Salin Artikel

Merayakan Hari Jadi Ke-484 Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Umat Beragama

Sesuai jadwal, Ta'sis Masjid Al-Aqsha Menara Kudus akan dilaksanakan selama dua hari, dalam hitungan Hijriyah, 17 Rajab hingga 19 Rajab 1440 Hijiriyah.

Pembukaan ditandai dengan lantunan doa dan pemukulan beduk oleh Ketua YM3SK M Nadjib Hassan dengan disaksikan oleh sejumlah elemen di Kudus.

Guyuran hujan tak menghambat kegiatan yang berlangsung di kawasan Masjid Menara Kudus tersebut.

Terlihat 19 orang panitia, termasuk Nadjib, berlindung dari hujan menggunakan payung hitam saat mengikuti kegiatan.

Mereka yang mayoritas mengenakan baju koko dan sarung itu tampak khusyuk mengikuti acara meski di bawah guyuran hujan di depan Menara Kudus.

Pantauan Kompas.com di lokasi, taman Menara Kudus ditutupi dengan tumpukan batu bata yang disusun sedemikian rupa menjadi panggung. Di panggung inilah, serangkaian acara ditampilkan.

"Alhamdulilah hujan. Harus disyukuri karena doa dikabulkan sesuai dengan tema yakni banyu panguripan atau air kehidupan," kata Nadjib usai pembukaan Ta'sis Masjid Al-Aqsha Menara Kudus, di depan panggung acara, di depan Menara Kudus, Minggu (24/3/2019).

Banyu panguripan atau air kehidupan dipilih sebagai tema pada tahun ini. Banyu atau air ini merupakan sebuah instrumen untuk menghidupkan segala sesuatu yang mati.

Air juga dipergunakan untuk menyegarkan sesuatu yang kering atau membasahi jiwa yang kering imannya. Banyu panguripan adalah simbol penghubung antara manusia dan Tuhan.

"Simbol banyu panguripan ada di atas artefak mihrab Masjid Menara Kudus," ujar Nadjib.

Dalam peringatan Ta'sis Masjid Menara Kudus, panitia berupaya menyulap kawasan Menara Kudus selayaknya Kudus pada tempo dulu. 

"Masyarakat datanglah ke Masjid Menara Kudus supaya tak lupa sejarah penting di Kudus. Kami sajikan kesenian kuno, makanan kuno dan suasana kuno," tutur Nadjib.

Sejatinya, Ta'sis Masjid Al-Aqsha Menara Kudus telah beberapa kali digelar. Langkah ini setidaknya untuk mengedukasi masyarakat tentang sepak terjang Sunan Kudus, terutama kiprahnya dengan bangunan historis, Menara Kudus.

"Masjid Menara Kudus adalah bukti toleransi agama yang terjalin sejak lama. Sunan Kudus ini adalah seorang wali yang penuh kesejukan. Kudus menjadi daerah yang damai dan penuh dengan tepa selira," kata Nadjib.

Nadjib menjelaskan, 19 Rajab mewakili terbentuknya negeri Kudus. Hal ini merujuk dari prasasti yang ada di atas mihrab atau tempat imam masjid Al Aqsha.

Di prasasti disebutkan bahwa Sunan Kudus telah membangun masjid Al Aqsha dan negeri Kudus pada tanggal 19 Rajab 956 Hijriah. 

"Kami sudah bekerja sama dengan para ahli dan arkeolog untuk membaca bukti prasasti di atas mihrab atau tempat imam di masjid. Jadi Menara Kudus dan negeri Kudus tidak bisa dipisahkan," kata Nadjib. 

"Jangan bicara Kudus dalam perspektif administratif. Ada sejarah dan faktanya. Ingin ke Kudus, ya Menara Kudus. Yang namanya antropologis budaya, Kudus ya Menara Kudus. Negeri Kudus ini ya kawasan Menara Kudus. Belum ada kabupaten kan saat itu. Insya Allah nanti begini," sambungnya.

Lantas apakah dengan momen ini, YM3SK berencana mengubah hari jadi Kudus, yang semula di Perda Nomor 11 Tahun 1990 adalah 23 September 1549, dan akan diganti jadi 19 Rajab 956 H?

"Sudah ada pembicaraan dengan Pemkab Kudus, sehingga mungkin ke depan ada solusi terbaik. Jangan sampai ada dua versi," terangnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/25/10554031/merayakan-hari-jadi-ke-484-masjid-menara-kudus-simbol-toleransi-umat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke