Salin Artikel

Alat Digondol Maling, Stasiun Pemantau Papandayan yang Aktif Tinggal 1

GARUT, KOMPAS.com - Pemantauan Gunung Api Papandayan di Garut, saat ini dirasa kurang maksimal.

Sebab, dari 4 stasiun pemantau yang ada di Gunung Papandayan, sejak Desember 2018 lalu, hanya tersisa satu stasiun yang bisa memberikan laporan aktivitas gunung berapi tersebut.

Momon, petugas Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi yang bertugas di Pos Pengamatan Gunung Papandayan di Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan menyampaikan, pelaporan kondisi gunung berapi aktif seperti Gunung Papandayan idealnya didapat dari 4 stasiun.

Namun, saat ini, pos pengamatan hanya bisa melaporkan kondisi Gunung Papandayan hanya dari satu stasiun saja.

Karena, tiga stasiun lainnya peralatannya digondol maling secara bertahap hingga akhirnya tidak bisa berfungsi.

"Satu stasiun peralatannya ada seismometer untuk mengukur gempa, antena dan pemancar untuk mengirim data, CCTV, aki (baterai) dan solar cell," jelas Momon saat ditemui Rabu (20/3/2019) di pos pengamatan Gunung Papandayan.

Saat ini, pengamatan Gunung Papandayan dilakukan dari stasiun yang ada di Bukit Maung, sementara tiga stasiun lainnya di Tegal Panjang, Bukit Walirang dan Bukit Nangklak, tidak bisa lagi memberi laporan ke pos pengamatan.

"Stasiun di Tegal Panjang semuanya hilang, di Walirang hanya aki dan solar panelnya, kalau di Nangklak tidak hilang, hanya sering dibongkar pasang orang," katanya.

Kebanyakan, yang jadi incaran tangan-tangan jahil di stasiun pemantau gunung Papandayan adalah solar cell dan aki. Karena, kedua alat ini bisa digunakan untuk penerangan lampu LED yang saat ini banyak digunakan masyarakat.

"Di satu stasiun itu, solar cell ada 11 unit, aki ada 11, satu buat power seismograf sisanya buat CCTV dan pemancar," katanya.

Momon menceritakan, idealnya untuk mengetahui kondisi gunung berapi aktif seperti Papandayan baiknya dari 4 stasiun pemantau. Ada 3 data penting yang bisa didapat dari stasiun yaitu data kegempaan (seismik), data visual dari CCTV, dan data temperatur kawah.

Data dari setiap stasiun akan dibandingkan satu sama lain untuk bisa mengetahui kondisi gunung seperti pusat kegempaan dan lainnya.

Karena tiga stasiun tak berfungsi, saat ini Momon pun mengandalkan data visual gunung dari pos pengamatan. Sementara, suhu kawah diukur secara manual dengan mendatangi kawah sebulan sekali di empat titik.

"Biasanya bisa ambil data visual dari CCTV, sekarang yang ada kami cabut karena khawatir hilang dan tidak ada powernya (baterai)," jelasnya.

"Bagusnya memang dari tiga stasiun," tambahnya.

Menurut Momon, dirinya telah berusaha mengajukan penambahan alat baru untuk kembali melengkapi empat stasiun tersebut.

Namun, dirinya juga tengah mencari cara agar ke depannya alat bisa aman dari tangan-tangan jahil.

"Kami sudah mengajukan (alat baru), tapi kami juga lagi memikirkan bagaimana nanti alatnya bisa aman," katanya.

Danrem 062 Tarumanagara Kol Inf Parwito melalui Kepala Pusat Penerangan Korem (Kapenrem) Mayor Aat yang meninjau langsung pos pengamatan Gunung Papandayan mengaku sangat prihatin dengan adanya aksi pencurian perairan pemantauan gunung berapi.

Parwito menegaskan, alat pemantau gunung berapi merupakan alat peringatan dini yang bisa menghindari terjadinya korban jiwa saat gunung berapi erupsi.

Karenanya, alat ini sangat penting untuk keamanan dan keselamatan masyarakat banyak.

"Jadi masyarakat juga harus paham pentingnya alat ini, agar bisa ikut bertanggung jawab menjaga alat ini," katanya.

TNI sendiri menurut Parwito saat ini selain fokus melakukan pengamanan pelaksanaan Pileg dan Pilpres, juga aktif mewaspadai ancaman bencana alam.

Karenanya, semua jajaran Korem telah diinstruksikan siaga bencana selain fokus pileg dan pilpres. 

https://regional.kompas.com/read/2019/03/20/17092381/alat-digondol-maling-stasiun-pemantau-papandayan-yang-aktif-tinggal-1

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke