Salin Artikel

Ketegaran Mama Maria Jadi Tulang Punggung Keluarga, Tinggal di Gubuk Reyot dan Hanya Makan Ubi

MAUMERE, KOMPAS.com-Maria Da Silva (34), seorang ibu di Dusun Kloang Aur, Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT tinggal di gubuk reyot bersama kedua anaknya tanpa suami.

Suaminya, Fransiskus Borgias pergi merantau di Kalimantan sejak 6 tahun silam. Sejak kepergiannya sampai hari ini, Fransiskus hilang tanpa kabar. Ia tak pernah lagi mengirim uang kepada keluarganya.

Sejak saat itu, Mama Maria menafkahi kedua anaknya seorang diri. Ia menjadi tulang punggung keluarganya. 

"Suami saya pergi merantau 6 tahun yang lalu. Tetapi tidak pernah kirim uang untuk kami. Untuk kasih kabar melalui telepon pun tidak. Dulu dia jalan supaya bisa perbaiki rumah dan ekomomi keluarga," ungkap Maria sambil menangis kepada Kompas.com di gubuknya, Selasa (9/7/2019).

"Jadinya rumah kami tetap begini. Sekarang sudah miring. Mau perbaiki tidak ada uang. Saya hanya bisa cari uang untuk makan anak-anak saja," sambung Maria.

Ia menuturkan, sejak kepergian sang suami, dirinya harus membanting tulang untuk menafkahi dan membayar uang sekolah kedua anaknya. 

"Untuk bisa beli beras, pakaian dan bayar uang sekolah anak-anak, saya harus cari kerja di orang yang upahnya per hari. Kalau tidak ada itu, kami makan ubi dari kebun. Uang sekolah anak-anak juga sering terlambat bayar," tutur Maria sambil mengusap air matanya. 

Selain itu, di gubuknya belum teraliri listrik PLN. Hal itu disebabkan tidak ada dana untuk membeli meteran. 

"Rumah saja kita tidak bisa perbaiki. Apalagi mau beli meteran," tutur Maria.

Ia mengatakan, untuk penerangan malam, di rumah itu masih mengandalkan lampu pelita. Hal itu membuat ia kasihan dengan anak-anaknya belajar tanpa penerangan yang memadai. 

"Kadang kalau tidak ada lampu, kami andalkan nyala api saja untuk terang saat makan malam. Anak-anak jadinya tidak bisa belajar," keluh Maria. 

Sementara itu, anak sulung Mama Maria yang bernama Maria Lanti mengaku tetap rajin belajar meski harus mengandalkan penerangan lampu pelita.

"Kemarin saya juara 1 kelas dan juara 1 umum di sekolah. Saya harus rajin belajar dan terus sekolah untuk bahagiakan mama," tutur Maria. 

Ia mengaku, kondisi rumah dan ekonomi keluarganya yang serba terbatas tidak jadi penghalang dirinya untuk sukses di kemudian hari. 

"Saya cita-cita jadi guru. Dan mimpi saya nanti harus diwujudkan. Saya mau sekolah terus," ungkap Maria.

Di balik keterbatasan ekonomi itu, Mama Maria tetap bisa hidup bahagia dengan kedua anaknya.

Sementara itu, Kepala Desa Watu Diran Maxentius Maxmulianus mengatakan, pemerintah desa sudah merencanakan, di tahun 2020, Mama Maria mendapat bantuan perumahan.

"Itu sudah pasti. Mereka salah satu yang dapat bantuan rumah tahun depan. Itu nanti mulai dari bahan-bahan sampai jadi rumahnya. Mereka terima bersih saja. Paling urus makan minum tukang saja," kata Maxentius. 

Ia berharap, Mama Maria dan anak-anaknya bisa bertahan dalam rumah yang yang ada sekarang, sambil menanti bantuan tahun depan. 

https://regional.kompas.com/read/2019/07/15/06355341/ketegaran-mama-maria-jadi-tulang-punggung-keluarga-tinggal-di-gubuk-reyot

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke