Salin Artikel

Viral Anak Kecil Jual Gorengan hingga Tengah Malam, Ini Kisahnya

Adapun pihak pengunggah, Callista Khanza Sport alias Anita Suryani, menuliskan bahwa anak bernama W, bersama adiknya diminta tantenya berjualan gorengan sampai semua dagangannya laku. Apabila belum terjual habis, W disebut tidak boleh pulang oleh tantenya.

"Kalau jualannya belum habis, anak sekecil ini jualan sampai pukul 12 malam. Astaghfirullah bagaimana hati orangtuanya, sedangkan tantenya yang membuat gorengan ini tidak ikut memasarkan dengan alasan malu dan tidak level," tulis Anita.

Selain itu, Anita juga menyampaikan bahwa anak kelas 4 SD itu menjajakan dagangannya di sekitar alun-alun Cilacap, Jalan Katamso, Jalan Tengger, Jalan S Parman, daerah Sangkal Putung, dan sekitarnya.

Sontak, unggahannya pun dibanjiri respons, sebanyak lebih dari 20.000 akun telah merespons unggahannya dan sebanyak 19.336 kali unggahan itu disebarluaskan oleh pengguna Facebook lainnya.

Kompas.com pun mengontak Anita untuk memberikan penjelasan atas kisah yang diunggahnya.

"Kebetulan (W) lewat di depan tempat aku lagi makan, waktu itu sekitar 18.30-an. Enggak tega liat anak sekecil itu jualan. Seumuran W harusnya belajar dan lagi senang-senangnya di dunia anak," ujar Anita saat dihubungi pada Rabu (24/4/2019).

Tidak hanya diam, Anita kemudian mengunjungi rumah W di Kecamatan Cilacap Selatan dan juga sekolah tempat W dan adiknya menuntut ilmu, yaitu sebuah sekolah di Cilacap.

Namun, dirinya tidak bertemu dengan kepala sekolah, tetapi berhasil menggali informasi dari salah satu guru di sekolah itu.

"Ternyata W sudah tidak sekolah sejak kelas 3 SD saat semester 1. W pernah tidak naik kelas dan sering tidak masuk sekolah lama," ujar Anita.

Ia juga menyampaikan bahwa keluarnya W dari sekolah bukan karena pihak sekolah yang mengeluarkannya, namun atas kemauan keluarga W.

"Dari pihak keluarga meminta keluar dengan alasan rumah W lebih dekat dengan sekolah Tambakreja," ujar Anita.

Selanjutnya, Anita kembali mencari informasi mengenai keberadaan rumah W. Ia pun mendapat kabar bahwa W pindah rumah.

Anita pun menanyakan kepada ketua RT setempat dan menurut pihak RT setempat sudah membantu W dan sudah menasehati keluarga W.

Selain itu, menurut penjelasan dari ketua RT, kasus W sudah ditangani Dinas Sosial, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kepolisian, dan psikolog.

"Di sini saya merasa sudah lega, banyak pihak-pihak yang sudah ikut menangani kasus W," ujar Anita.

Lalu, Anita mengunjungi rumah W dan mengobrol dengan nenek W. Anita menanyakan mengapa W dan adiknya menjajakan gorengan malam-malam dan tidak lagi bersekolah.

"Neneknya menjawab, kalau W mau sekolah, tapi dulu sering bolos karena sedang sakit kulit dan terkena cacar air," kata Anita.

Namun, ketika di rumah W, Anita tidak bertemu dengan si tante.

Anita juga menanyakan mengapa yang berjualan gorengan bukan si nenek atau tantenya W saja, karena saat ini keduanya dalam kondisi sehat.

Nenek menjawab bahwa dirinya tidak pernah jualan seperti itu, sementara tante W tidak mau berjualan gorengan karena ada anak balita yang harus dijaga.

Tak puas dengan jawaban nenek Anita menanyakan mengapa gorengan itu tidak dtitipkan di warung saja, namun nenek menjawab, jika dagangannya dititipkan warung, nantinya tidak akan habis.

Kemudian, Anita menitipkan pesan kepada nenek agar menjaga dan merawat W beserta adiknnya dengan baik.

Tanggapan KPAI

Menanggapi kisah ini, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menyampaikan bahwa kasus anak yang diduga diperkerjakan oleh keluarganya untuk berjualan gorengan dapat dikatakan sebagai ekspoitasi anak dalam bidang ekonomi.

"Atas kasus ananda (W) dan adiknya, tentu saja KPAI menyatakan keprihatinan dan akan berkoordinasi dengan dinsos setempat untuk segera mendapatkan penanganan dan layanan untuk pemenuhan hak-haknya sebagai anak," ujar Retno saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (24/4/2019).

"Hak-haknya sebagai anak, seperti hak beristirahat, hak bermain, dan hak tumbuh kembang optimal sesuai perkembangan usianya," kata dia.

Selain itu, Retno juga menyampaikan bahwa tindakan eksploitasi anak saat ini banyak ditemukan, seperti memanfaatkan anak menjadi pengemis, pemulung, pengamen, penjual koran/gorengan/tisu, dan lainnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/04/24/20181611/viral-anak-kecil-jual-gorengan-hingga-tengah-malam-ini-kisahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke