Salin Artikel

Siswa Korban Banjir Bandang di Mamuju Sekolah Tanpa Alas Kaki dan Seragam, Sekolah Darurat Terbuat dari Terpal

Saat hujan turun, aktivitas belajar kerap dibubarkan dan para siswa dipulangkan gurunya lebih awal karena kondisi sekolah darurat tersebut tak bisa digunakan belajar saat hujan.

Kondisi sekolah darurat yang di bangun warga secara swadaya ini berdiri di lingkungan pengungsian. Kondisinya sangat memperihatinkan. Guru dan siswa di sekolah darurat ini belajar dalam kondisi seadanya.

Pendirian tenda dilakukan demi mengejar ketertinggalan mata pelajar sejak ditimpa bencana banjir bandang awal Maret lalu.

Di sekolah darurat ini puluhan siswa mulai dari kelas satu sampai kelas enam belajar berdesa-desakan di bawah satu tenda yang didirikan warga secara swadaya.

Dua guru berstatus honorer setiap hari berusaha membimbing para siswa yang ikut mengungsi bersama orangtuanya.

“Tempatnya panas, banyak yang mengganggu jadi tidak bisa serius belajar,” ujar salah satu siswa, Fian.

Para siswa mengaku belum bisa berkonsentrasi belajar di sekolah darurat ini untuk mengejar ketertinggalan mata pelajaran.

Tidak adanya dinding ruangan yang jadi pembatas kelas membuat konsentrasi belajar para siswa kerap terpecah dengan aktivitas warga yang lalu lalang di sekitar sekolah darurat.

Meski sudah lama belajar dalam kondisi seperti itu, hingga kini belum mendapat perhatian dari Dinas Pendidikan dan Olahraga atau pemerintah setempat.

Warga menilai seharusnya pemerintah turun tangan mencari solusi yang dihadapi warga pengungsi. Minimal, mencarikan tempat belajar yang lebih laik, agar anak sekolah yang ikut terdampak bencana ini mendapat pendidikan yang laik. 

Seorang guru honorer, Suhardi mengatakan, sekolah darurat yang menampung enam kelas ini kondisnya sangat memprihatinkan. 

“Kalau hujan biasa aktivitas belajar bubar atau dipulangkan karena tidak bisa belajar di bawah tenda saat hujan,” jelas Suhardi.

Suhardi menyebutkan, selain kekurangan terpal untuk menutupi dinding ruang kelas, saat ini para siswa juga kekurangan buku pelajaran. Buku pelajaran digunakan secara bergantian.

Siswa juga kekurangan seragam sekolah karena hanyut terbawa banjir.

Para siswa datang ke sekolah darurat ini hanya memakai baju biasa. Sebagian siswa memakai sepatu, tapi ada juga yang menggunakan sendal. Beberapa siswa bahkan datang ke sekolah tanpa alas kaki.

Para guru berharap agar ada bantuan seragam sekolah, buku tulis, serta buku bacaan dan, serta temat belajar yang lebih laik.

https://regional.kompas.com/read/2019/04/01/13182721/siswa-korban-banjir-bandang-di-mamuju-sekolah-tanpa-alas-kaki-dan-seragam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke