Salin Artikel

Tuai Pro dan Kontra, Ini Alasan Ridwan Kamil Buka Pojok Dilan

BANDUNG, KOMPAS.com — Atensi besar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terhadap film Dilan 1991 dengan membuat Dilan Corner (Pojok Dilan) menuai polemik.

Beberapa pihak menilai, pembangunan Pojok Dilan tak memiliki sisi urgensi.

Ide pembangunan Pojok Dilan tercetus waktu para pemeran Dilan 1991 bertemu Ridwan Kamil di rumah dinasnya, Gedung Pakuan, Jalan Cicendo, Minggu (10/2/2019). Pertemuan itu dilakukan dalam rangka silaturahim jelang Gala Premier film Dilan 1991.

Hadir dalam pertemuan itu produser Max Picture Ody Mulya Hidayat, sutradara Dilan 1991 Fajar Bustomi dan Pidi Baiq beserta para pemeran film Dilan 1991.

"Tahun ini insya Allah kami akan mengabadikan legenda Dilan ini jadi taman di Bandung. Lokasinya di GOR Saparua dekat lapangan basket berjarak 200 meter dari kantor Panas Dalam," kata Emil, sapaan akrabnya, dalam pertemuan itu.

Ia mengatakan, Taman Dilan akan diisi mural dan gambar para pemeran Dilan. Selain itu, kalimat-kalimat khas dari Pidi Baiq akan mewarnai taman tersebut.

"Jadi ada muralnya, life size photo, kalimat Ayah (panggilan karib untuk Pidi Baiq) juga diabadikan. Karena orang sekarang selfie tak harus karya foto, ada tulisan saja sepanjang nyambung ke emosinya saja pasti difoto," ujar Emil.

Emil menjelaskan, Taman Dilan bukan sekadar urusan estetika. Namun, taman itu didedikasikan untuk film Dilan yang telah membuat Bandung semakin dikenal dan meningkatkan potensi pariwisatanya.

"Jadi visinya pariwisata. Kenapa wisatawan datang, ada yang lihat budayanya, arsitektur, dan sebagainya. Jadi Taman Dilan itu didedikasikan pada cerita yang membuat Bandung luar biasa sebagai obyek wisata. Jadi ini lebih pada pariwisata memanfaatkan budaya kontemporer," ucap Emil.

Berubah nama jadi Pojok Dilan

Setelah ide tersebut menuai pro dan kontra, nama Taman Dilan pun berubah menjadi Pojok Dilan sesuai dengan lokasinya yang berada di sudut Taman Saparua.

Prosesi peletakan batu pertama (groundbreaking) dilakukan pada 24 Februari 2019 bertepatan dengan Gala Premier film Dilan 1991.

Selain para pemeran, acara itu turut dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya. Bahkan, ide penamaan Dilan Corner muncul dari mulut Arief.

Proses peresmian berlangsung meriah. Dua tokoh utama dalam film itu, Iqbaal Ramadhan dan Vanesha Prescilla, ikut menyemen bata sebagai tanda dimulainya pembangunan taman itu.

Dalam kesempatan itu, Emil menyebut sudut Dilan akan difungsikan sebagai ruang literasi. Hal itu tak diungkapkan Emil di awal ide itu muncul.

"Hari ini kita memulai sebuah rencana Dilan Corner. Tadi saya terima masukan dari Pak Menteri. Dilan Corner ini adalah ruang publik kecil di sudut Taman Saparua untuk dijadikan taman literasi," ungkap Emil.

Ia berharap, sudut Dilan dapat menjadi ruang untuk menambah produktivitas kaum milenial dalam hal literasi.

"Taman literasi adalah semangat yang ingin kami hadirkan di mana sering kali film ini sukses karena datang dari novel. Jadi nanti tempat ini dipakai secara positif untuk membahas sastra, novel, mendiskusikannya seperti inspirasi film Dilan dikonversi menjadi film. Mudah-mudahan kalau ingat Dilan, ingat kesuksesan literasi dan film," kata Emil.

"Tempatnya ada memorabilia, ada meja tempat orang membaca buku, termasuk nanti ada perpustakaan. Jadi nanti di sudut sana ada bangunan isinya buku terpilih," ujar Emil, sapaan akrabnya.

Ia menyebut, proyek Pojok Dilan akan memakan waktu selama setahun. Ia berharap, setelah proyek selesai para pemain film Dilan dapat kembali meresmikan Pojok Dilan.

"Tanahnya milik pemerintah, butuh setahun. Jadi nanti akhir tahun selesai. Kita doakan hari ini lancar dan masyarakat Bandung bisa mendukung kuatnya industri film di Bandung. Setelah selesai, nanti kita reuni lagi di sini," kata Emil.

Emil menjelaskan, film Dilan mendapat atensi besar dari pemerintah lantaran sangat merepresentasikan kondisi Bandung dan Jawa Barat.

"Karena setting-nya sangat Bandung, Jawa Barat. Kedua, film yang menembus 6 juta penonton sebagai indikator kesuksesan dari semua film nasional dari Bandung kan film Dilan," tuturnya.

"Alasan itu yang menjadikan kami mengapresiasi menginspirasi anak muda yang dilakukan Pidi Baiq, menulis, film dan anak muda yang menjadi teladan," katanya.

Emil menambahkan, ruang literasi dibutuhkan mengingat rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Ia pun memaksimalkan lahan tersebut yang selama ini kurang termanfaatkan.

"Literasi kita kan rankingnya buruk, Indonesia ranking ke-60 dari 65 negara. Orang Indonesia malas baca buku, malas menulis. Bagaimana mau jadi bangsa pandai yang maju dan juara kalau baca buku saja males. Maka hoaksnya banyak. Supaya kita jadi bangsa yang mendalami tulisan mengapresiasi sastra," paparnya.

Perubahan nama tersebut pun, kata Emil, tak berhubungan dengan adanya pro dan kontra.

"Istilah saja karena nama tamannya sudah ada Taman Saparua. Jadi Taman Saparua itu ada gedungnya, sarana olahraga, panjat tebing, nah ini ada sudut literasi. Itu masalah definisi saja," katanya.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/28/10100811/tuai-pro-dan-kontra-ini-alasan-ridwan-kamil-buka-pojok-dilan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke