Salin Artikel

“Bapak Ingin Jaga Pemilu Ini Jujur dan Adil...”

Ngadiono telah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/4/2019).

Kepada Kompas.com, putra Ngadiono, Satrio Widodo (30), mengungkapkan kegigihan dan tanggung jawab bapaknya dalam melakukan tugas untuk menyukseskan Pemilu 2019.

“Dari subuh jam 04.00 sampai besoknya jam 07.00 pagi. Ke rumah pun hanya untuk buang air, shalat, terus balik lagi (ke TPS). Begitu pun dengan perjuangan teman-teman TPS yang lainnya. Nonstop enggak pulang. Bapak ingin pemilu ini benar-benar jurdil, jujur dan adil,” kata Satrio, Sabtu.

Ngadiono meninggal dunia diduga karena kelelahan setelah bertugas menjadi petugas KPPS.

Satrio melihat sendiri betapa sang ayah berjuang keras untuk menyukseskan Pemilu 2019 berjalan lancar.

Ngadiono sempat jatuh pada Jumat (19/4/2019) pagi. Satrio langsung membawanya ke rumah sakit.

Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan, kondisi Ngadiono sehat dan normal. Satrio percaya karena Ngadiono rajin berolahraga dan tidak memiliki riwayat sakit.

Ngadiono kembali pulang ke rumah, dan menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (20/4/2019) dini hari.

“Saya bawa lari ke rumah sakit. Papa bilang enggak mau di rumah sakit. Pulang. Saya beliin tabung oksigen. Enggak tahunya jam 02.00 WIB pagi tadi, papa minta ke kamar belakang. Mau dibangunin shalat subuh sudah enggak ada,” ujar Satrio.

Satrio mengungkapkan, Ngadiono pernah menjabat Komandan Kodim 0620 Kabupaten Cirebon tahun 2007–2008.

Dia mengajukan pensiun dini dan kemudian berkerja di salah satu perusahaan swasta di Indonesia.

Pekerja keras

Sri Mindarwati, istri Ngadiono, tak henti meneteskan air mata. Dia kehilangan pria yang paling dicintainya.

"Pengennya (Ngadiono) aman. Masyarakat itu rukun. Jangan ada adu domba,” kata Sri.

Sementara itu, dua Satrio Priambodo (22), putra kedua Ngadiono dan Sri Mindarwati, langsung pulang ke Cirebon bersama adiknya Yudha Yudhyanto (21).

Mereka berdua sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Semarang.

“Saya dapat kabar sekitar jam 04.30 WIB pagi tadi. Saya langsung pulang dan tiba di rumah sekitar 07.00 WIB,” kata Satria.

Dia mengingat Ngadiono adalah orang yang tak ingin memberatkan keluarga, meski tengah ada masalah.

Ketua KPPS pada TPS 13 Desa Kecomberan, Basar, mengatakan, Ngadiono terlibat aktif dalam menyukseskan Pemilu 2019.

Dia bertugas sejak awal mulai pembagian Formulir C6 kepada 283 DPT sekitar, persiapan, penghitungan hingga penyerahan berkas.

“Semangatnya luar biasa dan pekerja keras. Nonstop. Malam hari dia ngambil 15 meja, 15 kursi pakai mobil pinjam ke SMP, dan mengembalikannya subuh. Karena dia tidak ingin mengganggu aktivitas belajar para siswa,” kata Basar.

Dia menyebutkan, tidak ada waktu istirahat bagi petugas KPPS. Semua petugas KPPS berkerja nonstop untuk mengejar seluruh tugas yang bertahap dan bertumpuk.

Basar menduga, Ngadiono meninggal karena kelelahan, karena tidak tidur sama sekali.

Menurut Basar, tugas menjadi KPPS pemilu tahun ini lebih berat dibanding sebelumnya karena penyelenggaraan pemilu legislatif dan pemilihan presiden yang berlangsung serentak.

Otomatis tugas yang berlapis itu membutuhkan tenaga ekstra. Hal itu yang membuat hampir seluruh petugas KPPS kelelahan.

Pantauan Kompas.com, sejumlah karangan bunga memenuhi sekitar kediaman Ngadiono. Beberapa di antaranya berasal dari Pangdam III Siliwangi, Korem 063 Sunan Gunung Jati, Kodim 0620 Kabupaten Cirebon, serta sejumlah perusahaan swasta tempat dia berkerja.

https://regional.kompas.com/read/2019/04/21/06470711/bapak-ingin-jaga-pemilu-ini-jujur-dan-adil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke