Salin Artikel

6 Fakta Pengeroyokan Kasat Reskrim Wonogiri, Korban Kritis hingga Gara-gara Bangunan Tugu

KOMPAS.com - Bentrok dua perguruan silat, PSH Terate dan PSH Winongo Tunas Muda di Wonogiri, Jawa Tengah, Rabu (8/5/2019), menelan korban luka-luka. Salah satunya adalah Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Aditya Mulya Ramadani.

Hingga berita ini ditayangkan, kondisi AKP Aditya Mulya Ramadani masih kritis dan belum sadarkan diri di RSU Dr Oen Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Aditya mengalami gegar otak dan dirawat intensif di ICU RSU Dr Oen setelah menjadi korban pengeroyokan saat mengamankan bentrok dua massa perguruan silat, Rabu malam.

Bentrokan tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk Bupati Wonogiri, Joko Sutopo atau akrab dipanggil Jekek.

Berikut ini fakta lengkapnya:

Saat itu korban sedang berjaga di dekat SPBU Sidoarjo dan mengenakan pakaian preman.

"Tadi malam saya sudah melakukan pengamanan secara persuasif dan saya nguwongke anggota PSHT Terate. Tetapi anggota saya (Kasat Reskrim) dianiaya sampai saat ini kritis dan gegar otak. Untuk itu saya akan melakukan penegakan hukum sesuai undang-undang yang berlaku," ujar Kapolres Wonogiri.

Akibat pengeroyokan itu, Aditya terluka parah dan tak sadarkan diri. Hal itu membuat Kapolda Jateng, Irjen Pol Rucko A Daniel, prihatin.

"Kondisi terakhir masih seperti pada saat masuk, masih belum sadarkan diri. Luka-lukanya di bagian kepala, tangan dan badan. Dokter berusaha untuk melakukan pengobatan yang terbaik. Mudah-mudahan mohon dukungan dengan doa bisa diobati dengan baik," ujarnya usai menjenguk Aditya di RSU Dr Oen, Sukoharjo, Kamis ( 9/5/2019).

Dalam kesempatan itu, Rycko mengatakan, aksi pengeroyokan terhadap Aditya tak bisa dibenarkan secara hukum.

Rycko memerintahkan anggotanya untuk menangkap dan memproses hukum pelaku pengeroyok.

Rycko meminta kepada dua perguruan pencak silat yang terlibat bentrok untuk menahan diri. Pasalnya persoalan yang terjadi hanya masalah yang tidak terlalu besar.

"Bisa diselesaikan secara hukum ataupun kekeluargaan. Serahkan kepada kepolisian, tidak perlu melakukan tindakan-tindakan sendiri yang akhirnya merugikan semuanya," kata Rycko.

Selain itu, Rycko mengimbau para anggota perguruan silat untuk tidak mempercayai informasi yang beredar di media sosial.

Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Jekek mengatakan, bentrokan dua perguruan pencak silat itu dipicu karena adanya pembangunan tugu oleh salah satu organisasi bela diri.

"Persoalan itu dipicu karena ada pembangunan tugu salah satu organisasi bela diri. Kemudian, ada pihak-pihak yang mempersoalkan," katanya.

Terhadap persoalan ini, ia sudah memerintahkan camat memfasilitasi dan mempertemukan kedua pihak.

Selain itu, pembangunan aset publik tentunya harus memenuhi ketentuan yang berlaku seperti perizinan dan aspek lain.

Joko Sutopo mengaku prihatin atas bentrokan antara dua perguruan silat tersebut. Dirinya pun meminta warga Wonogiri untuk mempercayai pihak kepolisian agar segera menyelesaikan masalah tersebut.

"Kepada masyarakat, maaf kami menyampaikan kondisi ini tentu menjadikan masyarakat Wonogiri kurang nyaman, merasa terganggu. Apalagi ini bersamaan dengan ibadah puasa Ramadhan," kata Jekek.

"Peristiwa ini menjadi keprihatinan kami. Untuk itu, saya minta kepada warga untuk memberikan pendampingan kepada putra-putrinya yang bergabung dalam organisasi bela diri. Berikan pemahaman sehingga persoalan ini tidak makin melebar dan diperkeruh," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/5/2019) malam.

Dua ketua umum organisasi pecak silat meminta anggotanya tidak lagi turun ke jalan menyusul bentrokan massa.

Ketua Umum PSHT Terate, Murdjoko Hadiwijoyo dan Ketua Umum Persaudaraan Sehati Winongo Tunas Muda, HR Agus Wiyono menyampaikan hal itu usai mengikuti pertemuan bersama Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Rycko A Daniel dan Kapolres Wonogiri AKBP Uri Nartanti Istiwidayati, di Polresta Solo, Kamis (9/5/2019) sore.

"Kepada anggota khususnya yang ada di wilayah Wonogiri dan daerah lain untuk tidak boleh dan dilarang turun ke jalan terkait peritiwa yang terjadi di Wonogiri," kata Murdjoko.

Senada dengan Murdjoko, HR Agus Wiyono juga mengimbau kepada anggotanya untuk tidak berbuat keributan. Ia berharap ini yang terakhir kali.

"Anggota tidak boleh tidak turun ke jalan dan peristiwa yang telah terjadi penanganannya kami serahkan kepada aparat yang berwajib," ungkap Agus.

Sumber: KOMPAS.com (Muhlis Al Alwi)

https://regional.kompas.com/read/2019/05/10/15353721/6-fakta-pengeroyokan-kasat-reskrim-wonogiri-korban-kritis-hingga-gara-gara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke