Salin Artikel

Bawa Sapi Pakai Sampan, agar Kurban Merata di Pelosok Negeri

Saat Lebaran Haji warga setempat hanya bisa melaksanakan salat Id tanpa bisa menggelar ritual penyembelihan hewan kurban karena memang nyaris tak ada yang berkurban. Kondisi ekonomi masyarakat sekitar tidak memungkin untuk berkurban.

Jikapun warga mendapatkan daging, bisanya didapatkan dari limpahan kurban dari surau lain.

Namun pada Idul Adha 1440 Hijriah masyarakat bisa menikmati daging hewan kurban mulai dari menyembelih hingga membagikan kepada warga sekitar.

Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Mitra Ummat Madani menggagas program kurban hingga ke pelosok agar semua masyarakat bisa menikmati daging kurban, salah satunya di Dusun Saladoka..

Di Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Mitra Ummat Madani menyalurkan tiga ekor sapi kurban.

Penyaluran juga dilakukan di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman dan di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Di Kepulauan Mentawai yang berjuluk Bumi Sikerei tersebut, sapi kurban ditidurkan dengan kondisi keempat kaki diikat karena tidak memungkinkan untuk dibawa dalam kondisi berdiri. Sampan yang digunakan memiliki panjang sekitar 10 meter dan lebar 3 meter.

Salah satu risiko besar yang dihadapi adalah sampan terbalik ditelan gelombang, hingga sapi mati dalam perjalanan karena stres terlalu lama di jalan.

Bahkan ada sapi kurban yang harus ditarik melewati hutan dengan dua jam jalan kaki.

Namun ada beberapa sapi yang dibeli di sekitar lokasi karena biaya transportasi yang harus dikeluarkan cukup tinggi.

 

Jangkau pelosok

Direktur Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Mitra Ummat Madani Elfiyon Tanjung mengatakan bahwa pada tahun ini pihaknya telah menyalurkan 30 ekor sapi kurban yang disalurkan ke Kabupaten Padangpariaman, Mentawai, hingga Solok Selatan.

Hewan kurban tersebut berasal dari donatur yang tidak hanya berasal dari dalam negeri bahkan dari luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura

"Ada tiga kriteria lokasi yang kami pilih untuk menyalurkan, yaitu masjid atau musala yang belum ada hewan kurban, surau-surau yang kurbannya masih kurang, dan kantong-kantong mualaf terutama di Mentawai," kata dia.

Menurutnya pada daerah yang belum tersentuh kurban faktor utama murni kondisi ekonomi masyarakat setempat yang sulit.

"Rata-rata buruh tani atau jadi tukang ojek," kata dia.

Berdasarkan pengalamannya, daerah yang tidak terjangkau tersebut terkadang mendapat limpahan dari surau lain, namun jumlahnya tak cukup.

Ia juga menemukan cerita tentang satu ekor sapi dari satu keluarga. Sistemnya separuh untuk pekurban dan sisanya untuk masyarakat sekitar sehingga dagingnya tidak cukup.

Untuk mengidentifikasi daerah yang belum tersentuh pihaknya melakukan survei sebulan sebelum Idul Adha.

Pada sisi lain ia menemukan ada kompleks perumahan di perkotaan yang hewan kurbannya berlebih sementara masyarakat sekitar kondisinya mampu.

"Ini tidak lepas dari pemahaman bahwa jika berkurban harus melihat darah dan hewan langsung sehingga kurban menumpuk di perkotaan," kata dia.

Ia berharap pengurus masjid juga harus mengedukasi jemaah bahwa saat berkurban tidak selalu harus melihat darah hewan kurban karena masih banyak daerah-daerah di pelosok yang belum tersentuh kurban.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/14/13312631/bawa-sapi-pakai-sampan-agar-kurban-merata-di-pelosok-negeri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke