Salin Artikel

Kata Warga Puncak Bogor soal Suhu yang Semakin Dingin, Lidah Terasa Pahit hingga Penjualan Sayur Menurun

Suhu terendah yang dialami bahkan mencapai 16,4 derajat celsius.

Salah satu yang merasakan adalah Essy Jumasih (55), warga Kecamatan Cisarua.

Essy mengatakan, udara di Puncak Bogor terasa lebih dingin dari biasanya terlebih pada malam hari, bahkan udara yang berhembus terasa berbeda.

Ia pun heran lantaran pada siang hari suhu Puncak Bogor justru panas. Namun, ketika memasuki malam hari suhu udara berubah drastis menjadi dingin.

"Dingin banget mulai terasa jam 20.00 dan itu enggak seperti biasanya. Siang panas tetapi malamnya dingin banget, padahal kan puncak juga dikenal dingin tapi ini beda dengan bulan sebelumnya," ujarnya saat ditemui Kompas.com, Jumat (19/7/2019).

Wanita paruh baya ini juga mengeluhkan suhu saat ini yang membuat kondisi badannya terasa kurang sehat dan lidah terasa pahit.

Mau tak mau ia harus selalu menyiapkan jahe ditambah gula untuk membuat badannya kembali fit.

"Sempat meriang padahal saya sudah lama di sini (Puncak Bogor), dan karena suhu dingin ini akhirnya tiap hari nyiapin jahe di gelas besar buat seharian. Siasanya saya juga enggak sampai segitunya (buat jahe)," tuturnya.

Senada dengan Essy, Mamat (47) penjaga villa ini menuturkan, bulan ini terasa lebih dingin terutama pada malam hari. Beruntungnya, suhu dingin ini tidak terlalu memengaruhi kesehatannya.

Sebagai antisipasinya, dia selalu menggunakan jaket lebih tebal pada saat bekerja.

"Iya itu benar, dinginnya memang beda bulan ini apalagi saya yang jaga villa selalu di pinggir jalan, benar-benar merasakan," ujarnya.

Ia pun mengimbau bagi masyarakat yang hendak berlibur ke Puncak Bogor untuk mempersiapkan jaket yang lebih tebal.

"Saya aja pakai jaket tebal nih, iya sarannya sih kalau ada yang mau wisata bawa-bawa jaket tebal aja," ungkapnya.

Warga lainnya, Irfan (23) juga mengeluhkan cuaca dingin belakangan ini.

Keluhan itu karena berkurangnya penjualan sayuran yang kabarnya tanaman pertanian di Cisarua banyak yang terserang hama.

"Semua pedagang pada nanyain ngeluh ditambah lagi kerabat saya yang petani mengaku sayurannya terkena hama karena suhu dingin ini," ungkapnya.

Selain itu kata dia, penjualan minuman dingin berkurang karena warga lebih memilih minuman hangat, kemudian dampaknya tubuh semakin malas untuk bangun di pagi hari.

"Iya kan sayuran itu untuk jualan makanan kemudian juga minuman dingin enggak laku lebih banyak nyariin yang panas-panas. Terus kalau tidur nyenyak banget malas bangun jadinya," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/19/20214371/kata-warga-puncak-bogor-soal-suhu-yang-semakin-dingin-lidah-terasa-pahit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke