Salin Artikel

Kisah Kolektor Surat Suara Pemilu, Rasakan Kenikmatan Luar Biasa yang Tak Dialami Orang Lain (2)

Tidak seperti kolektor barang antik lainnya yang umumnya berburu benda sejarah yang populer, pria renta ini justru mengoleksi benda yang keberadaannya berlalu dipandang sebelah mata.

Suhendro, sapaan karibnya itu mengumpulkan surat suara pemilu dan pernak-pernik pemilu di Indonesia sejak ia masih duduk di bangku SMP.

Meski secara kasat mata terbilang remeh, surat suara pemilu bagi Suhendro mengantongi nilai historis tersendiri sebagai identitas sebuah negara.

Surat suara pemilu dari masa ke masa merekam jejak terwujudnya tatanan demokrasi di Indonesia yang berlangsung sejak lama.

Apa yang diselami "setiti" oleh Suhendro ini ternyata berbuah manis. Setelah masyarakat mencium hobi unik Suhendro itu, perlahan namanya viral di jagat maya.

Nama Suhendro pun melambung tinggi bak roket.

Suhendro pun tak menyangka hobi nyentriknya itu ujung-ujungnya bakal mengentak masyarakat. Jamak dari warga yang penasaran dengan koleksi surat suara pemilu itu termasuk juga awak media.

"Saya capek Mas, banyak orang terutama wartawan berdatangan bertanya tentang koleksi saya terkait pemilu di Indonesia. Saya juga kaget ternyata bisa heboh seperti ini," terang Suhendro saat ditemui Kompas.com di kediamannya sekaligus tempat ia membuka praktik medis di jalan Tanjung, Desa Kramat, Kota Kudus, Jateng, Selasa (23/4/2019) sore.

Secara perlahan, Suhendro bercerita sekelumit tentang seputar hobinya mengoleksi surat suara pemilu tersebut. Bicaranya pelan dan banyak jeda. Maklum, usianya sudah senja.

Bapak satu anak itu duduk bersandar di bangku kayu, mata tuanya menatap langit-langit di ruang tamu.

Sesekali ia berkedip dan melamun. Hobi yang dilakoninya sejak kecil itu melintas sangat pelan, hingga begitu membekas.

"Sejak kecil saya suka mengoleksi benda-benda unik seperti perangko dan uang. Naluri itu menurun dari ibu saya. Saat SMP saya lebih tertarik berburu surat suara pemilu. Awalnya saya hendak mencari buku di kios buku bekas di pasar daerah Tegal. Namun saya justru terpikat melihat kertas yang digunakan untuk membungkus buku. Bentuknya unik, banyak gambarnya. Saya lantas minta kepada pedagang itu dan dikasih selembar. Senangnya bukan main, ternyata itu surat suara pemilu," ungkap Suhendro.

Di luar perkiraan orang, ternyata mengoleksi surat suara pemilu itu tak segampang yang dibayangkan. Untuk mendapatkannya, membutuhkan kesabaran yang hebat dalam penantiannya. 

Bayangkan saja, sejak SMP hingga sekarang, Suhendro harus menanti pesta demokrasi itu digelar bergiliran.

Mau tak mau, selama puluhan tahun Suhendro bertahan demi beberapa lembar surat suara pemilu.

Bagi orang lain, hobi itu mungkin akan ditinggalkan begitu saja.

Namun tidak bagi Suhendro, baginya muncul kenikmatan luar biasa yang orang lain tak bisa merasakan.

"Sejak tahun 1957, saya hanya punya delapan lembar surat suara pemilu. Susah mendapatkannya, karena usai pemilu dimusnahkan. Biasanya dapat dari pemulung atau teman. Yang menarik itu, saya harus bersabar menunggu pemilu digelar setiap waktunya. Saat memasuki pemilu, saya benar-benar merasakan kesenangan yang luar biasa. Saat itulah penantian panjang saya serasa di ujung mata," terang Suhendro.

(BERSAMBUNG)


https://regional.kompas.com/read/2019/04/24/14242491/kisah-kolektor-surat-suara-pemilu-rasakan-kenikmatan-luar-biasa-yang-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke