Salin Artikel

Bisnis Menggiurkan Anjing Kampung Garut, Diminati di Sumbar, Harganya Mencapai Rp 1 Juta Per Ekor

Rumah tersebut tetap mudah dikenali karena suara gonggongan anjing kerap terdengar dari rumah tersebut.

Apalagi, pada Kamis (18/07/2019) sore, di rumah tersebut telah terkumpul puluhan anjing yang siap diangkut untuk dijual ke Sumatera Barat.

Karenanya, suara gonggongan anjing kampung kerap terdengar dari rumah yang sedikit terpencil dari rumah-rumah warga lainnya dan terhalang oleh tempat pemakaman umum.

Sore itu, Didin memang tengah mempersiapkan pengiriman anjing ke Sumatera Barat. Tampak seorang pedagang anjing dari Padang telah ada di rumah Didin. 

Didin dan pedagang itu tengah menunggu petugas kesehatan hewan yang akan mengambil sampel darah anjing-anjing yang akan dikirim untuk di uji labolatorium setelah sebelumnya disuntik vaksin rabies.

“Di Garut, dinas peternakannya ketat, setelah divaksin rabies, harus menunggu dua minggu sebelum bisa dikirim, belum harus ada uji lab, setelah itu baru dikeluarkan SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan),” jelas Erwin yang ditunjuk sebagai koordinator pemberangkatan anjing dari Garut ke wilayah Sumatera.

Erwin sendiri, bukanlah pengepul anjing seperti Didin. Namun, Erwin ditunjuk sebagai koordinator pengiriman anjing karena dinilai punya pengalaman dalam hal pengiriman barang lintas Jawa dan Sumatera.

Bahkan sampai saat ini Erwin masih menggeluti bisnis ekspedisi Jawa-Sumatera, terutama ke Garut.

“Usaha saya mah ekspedisi Jawa-Sumatera, jadi saya tidak ikut dagang anjing,” jelas pria berusia 50 tahun tersebut saat ditemui di rumah Didin.

Meski tidak ikut berdagang anjing dari Garut ke Sumatera, peran Erwin ternyata cukup besar dalam hal perdagangan anjing dari Garut ke Sumatera. Karena, dari Erwin pula orang-orang Sumatera Barat mengenal anjing dari Garut.

Saat itu, banyak supir-supir ekspedisi dan bos-bos besar kulit dari Sumatera yang ke rumahnya di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Sukamenteri, Kecamatan Garut Kota yang juga membuka usaha warung nasi.

Saat itu, menurut Erwin sekitar tahun 1997, sebelum krisis moneter melanda Indonesia, ada seorang supir truk ekspedisi yang baru saja mengantarkan kulit ke Sukaregang, melihat anjing kampung yang ada di rumahnya.

Pengusaha tersebut, lantas suka dengan anjing tersebut hingga berani membeli seharga Rp 350.000.

“Padahal anjingnya saya dapat dari jalanan, lantas saya urus, ternyata ditawar Rp 350.000, ya sudah saya jual,” kata pria tambun tersebut.

Setelah anjingnya terjual, menurut Erwin, tidak lama kemudian datang kembali beberapa orang yang dikenal sebagai bos-bos kulit dari Sumatera Barat.

Mereka, sengaja datang untuk mencari anjing yang masih satu keturunan dengan anjing yang pernah dijual olehnya.

Karena tak menyangka ada permintaan tersebut, Erwin tidak bisa memenuhi permintaan mereka.

Namun, setelah itu, Erwin pun menjanjikan akan mencarikan anjing dengan jenis yang sama. Hingga, akhirnya dirinya sengaja mencari anjing-anjing kampung di Garut.

Saat ini, peran Erwin, telah diambil oleh beberapa orang pengepul yang tersebar di empat kecamatan di Garut yaitu Samarang, Bayongbong, Wanaraja dan Leles.

Erwin, saat ini hanya bertugas mengurusi dokumen yang diperlukan agar anjing bisa diberangkatkan ke Sumatera Barat, mulai dari dokumen SKKH hingga kartu vaksin yang jadi bukti hewan yang dikirim sehat dan tidak menyebarkan penyakit rabies.

Potensi perdagangan anjing kampung Garut

Saat ini, menurut Erwin, potensi ekonomi dari penjualan anjing ke Sumatera Barat, juga telah dilirik sejumlah daerah di Jawa Tengah.

Garut sendiri, saat ini menjadi pengirim anjing terbesar kedua dibawah Kabupaten Sumedang. Namun, Erwin mengklaim anjing-anjing dari Garut lebih sehat karena ketatnya pengawasan dari Dinas Peternakan.

“Kalau di Sumedang, hari ini divaksin dan di lab, hari ini juga bisa dikirim, kalau Garut kan tunggu 14 hari baru bisa dikirim,” katanya.

Menurut Erwin, potensi pengiriman anjing dari Garut, bukan tidak bisa melampaui Sumedang. Namun, Dinas Peternakan membatasi kuota pengiriman tiap tahunnya paling banyak hanya 4.000 ekor saja per tahun.

Padahal, jika ditingkatkan pun pengepul masih bisa memenuhi permintaan pasar.

Malik (31), warga Sawahlunto Sijunjung, Padang Sumatera Barat, yang ditemui di rumah pengepul Didin mengungkapkan, dalam satu bulan dirinya bisa dua kali ke Garut mengambil anjing-anjing yang akan dijualnya kembali di daerahnya.

Setiap satu keberangkatan, dirinya bisa membawa hingga 85 ekor anjing dari Garut.

“Bisa 20 hari sekali, bisa sebulan sekali, tergantung kondisi,” jelas Malik yang mengaku membawa anjing-anjing tersebut menggunakan mobil pick up Grand Max dengan kandang-kandang besi yang telah dibuat khusus untuk mengangkut anjing.

Malik menuturkan, anjing-anjing yang dibawanya, biasanya hanya jenis anjing kampung. Anjing-anjing kampung dari Garut, memang banyak diminati di Sumatera Barat karena bisa untuk dibawa berburu. Sementara, anjing lokal ditempatnya, tidak bisa diajak berburu.

“Di sana itu, semua punya anjing, semua suka anjing untuk berburu,” jelas Malik yang nampak telah terbiasa berbahasa Sunda meski logat Minang-nya kental.

“Kalau beli dari sini Rp 500.000, kita bisa jual Rp 1 juta, bisa lebih, kalau laku Rp 1 juta, buat ongkos Rp 300.000, makan Rp 100.000, kita dapat sisa Rp 100.000,” katanya.

Menurut Malik, di daerahnya berburu babi menjadi satu kebiasaan masyarakat, makanya setiap rumah yang ada di daerahnya, terutama yang ada di daerah pinggiran hutan dan perkebunan, pasti memiliki anjing peliharaan yang bisa diajak berburu.

“Di daerah perkotaan sama juga, hanya berburunya berbeda, tidak sering-sering, tapi banyak juga yang pelihara anjing,” ujarnya.

Sementara, menurut Erwin, soal harga anjing, bisa dibagi dalam dua jenis anjing yaitu anjing lokal atau anjing kampung, harganya paling rendah Rp 30.000 hingga Rp 500.000, sementara anjing ras, harganya mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 5 juta, bahkan bisa lebih.

“Yang itu, sudah ditawar Rp 15 juta,” jelas Erwin sambil menunjuk anjing ras terrier berwarna putih dengan totol hitam besar yang ada di salahsatu kandang di rumah Didin.

Menurut Erwin, anjing-anjing kampung yang dijual ke Sumatera Barat sendiri, didapat pengepul dari para petani yang ada di wilayah Kabupaten Garut.

Biasanya, anjing-anjing tersebut sudah terbiasa dibawa berburu. Namun, para pengepul pun biasanya melatih kembali anjing agar dapat dibawa berburu.

Kepala Seksi Kesehatan Hewan Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut, Tin Tin Ajeng Kartini yang ditemui diruang kerjanya Kamis (18/07/2019) mengakui, memang tidak ada peternakan anjing khusus di Garut, apalagi dalam skala besar.

Anjing-anjing yang dikirim ke Sumatera, biasanya didapat pengepul dari petani-petani yang memelihara anjing.

“Ada delapan pengepul binaan dinas yang aktif, jadi tidak ada peternakan, pengepul ngambil dari pemelihara yang biasanya petani di kampung-kampung,” katanya.

Vaksinasi ketat untuk cegah rabies

Dinas Peternakan sendiri, menurut Tin Tin hanya melakukan pengawasan berupa pemberian SKKH dan kartu vaksin pada anjing-anjing yang akan dikirim ke Sumatera.

SKKH dan kartu vaksin dikeluarkan setelah anjing yang akan dikirim di vaksin dan diperiksa uji labolatorium untuk memeriksa teeter hasil vaksin.

Tin Tin menyampaikan, Dinas Peternakan sendiri, membatasi pengiriman anjing yang akan dikirim ke Garut tiap tahunnya agar tidak lebih dari 4.000 ekor.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyebaran rabies meski sudah di vaksin.

“Kalau vaksin kita sediakan banyak, gratis, dibatasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kita juga lebih mudah mengawasinya,” katanya.

Meski punya potensi ekonomi dari penjualan anjing ke sumatera, menurut Tin Tin, di Garut tidak ada peternakan anjing. Anjing biasanya melahirkan di pemelihara.

Pemerintah daerah pun, tidak mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari jual beli anjing-anjing tersebut.

“Vaksin kan gratis, jadi tidak ada PAD, kita hanya memastikan saja, anjing dari Garut tidak jadi penyebar rabies di sana,” jelasnya.

Bupati Garut Rudy Gunawan, ketika dimintai komentarnya soal potensi jual beli anjing yang besar dari Garut ke Sumatera Barat mengakui, dirinya baru mengetahui hal tersebut saat diadakan acara vaksinasi gratis. Namun, dirinya juga tidak akan membuat peternakan anjing secara khusus.

Kita fasilitasi saja untuk vaksinasinya, agar tidak jadi penyebar rabies,” katanya saat ditemui Rabu (17/07/2019). 

https://regional.kompas.com/read/2019/07/20/07300001/bisnis-menggiurkan-anjing-kampung-garut-diminati-di-sumbar-harganya-mencapai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke