Salin Artikel

Banjir, Siswa SLTP di Ogan Ilir Gunakan Jembatan Darurat untuk Capai Sekolah

INDRALAYA, KOMPAS.com- Sebanyak kurang lebih 130 siswa di SMP Negeri 3 Pemulutan Ogan Ilir, Sumatera Selatan, harus menggunakan jembatan darurat terbuat dari dua batang bambu yang disambung-sambung sepanjang kurang lebih 80 meter, untuk mencapai sekolah mereka.

Lokasi sekolah di Desa Simpang Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan atau kurang dari 3 kilometer dari Kota Palembang.

Banjir yang merendam sekolah mereka sejak dua bulan terakhir membuat akses jalan masuk ke sekolah terendam banjir hingga 1 meter dan ini membuat mereka kesulitan mencapai sekolah jika tidak melalui jembatan darurat tersebut.

Pantauan saat jam pulang sekolah, Selasa (12/3/2019), terlihat rombongan siswa putra dan putri berpakaian seragam putih biru berjalan menyeberangi banjir melalui jembatan darurat dari bambu tersebut.

Mereka berjalan beriringan sambil berpegang pada kayu yang dipasang di sisi jembatan bambu agar tidak terjatuh ke air banjir.

Beberapa siswa yang nekat berjalan di tengah banjir terlihat terendam hingga bagian pinggang dan membuat pakaian bagian bawah mereka basah.

Selain jalan masuk sekolah, banjir juga merendam halaman sekolah. Banjir yang merendam halaman sekolah mencapai kedalaman 60 sentimeter hingga 1 meter.

Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Pemulutan Ginting mengatakan, banjir sudah merendam sekolah mereka sejak 2 bulan terakhir. Banjir berasal dari luapan air rawa yang ada di sekitar sekolah.

Meksi banjir, jelas Ginting, siswa tetap bersekolah seperti biasa. Tidak ada kelas yang diliburkan atau ada perubahan jadwal belajar.

“Supaya siswa tetap bisa bersekolah, dan kegiatan belajar mengajar tidak terganggu, sekolah berinisiatif membuat jembatan darurat dari bambu dengan pengerjaannya dibantu warga sekitar,” katanya

Feri, siswa kelas 1, mengaku sedikit kesulitan jika setiap hari harus melintasi banjir untuk sampai ke sekolah. Sebab banjir membuat ia harus selalu membuka sepatu.

“Melewati jembatan bambu juga agak sulit Pak, sebab jembatannya suka bergoyang sehingga saya takut jatuh ke air,” katanya

Feri juga kerap merasa gatal pada kakinya karena setiap hari harus melalui genangan banjir.

Kepala Sekolah Ginting sendiri berharap pihak pemerintah Kabupaten Ogan Ilir dapat mencarikan solusi agar banjir yang selalu terjadi setiap tahun tidak lagi terjadi atau setidaknya mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah.

“Setidaknya jalan masuk ke sekolah yang panjangnya sekitar 700 meter dapat ditinggikan supaya siswa dan guru tetap bisa ke sekolah meski sedang banjir,” katanya. 

https://regional.kompas.com/read/2019/03/12/17380501/banjir-siswa-sltp-di-ogan-ilir-gunakan-jembatan-darurat-untuk-capai-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke