Salin Artikel

5 Fakta Polemik Proyek Jalan Tol di Yogyakarta, Alasan Sri Sultan Menolak hingga Jalur ke YIA Selain Lewat Tol

KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubowono X menegaskan, jalan tol tidak menguntungkan bagi perekonomian masyarakat Yogyakarta.

Sri Sultan pun tegas tidak memberi izin pembangunan jalan tol, baik yang ada di Kulon Progo maupun tol yang langsung menuju ke bandar udara Yogyakarta International Airport.

Bagi Sri Sultan, transportasi dari Kota Yogyakarta menuju YIA bisa dilakukan tanpa harus melewati tol. Hal itu dianggap lebih memberi keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengakui, kehadiran YIA adalah sebagai salah satu proyek strategis nasional (PSN) dan menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi di DIY, terutama di Kabupaten Kulon Progo.

Namun, Sri Sultan tidak menyetujui pembangunan jalan tol ada di Kulon Progo maupun Yogyakarta, terlebih yang langsung menuju ke bandar udara Yogyakarta International Airport.

Menurut Sri Sultan, tol dirasa kontraproduktif dan tidak memberi dampak besar bagi perekonomian yang langsung dirasakan masyarakat.

"Kalau tol bermanfaat, mari kita bicara, kalau masyarakat Kulon Progo tidak dapat apa-apa, untuk apa dibangun tol. Apa juga dibangun bandara," kata Sri Sultan usai syawalan Pemerintah Provinsi DIY dengan ASN Kulon Progo, Rabu (19/6/2019).

Gubernur DIY mengaku belum sepakat dengan sejumlah rencana ruas tol yang akan melintasi Yogyakarta.

Hal ini lantaran ia khawatir perekonomian masyarakat akan terganggu jika tanpa perencanaan yang matang.

"Belum-belum selesai. Kita belum menentukan, saya belum sepakat. Resikonya konfliknya terlalu besar," kata Sri Sultan, Kamis (13/6/2019).

"Ya saya tidak mau kalau rakyat saya ekonominya turun," tambah Sultan.
Sultan menilai, pembangunan tol hanyalah menguntungkan segelintir orang. Sehingga memerlukan kajian yang mendalam.

"Yang untung hanya yang punya tol. Sekarang tol yang ada akses masyarakat hidup atau mati? Jawab sendiri," kata Sultan.

Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi mengatakan, saat ini yang baru disepakati basic design dan rencana teknik akhir (DED)-nya adalah pembangunan tol untuk jalur Bawen-Yogyakarta. Dari sekitar 51 km, wilayah DIY hanya dilewati sekitar 10 sampai 15 km.

Sementara itu, untuk ruas tol Yogyakarta sampai Solo belum ada kesepakatan terutama untuk masuk dari perbatasan Jawa Tengah ke wilayah DIY.

Sebab, di sana ada sejumlah situs bersejarah yang harus dilindungi terutama di kawasan Prambanan.

"Karena banyak lah, karena di situ banyak situs, ada banyak hal lah, kita harus duduk bersama," ujar Gatot.

Untuk sisi Barat dari Cilacap-Yogyakarta, masih belum ada kesepakatan karena ada bandara YIA.

Menurut Gatot, ketidaksepakatan Sultan terkait pembangunan tol ini untuk mengakomodir semuanya, baik pengusaha maupun masyarakat. Untuk itu perlu dicari jalan tengah.

Misalnya, di kawasan Prambanan yang melintasi situs harus dipikirkan mengenai dampaknya seperti harus 500 meter dari situs, hingga pengguna jalan tol bisa keluar masuk wilayah tersebut.

Sementara itu, sejumlah moda transportasi menuju ke YIA sudah tersedia, salah satunya KA bandara.

KA bandara ini saat ini menjadi moda transportasi paling diminati pengguna YIA sejak bandara ini mulai beroperasi 29 April 2019.

KA bandara ini menghubungkan bandara Adisutjipto di Yogyakarta dengan YIA di Kecamatan Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

KA bandara paling disukai pada awal operasi YIA lantaran lebih cepat dari semua moda transportasi yang melayani YIA untuk saat ini.

Selain itu, tarif juga menjadi alasan, sementara kereta masih promo Rp 15.000 per tiket untuk rute sepanjang Maguwo dan YIA, juga sebaliknya.

"(Harga) tiket promo berlaku sampai kapan, belum ada ketentuan. Harga promo ini belum ada kejelasan kapan dicabut," kata Eko Budiyanto, Manajer Humas Daops VI PT Kereta Api Indonesia, pada kesempatan sebelumnya.

Selain KA Bandara, warga juga bisa menggunakan fasilitas bus Damri. Para penumpang KA Bandara yang turun di Wojo lalu ke YIA bisa menggunakan Damri.

Perjalanan sekitar 15 menit ke YIA dengan tarif Rp 10.000 per tiket. Sebaliknya juga sama, yakni dari YIA naik Damri menuju Stasiun Wojo.

"Akhir pekan kemarin bahkan sebanyak 120 penumpang turun dari KA, naik Damri, lalu menuju YIA," kata Staf Kantor Perusahaan Umum Damri Cabang DIY Kartiko Putro, di lapangan parkir umum YIA, Senin (13/5/2019).

Selain itu, ada perusahaan transportasi SatelQu yang mengandalkan kendaraan Toyota Hiace untuk melayani warga dari Bandara Adisutjipto dan YIA dengan tarif Rp 50.000 sekali perjalanan.

Mereka mengoperasikan satu unit kendaraan dari Adistjipto pukul 09.00 dan 10.00 ke YIA dan sebaliknya dari YIA-Adisutjipto pukul 13.00.

Petugas tiket SatelQu, Hardian Wicaksono mengakui, transportasi antara keduanya terus dirintis.

"Rata-rata 3-5 penumpang (dari YIA) ke Yogyakarta," kata Hardian.

Sumber: KOMPAS.com (Dani Julius Zebua, Markus Yuwono)

https://regional.kompas.com/read/2019/06/20/08290151/5-fakta-polemik-proyek-jalan-tol-di-yogyakarta-alasan-sri-sultan-menolak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke