Salin Artikel

Kekeringan di Karawang, Warga Gali Sumur di Sungai dan Ambil Air Pukul 2 Dini Hari

KARAWANG, KOMPAS.com - Arman (63) berjalan dari rumahnya membawa ember kosong ke sumur yang dibuat dengan menggali lubang di sungai yang mengering, untuk mengambil air.

Maklum, sudah dua bulan sejak kemarau melanda, warga Kampung Cibenda, Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, kekurangan air. Kampung ini terletak di belakang Kawasan Industri Mitra (KIM) Karawang.

Setiap hari, Arman dan istrinya harus mengambil air di Sungai Cikirijing yang mengering untuk kebutuhan sehari-sehari.

"Sekarang masih ada, entah dua bulan lagi masih ada atau nggak," kata Arman ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019) sore.

Di sungai dekat rumahnya itu, ada sekitar tujuh sumur yang dipergunakan sekitar 50 warga. Setiap hari, warga bergantian mengambil air di sumur galian itu.

"Ada yang mengambil jam 2 dini hari dan jam 4 pagi. Ada juga yang siang menjelang sore. Tapi kalau siang paling seember dua ember," katanya.

Makin hari, kata dia, sumur harus digali lebih dalam untuk mendapatkan air. Paling dalam digali hingga 1,5 meter.

Jika air sudah habis di sumur galian di sungai, warga terpaksa mengambil air di Kalimalang, yang jaraknya sekitar 3 kilometer, untuk kebutuhan mandi dan cuci. Sementara untuk memasak membeli air galon.

"Jika air di sini habis, yang punya motor mengambil di Kalimalang. (Itu) yang punya motor, yang tidak punya, ya jalan," katanya.

Jika pun membeli air, warga harus mengeluarkan uang lebih. Sebab, untuk pemenuhan sehari-hari membutuhkan sekitar 10 jerigen, dengan satu jerigen sekitar Rp 6.000.

"Bantuan air bersih belum juga ada," katanya.

Selain bantuan air bersih, Arman berharap ada solusi jangka panjang, seperti sumur bor.

"Tentu saja ingin ada bantuan sumur," katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Asep Wahyu mengatakan, kekeringan di Karawang mengancam 14 desa di tiga kecamatan, yakni tujuh desa di Kecamatan Tegalwaru, enam desa di Kecamatan Pangkalan, dan satu desa Kecamatan Ciampel.

"Total jiwa yang terancam kekeringan itu mencapai 22.755 jiwa," katanya.

Penanganan

Asep menyebutkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang akan mengumpulkan sejumlah truk tangki untuk mengirimkan air bersih. Di antaranya empat truk dari PDAM Tirta Tarum, satu truk air BPBD dan PRKP, serta satu water canon dari kepolisian.

"Kami sudah mengadakan rapat terbatas lintas instansi untuk penanganan kekeringan, mulai dari pemda, Polres Karawang, TNI, dan PDAM," katanya.

Sementara untuk jangka panjang, kata dia, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang akan membanguan penampungan tadah hujan di lima titik di Kecamatan Tegalwaru.

"Semua pihak tengah bergerak. Lalu Sekretaris Daerah (Sekda) juga akan menyurati industri untuk membantu penanganan air bersih," katanya.

Sawah terdampak

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Wawan Kuswandi mengatakan, sebanyak 512 hektar lahan pertanian di delapan kecamatan terancam kekeringan, yakni Telukjambe Barat, Jatisari, Batujaya, Pakisjaya, Cibuaya, Pangkalan, Tegalwaru, dan Cilamaya Wetan.

Pembagian debit air irigasi yang tidak optimal diduga salah satu penyebab ratusan hektar lahan terancam kekeringan.

"Kalau kita hitung beberapa hari lagi, jika air tidak masuk. Mungkin akan semakin meluas lahan yang terancam kekeringan," kata Wawan.

Di Karawang, kata dia, terbagi menjadi dua irigasi. Pertama adalah teknis dan irigasi pedesaan. Persoalan irigasi teknis adalah pembagian air dan irigasi pedesaan kering saat kemarau.

Wawan mengatakan, pembagian debit air di irigasi teknis terkendala karena petani yang berada di pembagian golongan 1, enggan memulai tanam. Sementara air enggan dialihkan untuk ke wilayah lain.

"Alasannya itu karena habis lebaran. Padahal air sudah menggenangi lahannya. Tetapi jika kita alihkan, mereka pasti marah. Padahal kita sudah imbau agar segera melakukan tanam," katanya.

Sementara untuk sawah tadah hujan yang rawan mengalami kekeringan, ia menyarankan petani untuk menanam palawija.

"Solusinya lainnya, kami juga buat beberapa embung. Kemudian ada satu desa yakni Desa Mulangsari yang juga dibangunkan lima sumur pantek," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/07/05/05300041/kekeringan-di-karawang-warga-gali-sumur-di-sungai-dan-ambil-air-pukul-2-dini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke