Salin Artikel

Inilah Ponpes Miftahu Falahil Mubtadiin dan Meteor yang Dianggap Doktrin Kiamat

Santri laki-laki langsung menuju masjid, sedangkan santri perempuan ditempatkan di salah satu aula terbuka di sisi timur masjid.

Tidak lama kemudian, masjid itu penuh. Begitu juga dengan aula terbuka untuk jamaah perempuan.

Perlahan, lantunan shalawat mengalun. Mereka sedang menunggu Muhammad Romli atau Gus Romli pengasuh di pondok untuk datang menjadi imam shalat.

Gus Romli datang, melintas di antara jamaah menempati posisi paling depan, menjadi imam shalat.

Shalat dzuhur empat rakaat selesai. Santri berganti melantunkan dzikir dan shalawat. Sembari bersila, kepala dan badan mereka bergoyang sebagai tanda mereka menjiwai dan khusu' dengan yang dibacanya. Ketika itu, suasana di pondok itu penuh dengan bacaan dzikir meski tanpa pengeras suara.

Setelah itu santri bubar. Gus Romli masuk ke rumahnya yang ada di sisi selatan masjid.

Pondok pesantren yang ada di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang itu akhir-akhir ini menjadi perbincangan. Pondok yang hanya mengajarkan ilmu agama itu dituduh menyebarkan doktrin kiamat sudah dekat untuk mendatangkan santri.

"Semua fitnah, hoaks semuanya. Garis besarnya banyak hoaks," katanya Gus Romli, Sabtu (16/3/2019) menanggapi tuduhan doktrin itu.

"Katanya saya merubah rukun Islam. Itu kentara hoaksnya. Saya ini alumni Lirboyo (Ponpes Lirboyo Kediri). Ayah saya juga orang pesantren," katanya.

Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin berdiri di atas lahan seluas sekitar satu hektar. Berdiri pada tahun 1978, pondok itu didirikan oleh KH Sholeh Saifuddin, ayah Gus Romli. Pondok itu tercatat memiliki sekitar 573 orang santri.

Tuduhan doktrin di pondok itu muncul ketika memasuki program triwulan atau tiga bulanan. Program itu sudah berlangsung selama tiga tahun dan terbuka untuk umum bagi yang mau belajar agama selama tiga bulan. Yakni pada Bulan Rojab, Sya'ban dan Ramadhan dalam penanggalan hijriah.

Program itu yang membuat warga datang dan bermukim untuk tiga bulan di pondok itu. Terhitung, ada 396 orang dari berbagai daerah yang datang bermukim untuk mengikuti program tiga bulanan itu.

Termasuk 56 orang dari Kabupaten Ponorogo. Setiap santri yang mengikuti program itu diharuskan membawa bekal masing-masing.

"Triwulan ini sudah berjalan tiga tahun. Program mondok ngaji tiga bulan. Kalau orang mau ngaji ke sini, masak saya suruh pulang," jelasnya.

Tidak ada doktrin kiamat sudah dekat yang disampaikan kepada santri-santrinya. Gus Romli mengaku hanya menyampaikan tanda-tanda datangnya hari kiamat sesuai dengan Hadist dan Alquran.

"Jadi kalau ada yang mengatakan saya memberi fatwa kiamat. Hoaks itu," tegasnya.

Gus Romli menjelaskan, tanda - tanda datangnya hari kiamat ada 10. Tanda paling awal yang akan terjadi adalah jatuhnya meteor saat Ramadhan dengan diikuti tiga tahun kemarau sebelum munculnya Dajjal.

Hal itu yang mendasari program tiga bulanan menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Gus Romli mengatakan, program itu sebagai langkah antisipasi jika ada tanda-tanda datangnya hari kiamat.

"Jadi kita sedia payung sebelum hujan. Kalau tidak ada meteor, pulang lagi, kerja lagi mereka," katanya.

Sementara itu, selama tiga bulan, para santri hanya fokus belajar dan beribadah. Setiap waktu shalat harus berjamaah dan memperbanyak dzikir.

"Selama tiga bulan fokus ibadah. Setelah Ramadhan pulang kerja lagi, kalau ingin pulang," katanya.

Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin muncul ke permukaan setelah dikabarkan mendoktrin warga dengan kiamat sudah dekat sehingga mau datang dan bermukim di pondok tersebut.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/16/21052281/inilah-ponpes-miftahu-falahil-mubtadiin-dan-meteor-yang-dianggap-doktrin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke