Salin Artikel

Kisah Nadya Valerie, Gadis Periang yang Berjuang Melawan Kanker Getah Bening

Di hari itu, ia divonis positif mengidap kanker kelenjar getah bening, setelah sebelumnya pada 23 April 2019, dokter menemukan tumor berukuran 10 sentimeter di bagian bawah perutnya di sebelah kanan.

Mendengar vonis itu, ia merasa terpukul, tidak percaya diri dan hidupnya merasa hampa.

Keceriaan Nadya Valerie yang tiba-tiba berubah menjadi kegundahan. Ia membutuhkan waktu untuk bisa menerima kenyataan paling pahit dalam hidupnya itu.

"Awal pertama kali didiagnosa sempat down, soalnya itu benar-benar tiba-tiba. Bahkan satu hari sebelum aku diduga kanker itu, aku waktu itu liburan ke Bali sama temanku," cerita Nana, sapaan akrab Nadya Valerie, membuka obrolan di beranda rumahnya, di kawasan Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, belum lama ini.

Nana menghela napas, pikirannya menembus ke masa lalu. Tak lama kemudian, ia kembali melanjutkan cerita.

Bagi Nana saat itu, sisa hidupnya seakan sudah tidak berarti lagi. Bahkan, untuk bernapas saja ia sudah malas, lantaran selalu dihantui oleh penyakit ganas yang hinggap dalam tubuhnya.

"Jadi dulu awal-awal sempat ngerasa, 'ya sudahlah enggak usah ngapa-ngapain, udah males banget'. Rasanya mau bernapas saja sudah malas, karena kayaknya enggak lama lagi lewat nih (tutup usia)," kata Nana.

Namun, hanya dalam waktu 24 hari saja, gadis periang berusia 23 tahun itu bangkit dari keterpurukannya, dan mulai menerima kembali kenyataan pahit dalam hidupnya.

Ia menyampaikan, hal yang membuat dirinya jatuh terjerembap itu sangat wajar dan manusiawi. Apalagi setelah ia mendapatkan kabar bahwa dokter menyatakan dirinya positif mengidap kanker kelenjar getah bening.

Pelan tapi pasti, perempuan asal Makassar ini pun mulai mengubah sikap negatif yang selama ini menghantuinya. Kini, Nana telah menjadi dirinya sendiri, menjalani hidupnya dengan penuh keriangan.

"Hidup kita di dunia ini enggak ada yang tahu, semua ada di tangan yang di atas. Jadi aku mau menghabiskan waktu, walaupun hidupku tersisa berapa lama lagi atau masih lama, yang penting aku mau menjalankan sisa hidup dengan baik. Aku enggak mau buang (waktu) dengan sia-sia dan berlemas-lemas tak berdaya," tutur Nana.

Perempuan yang menetap di Surabaya sejak 2013 itu telah menemukan rasa percaya dirinya kembali dan tidak malu mengatakan kepada siapa pun bahwa dirinya tengah menderita dan berjuang melawan kanker.

YouTube

Pada 1 Juni 2019, ia kemudin membuat akun YouTube dan memperkenalkan diri kepada masyarakat luas sebagai seorang penyintas kanker dan membagikan kisah-kisah inspiratif tentang awal dia didiagnosis kanker hingga cerita soal kemoterapi.

Melalui video blog (vlog) di akun YouTube-nya itu, Nana mulai dikenal publik luas setelah content video-nya ditonton hingga jutaan pasang mata.

Dukungan dari warganet pun mengalir deras di akun media sosial pribadinya, terutama saat ia memutuskan untuk mencukur habis rambutnya.

Menurut Nana, mereka ikut memberikan semangat dan mendoakan kesehatannya agar lekas sembuh dari penyakit yang diderita.

Nana menceritakan, keputusan untuk mencukur rambutnya itu diambil lantaran rambutnya terus mengalami kerontokan. Rambut Nana dipangkas habis setelah menjalani kemoterapi untuk kedua kalinya.

"Soalnya rontoknya itu sudah kayak rontok yang kalau enggak dicukur pun (rambut) bakal habis sendiri. Jadi benar-benar sampai orang rumah capek nyapu. Lihat (rambut) jatuh terus lebih sedih kan, akhirnya mending dihabisin aja sekalian," ujar Nana.


Perempuan yang baru saja menyelesaikan program magister kenotariatan di Universitas Airlangga, Surabaya, ini, mengaku sudah tiga kali menjalani kemoterapi.

Akhir pekan ini, ia akan berangkat lagi ke Singapura untuk menjalani kemoterapi yang keempat kalinya.

Pengobatan untuk penyembuhan penyakit yang dideritanya itu dilakukan tiga minggu sekali atau selama hampir satu bulan.

Menurut Nana, setelah menjalani kemoterapi, efek yang paling dirasakan adalah merasa lemas, pegal-pegal, dan memiliki kecenderungan untuk menutup diri.

Biasanya, hal itu berlangsung selama sepuluh hari dan ia mengaku tak mau bertemu dengan siapa pun.

Namun, di hari ke-11, Nana mengaku tubuhnya akan merasa sehat kembali, lantaran selama sepuluh hari itu, ia terus berusaha mengembalikan mindset-nya untuk menjadi diri sendiri dan berpikir positif.

Sebab, pikiran negatif yang terus-menerus dibiarkan akan menjadi dirinya terpuruk hingga membuat tubuhnya terasa semakin lemas dan tak berdaya.

"Karena aku ini manusia ya, jadi ada saat di mana aku nangis-nangis, down, setelah kemoterapi. Tapi aku ngomong ke diri sendiri bahwa di hari kesepuluh, pasti udah selesai dan sehat lagi," tuturnya.

"Aku (orangnya) cenderung semangat, aku banyak melakukan sesuatu, ketemu orang, teman, dan lain-lain," kata Nana .

Selain soal mindset, menurut Nana, hal yang membuat dirinya kuat menanggung rasa sakit di tubuhnya sampai saat ini adalah dukungan besar dari orangtua dan saudara.

Karena itu, meski kanker kelenjar getah bening yang ia derita mencapai stage II AE, ia tidak ingin tampak terlihat lemah di hadapan orangtuanya.

Sebab bagaimanapun orangtua akan jauh lebih sedih dan terpukul melihat buah hatinya merasa sakit dan terbaring lemah.


Anak ketiga dari empat bersaudara ini akhirnya semakin semangat untuk bisa sembuh dan terbebas dari penyakit yang diam di tubuhnya itu. Hal itu ia lakukan agar orangtuanya tidak larut dalam kesedihan.

"Jadi, kalau posisinya aku sama orangtuaku sekarang, kalau aku lemah, orangtuaku juga ikut lemah. Tapi, kalau aku kuat orangtuaku pasti ikut semangat, jadi saling men-support. Aku harus kuat biar mereka semangat," ujar dia.

Dukungan luar biasa dari orangtua, saudara, kerabat dan orang-orang yang mengenalnya itu, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membuat Nana seperti tidak menderita penyakit kanker.

Yakin

Nana juga memiliki keyakinan, bahwa separah apa pun penyakit yang diderita, jika selalu berpikir dan bertindak untuk bisa melakukan hal-hal bermanfaat kepada orang lain, itu akan dinilai akan sangat membantu dan membuat hidupnya jadi lebih baik. Meski urusan hidup dan mati akan kembali pada kuasa Tuhan.

"Semua orang pasti akan mati dan tinggal menunggu usianya. Tapi yang penting bukan berapa lama aku hidup, tapi selama aku hidup ini, aku sudah jadi berkat enggak buat orang? Sudah berguna enggak buat orang lain?" kata Nana.

Nana menambahkan, setelah melakukan kemoterapi pada akhir pekan ini, dengan begitu ia hanya tinggal menjalani kemoterapi sebanyak tiga kali.

Apabila suatu hari Nana dinyatakan sembuh dari kanker, ia mengaku akan mengejar kembali cita-citanya yang belum terwujud.

Setelah menyelesaikan S2-nya, belum lama ini, Nana bermimpi untuk bisa jadi notaris.

"(Cita-cita) salah satunya, setelah lulus S2, ya bisa diterusin sampai jadi notaris beneran mungkin," ucap Nana sambil tertawa.

https://regional.kompas.com/read/2019/08/03/10190401/kisah-nadya-valerie-gadis-periang-yang-berjuang-melawan-kanker-getah-bening

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke