Salin Artikel

Tradisi Sedekah ASN dan Senyum Ratusan Tukang Becak Saat Dibagi "THR"...

Wajah mereka penuh garis keriput, tubuh mereka menonjolkan tulang kekar berbalut otot, ketika senyum menunjukkan gigi yang tidak lagi utuh, sedangkan rambut kepala hingga janggut didominasi uban.

Air muka para pengayuh becak terlihat cerah, pagi ini. “(Karena) dapat undangan ini. Katanya, kami akan menerima uang (sedekah atau shodaqoh),”  kata Sujiyo, 65 tahun, warga Durungan, Kecamatan Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (23/5/2019).

Sujiyo dan para tukang becak lain datang sejak pukul 07.00. Mereka datang dari berbagai penjuru Wates lantas langsung menata becak berbaris rapi di tepi alun-alun Wates.

Sambil menunggu, mereka kemudian mengisi waktu dengan saling bercengkerama, atau berteduh di bawah tudung kabin becak, ada pula yang mnenyibukkan diri membersihkan becak dari debu.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo rutin memberi infaq dan shodaqoh bagi ratusan tukang becak sebagai tradisi pada bulan Ramadhan.

Mereka memberi “Tunjangan Hari Raya” atau uang yang kali ini nilainya Rp 150.000 bagi tiap tukang becak Kulon Progo. Sebanyak 134 tukang becak menerima sedekah ini. 

Semua berawal dari kerja sama Pemkab Kulon Progo dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kulon Progo dalam mengelola zakat, infaq, sedekah yang berasal dari 2,5 persen penghasilan tiap ASN se-Kulon Progo, sumbangan pribadi, maupun dari CSR perusahaan.

Baznas menyalurkan dana itu untuk berbagai kegiatan kemasyarakatan yang menyentuh keluarga miskin, kaum duafa, usaha mikro dan warga ekonomi lemah lain.

Dana infaq terkumpul sendiri sebesar Rp 4,5 miliar di 2018. “Dana sebesar itu bisa disalurkan dan dimanfaatkan untuk banyak hal,” kata Hasto Wardoto, Bupati Kulon Progo, yang membagikan THR bagi para tukang becak.

Menurut dia, salah satu kegiatannya saat ini adalah membagikan zakat pada para tukang becak dan banyak kelompok warga lain.

Sedekah ASN, mendekatkan ASN dengan warga

Kepala Baznas Kulon Progo, Abdul Madjid mengatakan, penyaluran zakat sejatinya dilakukan untuk lima sasaran, seperti kegiatan keagamaan dan tempat ibadah, kesehatan masyarakat, untuk anak didik keluarga miskin, kelompok ekonomi lemah dan pengusaha mikro, serta program peduli bagi warga terkena bencana dan musibah.

Dari tahun ke tahun, nilainya terus tumbuh. Semakin besar dana terkumpul, semakin banyak warga yang bisa dijangkau. Tahun 2018, Baznas bisa mengumpulkan Rp 4,5 miliar. “Tahun ini kami menargetkan akan mengumpulkan Rp 5 miliar,” katanya.

Alhasil tidak hanya menyalurkan ke tukang becak setiap tahun, tetapi juga bantuan bagi kegiatan bedah rumah milik keluarga miskin. Tahun 2018, Baznas Kulon Progo menyalurkan sekitar Rp 750 juta untuk kegiatan bedah 50 rumah keluarga miskin ini.

“Ke depan rencananya kita menyasar pasukan kuning juga akan diberikan. Penjaga malam. Guru PTT, kaum rois, mualaf, dan lainnya,” kata Abdul.

Bupati Hasto mengungkapkan, gerakan peduli seperti ini sebenarnya bukan hanya persoalan bagaimana mengelola zakat dari para ASN.

Pemerintah sejak awal terus menggenjot para ASN untuk lebih peka terhadap kehidupan warga, sebagaimana pengabdian ASN bagi warga.

Pemerintah berharap ASN bisa menjangkau daerah-daerah terjauh di wilayah kerjanya, bisa menyerap harapan warga, mengetahui kebutuhan masyarakat terkini, memberi masukan, dan bisa ikut memecahkan persoalan di antara warga.

“Masih banyak ASN yang senior-senior, bahkan sudah golongan tinggi, sebentar lagi pensiun, tapi mengaku belum pernah sampai ke daeerah mencit (daerah pelosok) sana. (Daerah yang) motor saja tidak masuk. Ada yang hutan, listrik tidak bisa masuk, banyak ASN belum sampai ke sana,” katanya.

Itulah kenapa dengan terus dekat dengan warga maka banyak kebutuhan warga bisa cepat terselesaikan. “Seperti halnya dengan para abang becak saat ini, kalau kita tidak ketemu tidak tahu kebutuhan mereka,” kata Hasto.

THR yang berarti bagi para tukang becak

Sujiyo sendiri mengaku senang dengan pemberian pemerintah hari ini. Ia mengakui di usianya yang sudah renta tentu tidak lagi bisa memperoleh pekerjaan yang lain, selain apa yang sudah ditekuninya selama ini.

Karenanya uang sejumlah Rp 150.00 itu tentu terasa sangat berarti baginya. Jumlah itu lebih dari yang ia peroleh dalam satu hari bekerja mengayuh becak.

Rata-rata, ia harus melayani pengantaran 1-3 kali dengan jarak rata-rata lebih dari 5 km. Penghasilannya tidak tentu, antara Rp 5.000-20.000 setiap hari, sesuai kemurahan hati orang yang naik becak.

Uang pun lebih banyak dipakai untuk kehidupan sehari-hari bersama istri.  Ia juga sudah merencanakan akan memanfaatkan uang pemberian Pemkab ini untuk anak dan cucu bila mereka nanti datang di hari lebaran.

“Kalau dulu, uang bisa untuk kegiatan malam selikuran atau malam ke 21 Ramadhan. Sekarang lebih banyak di rumah saja. Uang nanti dipakai untuk dibagi-bagi anak dan cucu,” katanya.

Hari ini, para tukang becak tidak hanya terima THR saja. Baznas juga bekerja sama dengan PT Bank Pasar memberikan rezeki lebaran.

Bank Pasar menyediakan ratusan paket sembako senilai Rp 100.0000 berisi gula garam, bera, biskuit kaleng, dua bungkus mie instan, dan satu bungkus ukuran besar teh.

Setiap tukang becak memperoleh satu paket bingkisan isi sembako ini. “Kalau yang ini pasti langsung habis. Tidak bisa untuk lebaran. Dipakai saja sendiri,” kata  Slamet Pujowiyono, 70 tahun, kakek-kakek yang mengaku sudah jadi tukang becak sejak 1980-an.

https://regional.kompas.com/read/2019/05/24/05300081/tradisi-sedekah-asn-dan-senyum-ratusan-tukang-becak-saat-dibagi-thr--

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke