Salin Artikel

Kaul Kekal Dihadiri Sahabat Muslim, Biarawati Ini Sebarkan Persaudaraan Lintas Iman

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sr M Andrea Desi bersama dua suster dari kongregasi Ordo Pewarta (OP) mengucapkan kaul kekal di Gereja Santo Mikael Pangkalan TNI AU Yogyakarta, pada Minggu (30/6/2019) pukul 10.00 WIB.

Beberapa teman dan sahabat dari lintas iman turut hadir di Gereja Santo Mikael Pangkalan TNI AU Yogyakarta untuk memberikan dukungan dan menyaksikan kaul kekal Sr M Andrea Desi OP.

Ketika suster kelahiran Polewali, Sulawesi Barat ini mengucapkan janji kaul kekal, beberapa teman yang hadir terharu hingga menetaskan air mata. 

Usai acara, semua teman-teman yang hadir langsung menemui Suster Andrea, memeluk dan mengucapkan selamat. Mereka juga mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama.

"Saya kaget, terharu teman-teman kuliah datang, dosen, kaprodi, teman dari Srikandi Lintas Iman dan teman Gusdurian, ada pendeta juga yang datang," ujar Sr M Andrea Desi OP (Ordo Pewarta) saat ditemui Kompas.com, Jumat (12/07/2019)

Suster Andrea pun tak menyangka jika akan banyak teman-teman lintas iman yang datang untuk memberikan dukungan kepadanya. Beberapa teman dan dosen yang tidak bisa hadir pun mengucapkan selamat kepada Suster Andrea via chat WhatsApp (WA).

Diceritakannya, sudah satu tahun ini dirinya bergabung dengan Srikandi Lintas Iman. Ia juga kenal dengan teman-teman Gusdurian.

Namun, sebelum itu, Suster Andrea juga sudah berteman dekat dengan teman-teman beragama Islam di kampusnya.

Suster Andrea kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta mengambil Psikologi. Di Universitas Mercu Buana Yogyakarta, ia menjadi satu-satunya suster untuk jenjang S1.

"Salah satu misi kongregasi kami yang lintas batas itu ya untuk dialog antar agama, mencari ilmu di mana saja bisa tetapi kan ada nilai-nilai lain yang perlu diperjuangkan. Itu yang memotivasi saya," ungkapnya.

Saat di kampus, Suster Andrea tidak pernah dibeda-bedakan. Pihak kampus pun sangat peduli dengan Suster Andrea.

Setiap semester, kaprodi dan dosen-dosen selalu bertanya kepada Suster Andrea, apakah merasa nyaman, apakah diperlakukan baik oleh dosen dan mahasiswa.

Bahkan di awal-awal kuliah, dosen meminta Suster Andrea untuk menjelaskan tentang agama Katolik dan kehidupan biarawati. Hal itulah yang membuatnya merasa nyaman kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

"Saya jadi berpikir, ya Tuhan mereka begitu baik kepada saya. Itu yang membuat saya semakin merefleksikan bahwa kadang-kadang kita banyak prasangka itu karena kurangnya komunikasi," urainya.

Sebagai seorang biarawati, tentu pakaian yang dikenakan Suster Andrea berbeda dengan mahasiswa lainnya. Terlebih mayoritas dosen, staf dan mahasiswa di kampusnya beragama Islam.

Diakuinya, awal-awal di kampus dirinya menjadi sorotan. Tak jarang dari mereka menghampiri dan bertanya kepada Suster Andrea.

"Banyak yang bertanya, Mbak ini yang tidak menikah? Kok mau sih Mbak hidup tidak menikah? Saya jawab, benar,  ya ini panggilan Tuhan," tuturnya sambil tertawa mengenang perkenalan pertama dengan teman-teman kampusnya

Meski berbeda penampilan dan agama, namun Suster Andrea tidak merasa kesulitan untuk bisa berteman dengan tema -teman kuliahnya.

Teman-teman kuliah bisa menerima dan tidak canggung untuk berteman dengan Suster Andrea. Sering kali, beberapa teman kampus justru memilih curhat dengan suster Andrea baik mengenai akademik maupun persoalan pribadi.

Bahkan, Suster Andrea sering kali dipercaya oleh teman-teman satu angkatan sebagai koordinator kegiatan.

"Saya punya prinsip, kalau saya punya kepedulian dengan semua orang dan baik dengan semua orang, maka hati sekeras apapun bisa melembut," urainya.

Perjalanannya hingga kaul kekal juga tidak lepas dari dukungan teman-teman kampus yang bergama Islam dan teman-teman di Srikandi Lintas Iman.

Suster Andrea menceritakan, saat kerja kelompok, temannya yang beragama Islam bertanya kenapa suster cincinya berbeda.

Mendengar pertanyaan itu, Suster Andrea menjawab jika dirinya masih junior. Sehingga belum sepenuhnya menjadi suster.

Nanti setelah kaul kekal, maka akan sah menjadi suster sepenuhnya. Ia juga akan mendapatkan cincin warna emas.

"Setiap ketemu itu mereka selalu tanya, Suster kapan kaul kekal, kapan Suster. Saya bilang, tunggu ya masih tahun depan," urainya.

Mendengar jawaban dari Suter Andrea, teman-teman kuliahnya yang notabene beragama Islam lantas menyampaikan akan mendoakan agar teguh dalam kesetiaan panggilan dan bisa segera kaul kekal.

"Setiap mau shalat kan mereka mengajak saya menemani ke mushola. Sambil menunggu, saya juga berdoa. Nah setelah shalat mereka mengatakan kalau tadi juga mendoakan saya agar segera kaul kekal," tegasnya

Semenjak itu, mereka berpesan agar diberikan undangan ketika Suster Andrea kaul kekal. Mereka akan datang untuk menyaksikan dan memberikan dukungan untuk Suster Andrea.

Namun demikian, mereka juga bertanya kepada Suster Andrea apakah diperbolehkan datang dan menyaksikan kaul kekal. Sebab acaranya digelar di gereja.

"Ya mereka sempat bertanya apa boleh datang dan menyaksikan, saya bilang boleh kok. Nanti di sana ada panitianya," tandasnya.

Kampus selain untuk menimba ilmu juga menjadi tempat baginya untuk belajar bertoleransi. Saling mengasihi dan menghormati satu sama lain meski berbeda agama.

"Bersaudara dan mengasihi dalam perbedaan itu tidak sulit, asal mau membuka diri, membuka hati, membuka pikiran," tegasnya.

 

Gunakan Instagram untuk sebarkan persaudaraan lintas iman

Suster Andrea menyampaikan, ia sering menggungah foto-foto di akun Instagram miliknya. Foto-foto yang diunggahnya adalah saat bersama dengan teman-teman kuliah atau teman lintas iman.

"Foto-foto sama teman-teman itu saya sengaja posting di Instagram. Ya foto-foto saat saya bersama mereka," ucapnya.

Suster kelahiran Polewali,Sulawesi Barat 21 juni 1987 ini memposting foto-foto kebersamaannya dengan teman-temannya selain dokumentasi pribadi, juga untuk menyebarkan perdamaian dan mewartakan indahnya persaudaraan.

"Saya berpikir media sosial itu kan punya dua sisi, bisa digunakan untuk hal negatif tetapi bisa juga menjadi ladang yang subur untuk mewartakan yang baik," ucapnya.

Ia memilih Instagram karena foto itu lebih menggambarkan banyak hal. Sehingga orang  bisa lebih menerima pesan yang ingin disampaikan olehnya tentang indahnya persaudaraan.

Lewat postingan-postingan di akun Instagramnya itu, Suster Andrea diajak oleh seorang teman untuk bergabung dengan Srikandi Lintas Iman. Suster Andrea pun akhirnya bergabung dengan Srikandi Lintas Iman.

Suster Andrea menyampaikan sering mendapat chat di akun Instagramnya. Mereka biasanya meminta doa, curhat karena ada masalah sampai dengan berdiskusi tentang lintas iman.

"Saya merasa beryukur dijadikan alat oleh Tuhan untuk membantu sesama walau belum pernah bertemu," tandasnya.

Menulis buku

Suster Andrea menceritakan, awalnya ia mendapatkan pesan via chat Instagram dari Romo Andreas Sulardi Pr.

Melalui chat itu, Romo Sulardi mengajak Suster Andrea untuk menulis sebuah buku.

"Saya sebelumnya tidak kenal Romo Sulardi Pr, beliau tahu saya dari Instagram. Terus chat, suster ayo buat buku," ujarnya.

Romo Andreas Sulardi mengatakan kepada Suster Andrea agar menuliskan tentang pengalamannya. Khususnya, pengalaman-pengalaman bersama teman-teman lintas iman.

"Buku itu tahun 2018 lalu. Judul bukunya Cerita Kecil di Bawah payung," ungkapnya.

Suster Andrea di dalam buku itu menuliskan berbagai pengalamannya.

Suatu ketika, setelah selesai kuliah dan hendak menuju parkiran, hujan turun cukup deras.

Waktu itu, Suster Andrea tidak membawa payung dan berdiri menunggu hujan reda.

Tiba-tiba, ada dua temanya berlari menghampiri. Mereka datang dengan membawa payung. Di tengah hujan deras itu, mereka memayungi dan mengantarkan suster yang terkenal murah senyum ini ke parkiran.

"Saya bilang sebentar lagi kan waktunya shalat, kamu shalat dulu saja. Tapi dia bilang, nanti saja suster kan dari sini ke parkiran dekat, setelah mengantar suster, saya ke mushola, shalat," urainya

Suster Andrea juga menuliskan pengalamanya saat berada di bandara bersama teman-teman kampusnya. Waktu itu, salah satu teman kuliahnya baru saja putus.

"Teman yang baru putus itu kan kemana-mana dengan saya. Di bandara itu dia suka meluk-meluk, sambil kadang menangis kadang tertawa," tuturnya.

Saat di bandara itu ternyata orang-orang memperhatikan. Mereka memperhatikan karena satu mengenakan jilbab dan satu lagi mengenakan baju suster.

"Tiba-tiba ada yang datang menyalami, mengatakan Mbak, terimakasih, saya enggak tahu Mbak itu dari agama mana, tetapi melihat ini hati saya menjadi damai," tegasnya.

Beberapa teman, lanjutnya, bingung karena melihat ibu lainnya yang juga ada di bandara meneteskan air mata. Ternyata, ibu itu menangis karena melihat Suster Andrea dan temannya begitu akrab meski berbeda agama.

"Teman bilang mereka menangis karena melihat suster sama Nada (teman suster Andrea) beda agama bisa damai, berpelukan, saling mengasihi," tandasnya.

Tak hanya itu, pernah suatu ketika saat sedang berjalan seorang tukang parkir menghampiri Suster Andrea. Tukang parkir itu tiba-tiba meminta maaf ke pada Suster Andrea. Ternyata, tukang parkir tersebut meminta maaf atas kejadian intoleransi yakni peristiwa penyerangan gereja di Gamping, Sleman.

"Mbak sudah tahu ada kejadian pembacokan kemarin? Tolong di jelaskan ya Mbak ke teman-teman bahwa Islam itu tidak mengajarkan seperti itu, Kami minta maaf ya Mbak, jangan takut sama kami," ucap Suster Andrea mengulang kata-kata tukang parkir yang menghampirinya.

Mendengar itu, Suster Andrea mengaku sangat terharu. Masih banyak orang-orang yang peduli dan memperjuangan perdamaian.

"Saya benar-benar sampai terharu mendengar itu, ternyata banyak orang-orang yang baik," tuturnya.

Suster Andrea mengatakan, manusia sudah berbeda sejak lahir. Namun, perbedaan bukan menjadi penghalang untuk saling mengasihi satu sama lain dan berbuat baik untuk sesama.

"Prinsip saya itu.  Saya berbuat baik bukan karena agama memerintahkan saya berbuat baik, tetapi memang sejatinya manusia seperti itu," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/07/15/10273961/kaul-kekal-dihadiri-sahabat-muslim-biarawati-ini-sebarkan-persaudaraan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke