Salin Artikel

Masih Waspada, Merapi Masuk Fase Pembentukan Lava dan Awan Panas Guguran

Berdasarkan informasi resmi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) PVMBG Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa saat ini aktivitas Gunung Merapi memasuki fase pembentukan guguran lava dan awan panas guguran.

Disebutkan, volume kubah lava sebesar 461.000 meter kubik sejak 22 Januari 2019 lalu.

"Relatif tetap sampai dengan saat ini. Material ekstrusi lava sebagian besar langsung meluncur membentuk guguran lava atau awan panas guguran," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangan tertulis, Kamis (21/2/2019).

Tercatat, telah terjadi empat kali awan panas guguran dengan jumlah dan jarak luncur berbeda-beda.

Pada 29 Januari 2019, terpantau terjadi tiga kali awan panas guguran pada pukul 20.17 WIB, 20.53 WIB, dan 21.14 WIB. Saat itu, jarak luncur maksimum 1.400 meter.

Akibatnya, terjadi hujan abu tipis di beberapa daerah seperti Kota Boyolali, Kecamatan Musuk, Mriyan, Mojosongo, Teras, Cepogo, Simo, Kabupaten Boyolali, Kecamatan Kemalang, dan Kabupaten Klaten.

Kemudian, pada 7 Februari 2019 terjadi satu kali awan panas guguran berjarak luncur 2.000 meter.

Empat hari kemudian, 11 Februari 2019, kembali terjadi awan panas guguran sebanyak satu kali. Namun, luncuran guguran ini berkurang dari sebelumnya, yaitu berjarak 400 meter.

Pada 18 Februari lalu, terjadi tujuh kali awan panas guguran, dengan jarak luncur maksimum 1.000 meter.

Jarak luncur guguran lava dan awan panas, tercatat maksimum 2.000 meter, di mana masih berpotensi terjadi jarak luncur hingga 3.000 meter.

Keselamatan penduduk yang berada dari puncak Gunung Merapi dengan jarak terdekat 4,5 kilometer masih dalam kategori aman. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.

Terpantau, aktivitas kegempaan secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut, menandakan masih berlangsungnya suplai magma ke permukaan dan cenderung meningkat.

BPPTKG mengimbau masyarakat yang berada di Kawasan Rawan Bencana III untuk tetap tenang dan dapat beraktivitas seperti biasa, serta radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi dikosongkan dari segala aktivitas penduduk.

Pemerintah juga diminta untuk mempersiapkan prosedur penanganan kondisi darurat terhadap aktivitas masyarakat atau wisatawan di jalur Kali Gendol dan sekitarnya.

Apabila terdapat abu vulkanik, masyarakat diimbau untuk mengantisipasi gangguan ini. Sementara, masyarakat dapat memantau informasi seputar aktivitas Gunung Merapi melalui laman resmi maupun media sosial BPPTKG.

Kronologi Gunung Merapi

1. Suplai Dapur Magma Dalam

Informasi dari akun resmi Twitter BPPTKG, @BPPTKG, suplai dapur magma dalam terindikasi dengan adanya 6 kali letusan freatik dalam selang waktu 15 Juli 2012 hingga 20 April 2014.

Letusan freatik ini tidak menunjukan gejala yang jelas. Sementara, seismisitas bulan April 2018 tercatat rendah, yaitu satu kali gempa VB, 15 kali gempa MP, dan 40 kali gempa RF.

2. Migrasi dari Dapur Magma (lebih dari 3 kilometer)

Migrasi dari dapur magma ini terindikasi dengan 12 kali terjadi letusan freatik. Pada 11 Mei 2018 dan 1 Juni 2018, tercatat letusan terbesar yang didahului gempa vulkanik dalam (VTA).

Terjadi empat aktivitas seismisitas pada Mei 2018, antara lain 15 kali gempa VTA, enam kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 42 kali gempa MP, dan 130 kali gempa RF.

3. Migrasi dari Kantong Magma (1,5-2,5 kilometer)

Migrasi kantong magma dengan jarak 1,5-2,5 kilometer ini terindikasi dengan adanya peningkatan seismisitas pada Juli 2018.

Terdapat empat aktivitas seismisitas pada 15 Juli hingga 10 Agustus 2018, yakni 31 kali gempa VTB, 27 kali gempa LF, 145 kali gempa MP, dan 149 kali gempa RF.

Terjadi pemendekan jarak EDM sekitar 2 sentimeter pada selang waktu hampir satu bulan tersebut. Lalu, pada 1 Agustus 2018, terjadi guguran besar yang terdengar di Babadan.

4. Pertumbuhan Kubah Lava

Sejak 12 Agustus 2018 hingga 28 Januari 2019 terindikasi terbentuknya kubah lava. Terpantau, pertumbuhan kubah lava ini mempunyai laju rata-rata 3.000 meter kubik per hari.

Sementara itu, terjadi juga guguran intensif dengan rata-rata 40 kali per hari.

Pada 23 November 2018, pertama kali terjadi guguran lava pijar ke arah Kali Gendol sebanyak empat kali dengan jarak luncur maksimum 300 meter.

Dalam satu bulan terakhir, seismisitas yang terjadi seperti delapan kali gempa VB, 15 kali gempa MP, 28 kali gempa LF, 71 kali gempa DG, 1.132 kali gempa RF, dan tidak terjadi deformasi.

5. Pembentukan Guguran Lava dan Awan panas

Pada 29 Januari 2019, terjadi sebanyak tiga kali awan panas dengan jarak luncur maksimum 1,4 kilometer.

Awan panas guguran sebanyak satu kali dengan jarak luncur dua kilometer kembali terjadi pada 7 Februari 2019 lalu. Tak lama berselang, kembali teramati adanya awan panas guguran sebanyak tujuh kali berjarak luncur 1 kilometer.

Meskipun begitu, tidak terlihat adanya pertumbuhan kubah lava. Seismisitas dalam sebulan terakhir yakni 14 kali gempa VB, 39 kali gempa MP, 34 kali gempa LF, 81 kali gempa DG, dan 1.216 kali gempa RF.

https://regional.kompas.com/read/2019/02/21/12491401/masih-waspada-merapi-masuk-fase-pembentukan-lava-dan-awan-panas-guguran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke