Salin Artikel

5 Fakta Bencana Alam di Jayapura, Korban Jiwa 104 Orang hingga 9.691 Orang Mengungsi

KOMPAS.com - Jumlah korban meninggal sementara akibat bencana banjir bandang di Sentani, Jayapura, mencapai 104 orang.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui rilis resminya.

Sutopo menambahkan, 40 jasad yang belum teridentifikasi dimakamkan secara massal pada hari Kamis (21/3/2019) esok.

Sementara itu, memasuki hari ketiga pasca-bencana banjir bandang, jumlah pengungsi mencapai 9.691 orang. Para pengungsi tersebar di 25 titik pengungsian.

Baca fakta berikutnya secara lengkap:

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban bencana banjir di Jayapura hingga Rabu (20/3/2019) tercatat 104 korban jiwa.

"Tercatat 104 orang meninggal dunia, dimana 97 orang korban di Kabupaten Jayapura, dan 7 orang korban di Kota Jayapura," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis, Rabu.

Dari jumlah korban yang meninggal, Sutopo menuturkan belum semuanya berhasil diidentifikasi.

Sementara, terdapat 160 orang mengalami luka, dengan rincian 85 orang mengalami luka berat dan 75 orang lainnya mengalami luka ringan. Untuk jumlah pengungsi juga bertambah menjadi 9.691 orang, dikarenakan rasa trauma.

Terkait kerusakan bangunan, terdapat 375 rumah rusak berat, 5 unit ibadah rusak berat, 8 sekolah rusak berat, 104 unit ruko rusak berat, 4 jembatan rusak berat, dan 4 ruas jalan rusak berat.

Hingga saat ini, pendataan dampak bencana dan proses evakuasi masih terus dilakukan oleh tim gabungan.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, korban tewas akibat banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua, rata-rata ditemukan tertimpa kayu dan tertimbun lumpur.

Untuk itu, kepolisian menerjunkan tim K-9 atau anjing pelacak untuk mengendus korban bencana yang sulit ditemukan karena posisinya tertimpa kayu atau di dalam lumpur.

“Jadi tim ke-9 kita tempatkan di titik-titik yang diperkirkan masih terdapat korban yang belum ditemukan, karena banyak material kayu dan lumpur sehingga diharapkan dengan bantuan K-9 tersebut dapat mempercepat proses pencarian terhadap korban yang belum ditemukan,” kata Kamal, Selasa (19/3/2019) malam.

Kamal mengatakan, anjing pelacak yang diterjunkan berjumlah 15 ekor. Mereka terdiri dari 6 ekor dari Jakarta dan sisanya dari Polda Papua. Pada hari ini, anjing pelacak berhasil menemukan 15 jenazah korban bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura.

Menurut Humas Posko Induk Banjir Bandang Pemda Kabupaten Jayapura, Dodi Sambodo, sejauh ini para korban selamat telah ditangani secara baik.

Akan tetapi, menurutnya para korban masih membutuhkan bantuan berupa tenda, selimut dan air bersih atau air minum serta kebutuhan anak balita. Hal itu dibutuhkan lantaran hujan masih mengguyur Kabupaten Jayapura.

“Kebutuhan para korban tentunya seperti biasa, yakni sandang dan pangan. Namun hal itu sampai saat ini masih terpenuhi dengan baik. Kebutuhan yang sangat urgen saat ini yakni selimut, tenda dan air bersih. Selimut dan tenda ini sangat dibutuhkan karena hujan yang turun. Kalau air minum, pendistribusiannya yang sulit karena jalan terputus, tergenang air, tergenang lumpur dan longsor,” ungkapnya ketika dikonfirmasi kompas.com, Senin (18/3/2019) malam.

Pada Selasa pagi (19/3/2019), warga BTN Sosial, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, menemukan empat ekor ikan yang mirip hiu yang terbawa arus air yang turun dari kawasan cagar alam Cyclop.

Atas temuan tersebut, WWF Indonesia menyatakan tertarik untuk menelitinya meski ada dugaan bahwa ikan-ikan tersebut merupakan hewan peliharaan warga yang terbawa arus.

Northern New Guinea Leader, WWF Indonesia, Peter Roki Aloisius, di Jayapura, mengatakan, banyak penyebaran ikan hiu jenis air tawar di Papua dan Papua Nugini.

Salah satunya, terdapat hiu gergaji di Danau Sentani. Ikan yang mirip hiu ditemukan warga di BTN Sosial Sentani pasca-banjir itu, tuturnya, bisa juga merupakan ikan danau yang punah akibat masuknya predator ke habitat tersebut.

"Hal menarik lainnya dengan adanya temuan ikan mirip hiu, menjadi menarik untuk dilakukan penelitian," katanya.

Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa BMKG V Jayapura Suroto, Senin (18/3/2019).

Ia menjelaskan dari hasil pemantauan satelit mereka, curah hujan memang masih turun di wilayah Kabupaten Jayapura dan sekitarnya.

“Memang benar banyak isu hoaks yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tadi saja ada yang mengatakan akan terjadi banjir susulan dan juga tsunami. Saya harapkan masyarakat harus bijak dalam menerima pesan yang diteruskan ke telepon selulernya,” katanya.

Sumber: KOMPAS.com (John Roy Purba, Dhias Suwandi, Devina Halim)

https://regional.kompas.com/read/2019/03/20/14525841/5-fakta-bencana-alam-di-jayapura-korban-jiwa-104-orang-hingga-9691-orang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke