Salin Artikel

Kisah Bocah Taufik Penyelamat Turis Korban Longsor di Lombok, Ditawari Operasi oleh Malaysia (2)

Hatinya yang luas terbukti pula dengan keberaniannya turut dalam evakuasi 22 turis Malaysia yang menjadi korban longsor di air terjun itu pada Minggu (17/3/2019).

Taufik sama sekali tak bisa mendengar. Begitu pula berbicara. Dia terlahir tanpa daun telinga.

Pada Sabtu (23/3/2019) sore, Taufik baru saja menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB. Mereka menaiki mobil ambulans untuk diantar pulang ke rumahnya di Desa Senaru.

UPDATE: Mari kita bantu Taufik dan keluarganya agar bisa bangkit dan hidup layak. Kompas.com menggalang dana untuk Taufik melalui Kitabisa.com. Klik di sini untuk donasi. 

Setelah Taufik menjadi buah bibir karena turut menyelamatkan para wisatawan Malaysia itu, dia direkomendasikan untuk menjalani operasi telinga agar dia bisa mendengar dan berbicara.

Dia harus menjalani pemeriksaan awal, sebelum pemeriksaan lanjutan lainnya agar proses operasi berjalan baik sebelum tim medis memutuskan apakah dia akan dioperasi di Indonesia atau di Malaysia.

Opsi yang terakhir merupakan bantuan dari pihak Malaysia yang merasa berutang budi. Taufik ingin dibawa Tim Global Paace Mssion Malaysia dan Kedutaan Besar Malaysia untuk menjalani pengobatan di Malaysia agar bisa berbicara dan mendengar.

Namun, Rumeni (11), sepupu Taufik, sempat mengungkapkan keraguan sang nenek, Siranim, akan operasi telinga yang akan dijalani cucunya itu.

"Mau dia (Taufik) dioperasi, tapi nenek saya takut. Nanti Taufik meninggal, tak ada yang cari uangnya," kata Rumeni.

Bagi keluarga dan teman-temannya, Taufik dikenal murah hati. Dia gemar berbagi apa saja yang disukainya kepada orang lain.

Seperti ketika pulang dari menjalani pemeriksaan di rumah sakit pada Sabtu sore itu, dia membawa 5 buah durian.

Dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh Renawadi, sepupu Taufik lainnya yang mendampingi dia menjalani pemeriksaan, Taufik mengaku tak sabar sampai di rumah dan bertemu nenek serta saudara dan teman-temannya.

"Tadi dia beli (durian) sebelum tiba di Bayan. Dia suka berbagi anak ini. Semua orang mau dia kasih apa yang dia suka dan makan, perhatian orangnya," ungkap Renawadi.

Begitu turun dari ambulans, dia langsung menjumpai neneknya, Siranim. Dia lalu membuka durian kesukaannya bersama teman-teman sebayanya yang sudah berkumpul.

Tak banyak durian disantap Taufik. Dia malah memanggil siapa saja yang melintas untuk mencicipi durian yang dibawanya. Dengan bahasa isyarat, Taufik mengungkapkan rasa bahagianya.

Kebiasaan yang selalu disukai warga dan kawan-kawan sebaya Taufik adalah kesukaan bocah ini berbagi apa saja yang dimilikinya kepada orang lain meskipun dengan bahasa isyarat. Namun, semua orang di kampungnya memahami dan mengerti apa yang disampaikan Taufik meski tanpa kata-kata.

"Kita harus membahasakan dengan bahasa isyarat, apa pun itu. Taufik sama sekali tidak bisa mendengar. Dia lahir tanpa daun telinga, itu yang menyebabkan dia tak mendengar apa pun, dan jadi tidak bisa bicara," ungkap Renawadi.

Taufik dan saudara serta teman-temannya tenggelam dalam kegembiraan bersama 5 buah durian. Renawadi benar, tak ada yang membahagiakan Taufik selain berbagi seperti ini....

UPDATE: Mari kita bantu Taufik dan keluarganya agar bisa bangkit dan hidup layak. Kompas.com menggalang dana untuk Taufik melalui Kitabisa.com. Klik di sini untuk donasi.  

https://regional.kompas.com/read/2019/03/26/09002151/kisah-bocah-taufik-penyelamat-turis-korban-longsor-di-lombok-ditawari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke