Salin Artikel

Tradisi “Urup-urup“ Tandai Malam ke-21 Ramadhan di Magelang

Mereka menyebutnya dengan malam selikuran dengan tradisi “urup-urup“. Urup-urup berasal dari bahasa Jawa yang artinya saling tukar.

Tradisi ini dikuti oleh puluhan warga setempat di serambi dan halaman masjid dusun, Sabtu (25/5/2019), selepas shalat magrib hingga menjelang isya. Setiap warga membawa makanan sendiri dari rumah.

Makanan bisa berupa camilan tradisional, buah-buahan, kue, aneka minuman dan sebagainya.

Prosesi diawali dengan doa bersama yang dipimpin tokoh agama setempat. Selain ditujukan untuk para leluhur, doa juga ditujukan untuk keselamatan diri, bangsa dan negara.

Muh Khamim, tokoh masyarakat setempat, mengatakan tradisi ini selalu dijalani warga dusun Sorobayan setiap malam ke-21 bulan Ramadhan secara turun temurun.

Khamim mengaku tak tahu sosok yang pertama kami mencetuskan tradisi ini. Namun demikian, menurutnya, “urup-urup“ menjadi sarana warga untuk bersilaturahim menjalin kerukunan.

“Tradisi ini sudah turun temurun, sejak mbah-mbah kami dulu. Sebagai tanda kalau kita sudah menjalankan ibadah Puasa selama 21 hari,“ kata Khamim, Sabtu malam.

Usai berdoa, warga kemudian saling tukar makanan dengan suka cita. Mereka bebas menukar makanan yang dibawanya dengan makanan warga lain, begitu sebaliknya.

“Di sini kita diajarkan untuk saling berbagi, tidak ada perbedaan di antara kita, semua senang dan bersemangat melanjutkan ibadah puasa sampai hari Kemenangan tiba,“ ungkapnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/26/11015121/tradisi-urup-urup-tandai-malam-ke-21-ramadhan-di-magelang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke