Salin Artikel

Kisah Penjaga Lintasan KA Tak Berpintu, Usir Orang Gila hingga Hentikan Pengguna Jalan

Sambil membawa bendera kuning, ia menghentikan semua kendaraan, baik roda dua maupun empat, pejalan kaki, dan masyarakat yang naik sepeda onthel. Sebab, sebentar lagi kereta api mau lewat.

Sukiman adalah anggota Linmas desa yang ditugaskan untuk menjaga lintasan kereta api Srogo, yang tidak mempunyai palang pintu.

Warga Sidorejo Brangsong Kendal ini bertugas mulai tanggal 19 Mei hingga 13 Juni 2019. Ia bekerja selama 8 jam, mulai jam 6 pagi hingga pukul 14.00 WIB, setelah itu, diganti oleh temannya.

“Ada dua shift, saya dan teman saya,” kata Sukiman, usai kereta api lewat, Minggu (2/6/2019).

Sukiman belum tahu mendapat honor berapa. Bapak yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan ini, hanya diperintah oleh desa untuk membuka rekening di bank. Sebab honornya akan ditransfer lewat bank.

“Saya sudah tiga kali lebaran ini. Sebelumnya paman saya. Sekarang dia tidak mau karena sudah tua,” ujarnya.

Menurut Sukiman, ia mau menjadi lintasan kereta api tak berpalang pintu untuk menyelamatkan pengguna jalan yang melintas di jalan yang menghubungkan Srogo dan jalan Pantura Brangsong.

Sebab, saat menjelang dan sesudah Lebaran, banyak pendatang yang melewati jalan tersebut. Mereka rata-rata belum tahu dan hapal jalan itu.

“Kalau kereta datangnya dari arah Semarang, bisa terlihat karena pandangan kita tidak terhalang. Tapi kalau dari arah Jakarta, pandangan kita terhalang pohon dan alang-alang,” jelasnya.

Kendala yang ia hadapi saat bertugas, adalah banyaknya masyarakat, terutama pemakai kendaraan roda dua yang tidak sabar. Mereka masih banyak yang nyelonong karena kereta masih agak jauh.

Di samping itu, dirinya juga harus mengusir orang gila yang sering berjalan di rel kereta.

“Kereta api yang akan melintas di sini sudah dijadwalkan, tapi sering molor waktunya, sehingga saya harus tengak-tengok terus,” tambahnya.

Sama dengan Sukiman, Sukardi (35), pegawai pocokan atau sementara PT Kereta Api Indonesia, harus ekstra hati-hati bila menghentikan pengendara yang mau lewat di jalan Srogo menuju pantura Brangsong. terutama saat kereta mau lewat. Sebab, masih ada yang sering nyelonong.

Warga Ngampel Kendal ini, mulai bekerja sejak tanggal 26 Mei hingga 16 Juni 2019. Tepatnya, sebelum dan sesudah lebaran.

“Saya digaji sesuai UMR Kendal, sebesar Rp 1.920.000. Waktu kerja saya 8 jam, dan ada 3 shift. Jadi selama 24 jam lintasan kereta tak berpalang pintu di Srogo ini terjaga oleh petugas,” ujarnya.

Warga Ngampel ini, mengaku sudah 4 kali menjadi tenaga pocokan PT KAI. Untuk tahun ini, ia ditugaskan di perlintasan jalan Srogo yang menuju ke jalan Pantura Brangsong.

Bapak yang tidak mempunyai pekerjaan tetap ini mengaku setiap hari ada sekitar 54 kereta yang melintas di lintasan kereta api Srogo.

Dirinya bersama Sukiman dan penjaga di lintasan Srogo ini, sudah mendapatkan jadwalnya dari PT KAI. Tetapi, jamnya sering tidak tepat. Kadang terlambat hingga 10 menit.

Terkait dengan hal itu, Kepala Dinas Perhubungan Kendal, Suharjo, mengatakan panjang rel yang melintas di Kabupaten Kendal ada 27 kilometer.

Jumlah perlintasan sebidang ada 31 titik. Perlintasan yang ada palang pintunya dan dijaga oleh petugas PT KAI ada 8 perlintasan dan oleh Pemerintah kabupaten Kendal ada lima lintasan.

Supaya tidak terjadi kecelakaan akibat kereta api lewat di masa Lebaran ini, Dishub Kendal menempatkan 30 personel Linmas untuk menjaga 15 perlintasan kereta api yang tak berpalang pintu. Setiap hari, penjaga perlintasan tersebut diberi honor Rp 150.000.

https://regional.kompas.com/read/2019/06/03/08302881/kisah-penjaga-lintasan-ka-tak-berpintu-usir-orang-gila-hingga-hentikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke