Salin Artikel

Membuka Jalur Evakuasi di Atas Cincin Api...

Sabuk Alpide dan tempat bertemunya tiga lempeng benua, Indo-Australia di Selatan, Eurasia di Utara dan Pasifik di bagian Timur.

Gempa bumi disertai tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, bukti tak terbantahkan. Bencana menyisakan duka, ratusan ribu korban meninggal dunia.

Ancaman gempa dan tsunami turut mengintai Provinsi Bengkulu yang berdampingan dengan garis pantai dengan panjang 525 kilometer.

Menurut katalog BMKG, Bengkulu empat kali dalam sejarah diterjang tsunami yaitu tahun 1797, 1833, 1861 dan 2007. Pada 1797, tsunami dipicu oleh gempa dengan magnitudo 8,3 di Mentawai, Sumatera Barat juga sampai ke Bengkulu.

Pada 1833, gempa magnitudo 9,0 yang berpusat di Mentawai juga memicu tsunami hingga ke daratan Bengkulu.

Pada 1861, gempa bermagnitudo 8,5 berpusat di barat daya Bengkulu memicu tsunami. Jalan di Pulau Baai, Kecamatan Kampung Melayu menuju pusat Kota Bengkulu terendam hingga 4,5 meter.

Bengkulu juga pernah dilanda gempa 8,4 SR pada 12 September 2007 yang memicu tsunami ke pesisir Bengkulu Utara hingga Mukomuko.

"Bengkulu dalam sejarah empat kali dilanda tsunami," kata Kepala BMKG Stasiun Kepahiang, Litman saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/8/2019).

Duka tsunami melekat dalam ingatan Suyanto (45). Ia merupakan Ketua RT 16 Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu. Dua warganya meninggal akibat buruknya jalur evakuasi.

Ia baru selesai menyantap nasi kotak yang disediakan panitia penutupan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) 105 Kodim 0407 Kota Bengkulu. Kamis (8/8/2019).

Sembari membersihkan tangan dengan air mineral, Suyanto mengucap syukur atas selesainya jalur evakuasi bencana tsunami sepanjang 1,3 kilometer di kampungnya yang dibangun bersama TNI dan warga.

"Kami bersyukur jalan selesai. Jalan evakuasi bencana gempa dan tsunami dibutuhkan oleh puluhan ribu jiwa warga di sini. Puluhan desa selama ini bergantung pada jalan evakuasi tersebut bila terjadi bencana gempa dan tsunami," kata Suyanto.

Jalan itu hanya dapat dilalui kendaraan roda dua. Terdapat jembatan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 2 meter. Namun, kondisinya sudah lapuk dan memprihatinkan jika digunakan untuk menyeberangi sungai kecil.

Jembatan itu berlaku ganda bisa penyelamat atau penghambat bila terjadi bencana.

Pada tsunami 2007, ia katakan ada satu orang ibu hamil yang mengalami keguguran ketika evakuasi ancaman tsunami.

"Saat itu tahun 2007 ada peringatan tsunami setelah gempa besar. Ribuan warga berduyun-duyun melintasi jalur tersebut dalam kondisi becek dan berlumpur. Ada satu orang ibu terjatuh dari motor karena jalan terjal dan licin. Akibatnya bayi di kandungan ibu itu meninggal dunia," cerita Suyanto.

Terdapat juga kisah lain warga meninggal dunia karena panik lalu terjatuh di jalan berlumpur saat terjadi ancaman tsunami. Tidak kurang dua orang telah meninggal dunia saat evakuasi dilakukan.

"Semua meninggal karena buruknya akses jalan evakuasi," tuturnya.

Ia mengaku tenang saat TNI bersama warga selama satu bulan penuh dalam program TMMD menyelesaikan jalan evakuasi itu. Selain berfungsi sebagai jalur evakuasi gempa dan tsunami, jalan tersebut berguna sebagai akses pemasok logistik bencana dari luar.

"Jalan itu sekarang berguna sebagai evakuasi sekaligus akses penyuplai logistik untuk pengungsi agar warga tidak terisolasi bila terjadi gempa dan tsunami," ujarnya.

Kompas.com menyusuri jalur evakuasi tersebut. Kondisi jalan dikoral padat sepanjang 1,3 kilometer dengan lebar 8 meter.

Terdapat tiga  jembatan permanen kokoh yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat termasuk truk untuk evakuasi. Jalur tersebut menghubungkan permukiman warga ke tempat tinggi bila ancaman tsunami datang.

Camat Kampung Melayu, Rosminiarty menyebutkan, jalur evakuasi yang dibangun itu bila terjadi bencana gempa dan tsunami dapat menyelamatkan lebih dari 20.000 jiwa warga.

Terdapat lebih dari 10 kelurahan yang bergantung pada jalur tersebut. Maklum kawasan itu  hanya berjarak 2 kilometer dari tepi pantai.

"Lebih dari 20.000 jiwa dan puluhan kelurahan menggunakan akses jalan evakuasi bencana ini bila terjadi gempa besar dan tsunami untuk lari ke tempat tinggi. Jalan ini sangat dibutuhkan," jelas Rosminarty.

Siaga bencana

Komandan Kodim (Dandim) 0407 Kota Bengkulu, Letkol (Arm) Yose Rizal Saaf mengatakan, dipilihnya Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu sebagai lokasi TMMD karena pertimbangan warga membutuhkan akses jalan evakuasi bencana tsunami ke tempat lebih tinggi.

"Warga butuh jalan evakuasi bencana, selama ini jalan dipakai warga dinilai masih rentan bila terjadi gempa dan tsunami karena jaraknya sangat dekat dengan bibir pantai," kata Yose.


Siaga bencana menurut Yose harus menjadi pertimbangan utama oleh pemerintah dalam melakukan pembangunan terlebih kata dia Bengkulu berada di wilayah rawan bencana gempa bumi dan tsunami atau di lingkaran cincin api.

Kasdam II Sriwijaya Brigjen Syahrial dalam sambutan penutupan TMMD mengatakan, akses jalan selain bersiaga terhadap bencana juga dapat meningkatkan perekonomian setempat.

Ia juga menekankan kekompakan masyarakat bersama TNI selama proses TMMD dapat dipertahankan dalam perekat NKRI.

Selain membangun jalan evakuasi bencana, TMMD juga melakukan perbaikan jembatan, mushala, melakukan pengobatan gratis, penyuluhan, pendidikan bela negara, serta puluhan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

Banyak kisah suka dan duka selama program TMMD berlangsung. Manunggalnya TNI bersama rakyat begitu tercipta dalam semangat gotong royong.

Setiap hari selalu saja ada masyarakat yang menyediakan makanan untuk TNI dan warga yang bekerja.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/09/10300121/membuka-jalur-evakuasi-di-atas-cincin-api

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke