Salin Artikel

"Alhamdulillah, Kepala Afdun Sudah Mengecil, Berkurang Tangisnya..."

Cuaca Kota Medan memang cukup terik dan gerah. Apalagi di lantai tiga ruang Rindu A Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan yang tak menggunakan pendingin udara.

Afsanah memandangi lamat-lamat wajah anaknya, sambil sesekali menghembuskan angin dari mulut ke kepala yang dua hari lalu dioperasi. Perban putih menempel di kepala tanpa rambut, tepat menutupi telinga sebelah kanan, di situlah bekas sayatan pisau bedah berada. Di telinga sebelah kiri, menempel selang kecil transparan.

"Alhamdulillah, kepala Afdun sudah mengecil, berkurang tangisnya... Selesai dioperasi, Afdun lebih banyak tidur," kata perempuan 22 tahun itu kepada Kompas.com, Jumat (8/3/2019).

Buah cintanya dengan Nasawardi Sihotang (27) ini, adalah penderita hidrosefalus (hydrocephalus) sejak lahir.

Demi kesembuhan anaknya, pasangan suami istri dari keluarga tak mampu itu rela menempuh perjalanan menumpangi angkutan umum dari rumah mereka di Jalan GM Panggabean, Kelurahan Pandan, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara ke Kota Medan pada Senin (25/2/2019) malam.

"Sepanjang perjalanan Afdun terus rewel menahan sakit, bayangkan jauhnya Sibolga-Medan. Sekarang sudah tak nangis-nangis lagi, sudah mau minum, kami sedikit lebih tenang. Tinggal menunggu hasil operasi selama sepuluh hari ini," ucap Afsana dengan senyum mengembang.

"Afdun bangun, tengok itu om-om yang membantumu datang. Bilang terima kasih... Nanti kalau sudah besar, kau juga harus siap menolong orang lain yang kesusahan, ya.." serunya kepada sang anak.

Seperti mendengar, Afdun membuka matanya, membelalak dan berputar-putar. Tangan dan kaki mungilnya bergerak. Mimik Afsana begitu gembira, berulang kali dia menciumi dan mengelus kepala anaknya. Kesenangan seorang ibu yang coba menutupi dukanya...

Kasubbag Humas RSUPHAM Medan Rosario Dorothy Simanjuntak yang dikonfirmasi mengatakan, Afdun sedang dalam tahap pemulihan pascaoperasi Ventriculoperitoneal Shunt (VP Shunt) pada Rabu (6/3/2019).

Operasi berlangsung mulai pukul 13.30 WIB sampai 17.30 WIB. VP Shunt adalah pengobatan utama bagi kondisi hidrosefalus yang menyerang satu dari 500 anak.

Awalnya Afdun dijadwalkan menjalani operasi pada Selasa (5/3/2019), namun dia diserang batuk dan influenza sehingga tidak memungkinkan dilakukan tindakan operasi oleh tim dokter bedah saraf dan anak. Rosa, begitu biasa dipanggil mengaku, sampai hari ini belum ada rencana operasi lanjutan.

"Masih melihat perkembangannya. Ya, kita sih berharap keadaannya terus membaik hari demi hari..." ucapnya.

Ditanya berapa jumlah pasien hidrosefalus yang saat ini ditangani pihaknya, Rosa bilang, ada 19 pasien yang dirawat inap selama 2018 sampai Februari 2019.

"Asalnya beragam, enggak ada yang terlalu menonjol..." kata dia.

Bertahan dari sumbangan...

Nasawardi hanya seorang nelayan kecil yang mengais rezeki di laut Sibolga. Penghasilannya tak banyak, hanya cukup untuk bertahan hidup dengan istrinya Afsanah yang tak bekerja.

Kehadiran Afdun membuat mereka lebih bahagia, cuma saja, keduanya mesti menjalani ujian kehidupan yang berat terlebih dahulu. Rumah Sakit Metta Medika, Kota Sibolga menyatakan bayi laki-laki mereka menderita hidrosefalus sejak dilahirkan.

Tak mau hanya meratap dan berkeluh kesah, berbekal KTP dan kartu BPJS, Nasawardi bolak-balik rumah sakit mengupayakan kesembuhan Afdun. Berhubung pasien 'miskin', Afdun hanya diobati ala kadarnya dan obat generik sebagai penangkal sakit. Rujukan rumah sakit agar Afdun dibawa ke RSUPHAM Medan tak digubris karena untuk makan saja sudah susah.

Beruntung kabar duka keluarga ini tersebar. Banyak pihak berempati dan ramai-ramai menggalang dana. Salah satunya dari Ikatan Wartawan Online (IWO) Sibolga-Tapanuli Tengah dan Kapolres Sibolga AKBP Edwin H Harianja.

Dukungan materi dan moril yang terkumpul akhirnya membawa Afdun tiba di Kota Medan pada Selasa (26/2/2019).

Tak punya sanak saudara di kota besar ini dan demi menghemat biaya selama di Medan, Nasawardi dan istrinya tinggal di kos-kosan seharga Rp 900.000 per bulan. Tepat di depan rumah sakit terbesar di Kota Medan itu.

Hari pertama memasuki rumah sakit, Afsanah sempat kebingungan saat hendak melakukan registrasi. Setelah itu, setiap hari Afdun dibawa untuk diperiksa dan harus melakukan daftar ulang. 

"Yang paling ku ingat, kami sudah mendaftar dari jam 09.00 WIB, tapi baru dipanggil jam 16.00 WIB sore.

Afdun waktu itu terus menangis, kepalanya terus membesar. Waktu di Sibolga, beratnya 6,6 kilogram, sampai di Medan jadi 6,8 kilogram. Kami panik, bingung, maunya anak kami bisa lebih cepat dioperasi," ungkapnya Afsana.

Pascaoperasi, Naswardi harus menunggu 10 hari untuk memastikan apakah anaknya akan menjalani operasi lanjutan atau pulih dan bisa pulang ke kampung. Waktu menunggu ini yang membuatnya resah karena harus mengeluarkan biaya tambahan sementara uang semakin menipis. Bantuan pemerintah dan belas kasih para dermawan menjadi tumpuan harapannya.

"Kami bertahan dari sumbangan... Uang bantuan semakin habis karena selama di Medan aku tak kerja, hanya mengurusi Afdun saja. Kami cuma berharap anak kami sembuh dan sehat, bisa seperti anak-anak lain..." katanya dengan muka sendu.

https://regional.kompas.com/read/2019/03/09/11063461/alhamdulillah-kepala-afdun-sudah-mengecil-berkurang-tangisnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke