ke-74 RI di Istana Negara Jakarta, 17 Agustus 2019.

Salma menceritakan, dirinya sempat grogi karena disaksikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para pejabat negara lainnya yang mengikuti upacara.

Namun, perasaan grogi itu hilang karena dirinya bangga menjadi Paskibraka.

"Bangga bisa berkesempatan menjadi pembawa baki di upacara kemerdekaan RI dan bagian dari Paskibraka Nasional 2019," kata Salma, saat ditemui di SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Jawa Tengah, Senin (26/8/2019).

Dara kelahiran Malang, 16 Desember 2002 ini mengatakan, mempunyai cita-cita untuk menjadi anggota Paskibraka Nasional dari sejak kecil.

Pada saat itu, dirinya sedang menyaksikan tayangan upacara bendera di layar televisi.

"Sejak kecil saya sering lihat upacara dari televisi. Kok bagus. Dari situ saya termotivasi ingin menjadi Paskibraka," terang putri dari pasangan Achmad Aswin Achzaab dan Nurisah.

"Saya mulai masuk di dunia Paskibra itu SMP," sambung dia.

Begitu masuk di SMA Pradita Dirgantara, Salma semakin memantapkan cita-citanya untuk menjadi anggota Paskibraka Nasional.

Menurut dia, untuk bisa terpilih menjadi Paskibraka Nasional, dirinya mengikuti berbagai seleksi yang dilakukan dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten hingga provinsi.

"Kebetulan saya mewakili Provinsi Jateng untuk menjadi Paskibraka Nasional 2019," ujar dia.

Salma dikarantina selama sebulan bersama anggota Paskibraka Nasional lainnya di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (PP-PON Kemenpora), Cibubur, Jakarta Timur.

Di tempat karantina, Salma dan anggota Paskibraka Nasional lainnya tersebut dilarang berkomunikasi dengan dunia luar.

Bahkan, telepon genggam (ponsel) yang mereka bawa dikumpulkan menjadi satu oleh petugas.

"Jadi, kayak anak gua gitu. Tidak tahu apa-apa. Setiap hari yang ada hanya latihan terus di sana," kenang dia.

Selesai menjalani tugas upacara 17 Agustus, Salma dan anggota Paskibraka Nasional lainnya diperbolehkan kembali untuk berkomunikasi menggunakan ponselnya.

Salma langsung menghubungi ibunya yang juga sedang berada di Jakarta untuk bertemu.

"Pertama ketemu umi saya nangis. Waktu umi tahu saya bertugas pagi itu juga nangis," kata dia.

Ditanya cita-citanya, gadis berhijab ini mengaku ingin menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU).

Dia beralasan untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Pertama saya sudah punya bekal sekolah di sini (SMA Pradita Dirgantara). Kedua, ingin menjaga kedaulatan NKRI," imbuh dia.

Salma berpesan kepada teman-temannya yang mempunyai keinginan atau cita-cita untuk tidak takut mencoba.

Sebab, dengan kayakinan dan diiringi doa apa yang diinginkannya tersebut pasti akan dapat dicapai.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/27/06034041/cerita-salma-paskibraka-yang-grogi-disaksikan-jokowi-dan-cita-cita-sejak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke