Salin Artikel

Sekolah di Pedalaman Flores Ini Bahkan Tak Mampu Beli Kapur Tulis

MAUMERE, KOMPAS.com-Kondisi SMPN 3 Waigete yang terletak di Desa Watu Diran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT masih jauh dari ideal.

Kondisi gedungnya sangat memprihatinkan.

Sejak berdiri pada 2017, sekolah itu belum sedikit pun mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sikka.

Bangunan sekolah masih bangunan darurat yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat.

Bangunan sekolah itu beratapkan alang-alang, berdinding bambu, dan berlantai tanah.

Selain bangunan, fasilitas sekolah seperti meja, kursi, dan papan tulis juga serba darurat.

Papan tulis dibuat dari tripleks bekas, meja dari belahan bambu dan kursi dari papan bekas.

Di dalam ruang kelas tidak ada lemari buku pelajaran seperti layaknya sekolah negeri yang lain, yang ada hanya kursi, meja, dan papan tulis.

Kepala SMPN 3 Waigete Hendrikus Seda menjelaskan, sejak berdiri tahun 2017 lalu, sekolah itu sama sekali belum tersentuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sikka.

Ia mengatakan, dua bangunan darurat yang ada adalah hasil kerja swadaya masyarakat setempat.

"Lihat saja, atapnya masing alang-alang, dindingnya masih belahan bambu, dan berlantai tanah. Kalau hujan, air masuk melalui atap dinding. Terpaksa kalau hujan, pelajaran dihentikan dan kami lari di rumah warga yang terdekat," kata Hendrikus kepada Kompas.com di halaman SMPN 3 Waigete, Sabtu (23/3/2019).

Ia mengungkapkan, tidak hanya bangunan, fasilitas di dalam ruang kelas juga diadakan secara swadaya oleh masyarakat setempat. Semuanya serba dari masyarakat. 

"Semua serba kurang dan terbatas di sini," ungkap Hendrikus.

Ia menuturkan, hingga kini SMPN 3 Waigete belum mendapat dana bantuan operasional sekolah (BOS) seperti sekolah lainnya. Hal itu karena SMPN 3 Waigete belum memililki nomor pokok sekolah nasional (NPSN).

Sejak awal berdiri, pihak sekolah sudah mengajukan NPSN ke Dinas Pendididikan dan Olahraga Kabupaten Sikka. Namun, sampai sekarang belum juga ada hasilnya.  

"Kami di sini, untuk beli kapur tulis saja orang tua murid yang tanggung. Kami juga biasa minta kapur tulis di sekolah terdekat. Kalau tidak, ya, di dalam kelas tidak tahu mau buat apa. Apalagi mau beli buku pelajaran. Sama sekali tidak ada uang. Harapannya, tahun ini NPSN bisa keluar," katanya.

Hendrikus menuturkan, di tengah keterbatasan itu, semangat para guru untuk mendidik anak-anak tidak pernah surut. Begitu pula anak-anak. Mereka tidak pernah malas bersekolah meski harus belajar di bangunan yang seperti gubuk.

Ia menambahkan, jumlah guru di SMPN 3 Waigete ada 10 orang. Sembilan orang guru komite dan 1 PNS. Sementara jumlah siswanya ada 76 orang. Kelas 7 ada 36 siswa dan kelas 8 ada 40 siswa.

Ia juga menceritakan, pada tanggal 16-19 Maret 2019 lalu, angin kencang melanda daerah itu dan mengakibatkan atap dan dinding bangunan sekolah itu ambruk.

Meski dua ruang kelas ambruk, para guru SMPN 3 Waigete tidak membiarkan siswa-siswi telantar tanpa aktivitas pembelajaran di sekolah.

Siswa-siswi tidak boleh dirugikan untuk mendapatkan pembelajaran. Sehingga, untuk mengatasi kekurangan ruangan belajar, pihak sekolah menggabungkan kelas 1 di dalam satu ruangan, begitu pula dengan kelas 2.

Dalam kondisi itu, siswa-siswi terpaksa belajar di ruangan yang sempit.

Dengan kondisi itu, para guru mengalami kendala saat proses pembelajaran berlangsung.

"Di dalam kelas kadang siswa-siswi ribut. Guru sulit mengatur mereka karena jumlahnya terlalu banyak. Tetapi, apa boleh buat, begini sudah kondisinya. Proses pendidikan harus tetap berjalan," kata Hendrikus.

"Kami sangat berharap, dengan kehadiran media massa di sekolah ini bisa membantu agar kondisi di sini bisa disampaikan kepada pemerintah yang di atas. Kami semua minta dengan teman-teman wartawan untuk bantu. Mungkin dengan melihat berita, pemerintah bisa buka mata melihat sekolah ini," tutur Hendrikus.

Menanggapi hal itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sikka Yoseph Benyamin mengatakan, di tahun 2020 pemerintah akan membangun 3 ruangan kelas untuk SMPN 3 Waigete.

"Sekolah itu salah satunya jadi prioritas kami," katanya saat ditemui Kompas.com di ruang kerja, Senin (25/3/2019).

Menurut dia, untuk NPSN, tahun depan ditargetkan agar bisa selesai diproses. Saat ini masih ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Ia menambahkan, segala kekurangan yang ada pasti bisa diselesaikan tahun depan.

"Semuanya ada tahap-tahap dan proses yang harus diikuti," jelasnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/25/22025931/sekolah-di-pedalaman-flores-ini-bahkan-tak-mampu-beli-kapur-tulis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke