Salin Artikel

Fakta di Balik Pencarian Heli MI-17 di Papua, Heli Buatan Rusia hingga Pesawat CN235 MPA Diterjunkan

KOMPAS.com - Pencarian Helikopter MI-17 milik TNI AD yang hilang kontak sejak 28 Juni di sekitar Kabupaten Bintang, Papu, masih terus dilakukan.

TNI Angkatan Udara akan mengerahkan pesawat yang memiliki teknologi pendeteksi panas dan logam untuk menyisir lokasi di sektor Lereh dan Airu.

Sementara itu, keluarga salah satu penumpang helikopter MI-17 berharap Praka Dwi Purnomo segera ditemukan dan dalam kondisi selamat.

Seperti diketahui, helikopter yang tengah melakukan misi pendorongan logistik (dorlog) ke Pos Udara Pengamanan Perbatasan (Pamtas) di Distrik Okbibab dilaporkan membawa 12 orang terdiri dari 7 orang kru dan 5 personel Satgas Yonif 725/Wrg yang akan melaksanakan pergantian pos.

Berikut ini fakta lengkapnya:

"Kita rencanakan untuk besok hari, apa bila sudah siap, pesawat CN235 yang selama ini kami gunakan akan digantikan dengan CN235 MPA, jenisnya sama namun spesifikasinya berbeda. CN235 MPA ini mempunyai kemampuan mendeteksi panas dan logam," ujar Wakapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Dax Sianturi, di Jayapura, Selasa (2/7/2019).

Menurut Dax, pesawat tersebut diarahkan untuk menyisir sektor Lereh dan Airu. Sebelumnya, sejumlah warga mendengar suara helikopter di sektor tersebut.

"Kami akan menggunakan pesawat itu untuk menyisiri sektor Lereh dan Airu, Kabupaten Jayapura. Sementara heli Bell tetap kami fokuskan di Oksibil," ujar Dax.

Dua helikopter jenis Helly Bell 412 milik TNI AD dan Helly Bell 206 milik penerbangan sipil diperbantukan menyusuri rute penerbangan antara Oksibil dan Okibab.

"Kemudian tim pencari udara juga mendarati kampung-kampung yang terlihat dari atas dan berusaha mencari informasi dari masyarakat yang ada di kampung-kampung tersebut. Ada tiga distrik yang tadi cari keterangan oleh tim udara, yaitu Distrik Oksop, Okibab dan Okbape," ujar Dax Sianturi, di Jayapura, Selasa (2/07/2019).

Sayangnya, hingga saat ini, petugas dan tim SAR gabungan masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan heli naas tersebut.

"Sampai pukul 16.00 WIT, sangat disayangkan kita masih belum menemukan adanya tanda-tanda keberadaan Helikopter MI-17 dengan nomor regristasi HA5138," kata Dax.

“Harapannya cepat ketemu, kembali ke Lanud dan kembali ke keluarga lagi,” ujarnya, Senin (1/7/2019).

Bambang menambahkan, Mabes TNI AD langsung memberikan informasi kepada keluarga terkait helikopter yang ditumpangi adiknya tersebut hilang kontak pada Jumat (28/06) kemarin.

Seperti diketahui, Dwi Purnomo merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara pasangan Buningan (71) dan Sumini dan saat ini bertugas di Pusat Penerbangan Angkatan Darat Semarang.

Helikopter MI-17 milik TNI AD yang hilang kontak di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, merupakan subvarian pengembangan generasi kelima atau juga disebut MI-17-V5.

Heli tersebut dirancang oleh biro desain Mil Moscow Helicopter dan diproduksi Kazan Helikopter Rusia, Heli MI-17-V5 merupakan keluaran pabrikan tahun 2008.
Menurut Letkol Inf TNI Dax Sianturi, MI-17-V5 adalah milik Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) yang sudah mengudara hampir di seluruh Indonesia.

"Untuk di Papua, heli ini sudah sekitar 8 bulan," ujar Dax, Rabu (3/7/2019).
Menurut Dax, heli tersebut dibekali sepasang mesin Turboshaft Isotov TV3-117VMA dengan kekuatan 2.200 shp.

Dax menyebut MI-17 memiliki kemampuan terbang sangat baik hingga ketinggian 6.000 meter di bawah permukaan laut (MDPL).

Sumber: KOMPAS.com (Dhias Suwandi, Sukoco)

https://regional.kompas.com/read/2019/07/04/17080051/fakta-di-balik-pencarian-heli-mi-17-di-papua-heli-buatan-rusia-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke